My Perfect Boss

Malam itu, apartemen terasa lebih dingin dari biasanya.

Hujan turun deras di luar jendela, membiaskan cahaya lampu kota jadi garis-garis berwarna perak.

Olivia duduk di sofa, ia benar-benar sudah memutuskan untuk resign dari perusahaan Sanjaya Group. Ia memutuskan akan kembali pulang rumah.

Saat ia sedang merapikan barang-barangnya tiba-tiba bel berbunyi, ia beranjak lalu berjalan untuk membuka pintu, ia kedatangan seorang pria, petugas administrasi gedung.

“Selamat malam"

" Malam Pak"

" Saya datang untuk memperbarui data kepemilikan unit. Mohon tanda tangan di sini " ucapnya lagi.

Olivia menatap kertas itu sekilas, lalu mengerutkan kening.

“Pemilik unit?” tanyanya pelan.

Petugas itu tersenyum sopan.

“Unit ini atas nama Bapak Kevin Sanjaya, sejak awal pembelian, beliau yang menanggung semua biayanya dan Anda terdaftar sebagai penyewa"

Jantung Olivia seolah berhenti berdetak sesaat.

"Bukankah penyewa disini atas nama Rey?" ucap Olivia masih belum mengerti.

“Oh tidak, apartemen ini dulu dibeli oleh Pak Kevin Sanjaya, lalu ia meminta untuk diperbaharui kepemilikannya menjadi milik Ibu Olivia Wijaya” lanjut petugas tanpa sadar pada ekspresi Olivia yang mulai memucat.

Blash

Hati nya bergejolak, selama ini ia dibohongi, dibohongi oleh Rey begitupun Kevin.

"Apa maksud semua ini?" batin Olivia.

"Mbak, maaf ini berkasnya silakan untuk di tandatangani, tidak harus dikembalikan hari ini, saya hanya bertugas untuk menyerahkan, nanti akan ada petugas lagi yang kembali kesini"

Oliv hanya tersenyum samar, berusaha menyembunyikan gejolak di dadanya.

“Baik.. Terima kasih, Pak ".

Begitu pintu tertutup, ia berdiri di tengah ruang tamu yang sunyi. Ia masih bingung dengan apa yang baru saja ia dengar.

Ia lalu berjalan menuju meja untuk mengambil ponselnya, ia berniat untuk menghubungi Rey. Bagaimanapun ia butuh penjelasan.

Nada sambung terdengar tiga kali sebelum suara di seberang menjawab dengan sopan.

“ Halo Oliv eh Mbak Oliv "

" Pak Rey, apa kita bisa ketemu ? Di taman apartemen aja "

" Baik, saya kesana "

Klik

Sambungan telepon terputus.

Rey sudah menduga pasti Olivia akan menghubunginya, karena beberapa jam yang lalu, ia melihat kegamangan di wajah Kevin, ia sangat jarang melihat Kevin seperti ini.

***

Taman Palace Apartement

“Pak Rey ” Olivia membuka suara pelan.

“Saya ingin bertanya sesuatu… tentang apartemen ini ".

Hening sejenak.

“Kalau tentang administrasi, saya bisa bantu hubungkan ke bagian properti, Mbak"

Oliv mengernyitkan dahinya.

"Gak usah panggil Mbak, panggil Oliv aja" ucapnya.

"Euhh... Baik" balas Rey sambil menggaruk tengkuk yang tidak gatal.

Bukan tanpa alasan, ia merasa tidak enak kepada Kevin, ia sudah tahu semua siapa Olivia sebenarnya, Olivia adalah cinta pertama Kevin dari masa sekolah, selain itu Olivia memang anak dari seorang Adam Wijaya Utama pemilik perusahaan Garda Utama Rival Sanjaya Group.

“Bukan itu, Saya ingin tahu… Dan saya harap Pak Rey menjawab dengan jujur, kenapa Pak Rey membawa saya ke sini dulu, ini bukan apartemen yang diberikan perusahaan untuk Pak Rey kan? Siapa yang menyuruh Pak Rey?” tanya Olivia menyelidik.

Rey terdiam sejenak.

Suaranya pelan ketika akhirnya menjawab, “ Pak Kevin, Liv "

Olivia menutup mata, menahan napas.

“Jadi… sejak pertama kali saya pindah ke sini, semuanya sudah diatur oleh Pak Kevin?” tanyanya lirih.

Rey mengangguk perlahan.

“ Pak Kev hanya bilang ingin memastikan kamu tinggal di tempat yang aman dia tidak pernah memberitahu alasan lain. Tapi saya tahu… Pak Kev sering ke sini.. Ke taman ini, karena dari taman ini akan terlihat unit apartemen yang kamu tinggali, biasanya malam-malam, ketika kamu mungkin sudah tidur.”

" Awal nya saya tidak tahu, saya pikir kamu adalah karyawan Sanjaya Group seperti yang lain, belakangan ini saya baru tahu kalau kamu ternyata seseorang yang sangat berarti dan istimewa bagi Pak Kev " susul Rey.

Olivia terdiam, ia tertegun mencerna setiap kata yang terucap dari bibir Rey.

“Untuk apa dia ke sini?”

“Kadang hanya duduk disini, kadang hanya memandang ke arah apartemen, jika masih menyala lampunya Pak Kev selalu menerka kamu belum tidur, jika lampunya sudah mati, Pak Kev pun akan pulang, itu tandanya kamu sudah tidur " balas Rey.

"Sedetail itu? " ucap Olivia matanya sedikit berembun.

Rey melanjutkan, suaranya pelan dan hati-hati.

"Dan semua fasilitas yang ada di dalam apartemen itu semua perintah Pak Kev, tanpa kamu tahu ia selalu datang ke apartemen, ia selalu melihat apa saja yang habis, apa saja yang kurang, ia tidak ingin kamu kesusahan disini" susul Rey.

"Pantas, beberapa kali setiap pulang kerja, selalu ada dus besar yang berisi bahan makanan, cemilan, semua kebutuhan ada di kardus itu dan saya sempat menaruh curiga, ada beberapa cemilan yang memang itu kesukaan saya dan hanya Pak Kevin yang tahu, ya saya pikir itu memang fasilitas yang diberikan oleh apartment, sesua seperti apa yang Pak Rey katakan kan?"

" Maafkan saya ya, Liv.. "

Rey kembali melanjutkan.

“ Liv, maaf saya tidak seharusnya bilang ini, tapi… sejak perusahaan Garda Utama diambil alih, Pak Kev berubah, dia jarang bicara, sering menatap kosong ke arah jendela "

Olivia menutup wajahnya dengan tangan.

" Pak Rey, terima kasih banyak, tolong sampaikan ke Pak Kevin, kalau saya sudah tahu semua "

“ Baik, tapi izinkan saya bilang satu hal lagi.. ”

“ Pak Kev mungkin membuat banyak kesalahan. Tapi satu hal yang saya yakin, dia tidak pernah berhenti mencintai kamu Liv, bahkan jika itu menyakiti dirinya sendiri dia akan rela ".

Blash

Olivia terdiam duduk di sana, dalam keheningan yang begitu pekat hingga ia bisa mendengar detak jantungnya sendiri.

Malam ini, Olivia memutuskan satu hal, ia akan meninggalkan apartemen yang ia tinggali beberapa bulan ini besok pagi.

"Terima kasih atas kepedulianmu Kak.. Walaupun dalam diam.."

🌹🌹🌹

Jangan lupa untuk dukung author dengan vote, like dan komennya ya ❤️