Rumah Warisan Ibu Angkat

Tengah malam.

Zea yg tidur terlelap di samping Narendra pun mengalami sebuah mimpi, seakan di alam mimpi nya terdapat sebuah film dimana dia Melihat seorang pemuda tampan keluar dari mobil nya dengan menenteng sebuah kamera jadul yg dirinya pun tak tau kamera apa itu, pemuda tampan itu sedang menuju pertunjukan tarian dan sinden di sebuah acara hajatan berniat ingin melihat acara tersebut guna menghibur diri di karena kan hati nya masih dalam keadaan kesepian setelah di tinggal sang istri untuk selamanya setelah melahirkan putra pertama mereka.

Dirinya yg ingin menuju villa pun tak sengaja melihat Acara tersebut dan singgah sejenak.

Untuk pertama kali nya setelah kehilangan istri nya pemuda tampan itu tersenyum sambil memotret seorang wanita penari cantik yg dalam sekejap sudah menggetarkan jiwa nya.

Setelah acara berlalu, pria tampan itu pun berniat ingin menghampiri wanita cantik itu, tapi sayang diri nya kalah star, wanita cantik itu terlihat menghampiri seorang pemuda yg tak kalah tampan juga dari nya.

"Kang mas kata nya tidak sehat kenapa menunggu adik, Ayo kita pulang, malam sudah larut, adik juga capek kang ingin istirahat." Ucap wanita itu.

"Kang mas tidak apa-apa dik, kang mas hanya ingin melihat pertunjukkan menari istri kang mas yg cantik ini." Ucap pemuda tersebut sambil menoel dagu wanita itu.

"Baiklah, ayo kang mas." Ucap wanita itu tersenyum sambil menggandeng pemuda tersebut.

Pemuda kota tadi pun menatap nanar kepergian kedua nya.

Lagi lagi dirinya harus menelan pahit nya perasaan, jatuh cinta pada pandangan pertama untuk yg kedua kali nya tapi berakhir kecewa, lalu pemuda kota itu pun pergi dari tempat itu menuju ke arah mobil nya dan pergi menuju villa jati, vila jati itu sebenarnya ingin ia hadiah kan kepada istri nya setelah melahirkan putra nya, tapi nasib berkata lain, sesaat setelah istrinya melahirkan putra mereka, istri nya pun meninggal dunia, dunia nya seakan runtuh dan hancur setelah kepergian istri nya, putra nya yg baru lahir itu di asuh oleh ibu nya, sebulan setelah kepergian istri nya, dia berniat ingin menghibur perasaan dengan berlibur ke vila yg seharusnya menjadi hadiah untuk istrinya.

Keesokan hari nya, ia berniat ingin berjalan-jalan melihat suasana di sekitar vila yg mana tak jauh dari desa sebatuan, di sebut desa sebatuan karena sepanjang aliran sungai di tepian nya di penuhi bebatuan begitu pula di dalam sungai nya hanya hamparan batu yg terlihat , tidak nampak tanah sama sekali.

Pemuda kota itu tak sengaja bertemu dengan wanita yg tadi malam sudah menggetarkan hati nya yg saat ini wanita itu sedang berjalan sendirian menggunakan pakaian penari.

Pemuda kota itu pun memberhentikan mobil klasik nya di samping wanita tersebut.

Wanita itu pun berhenti berjalan dan menoleh pada mobil itu dengan heran.

Pemuda kota itu pun keluar dari mobil nya.

"Hai, kenapa kamu berjalan sendirian.?" Ucap pemuda kota itu.

Wanita itu hanya tersenyum dan kemudian melangkah bermaksud ingin pergi.

"Nama saya Damar." Ucap pemuda kota itu langsung memperkenalkan diri.

Wanita itu pun berhenti tanpa menoleh.

"Saya Wulandari." Ucap wanita itu.

"Nama yg cantik." Batin Damar.

"Apa boleh saya antar.?" Ucap Damar.

"Tidak usah kang, saya bisa pergi sendiri." Ucap Wulandari.

"Gak apa-apa Wulan, daripada kamu terlambat , perjalanan ke desa sebelah sangat jauh." Ucap Damar.

Wulandari pun berpikir keras, memang benar saat ini matahari bahkan sudah mulai terik, dengan berjalan kaki mungkin diri nya akan terlambat.

Di Zaman itu tidak ada yg memiliki sepeda, ada nya cuma kereta sapi milik warga hasil bergotong royong, di Karenakan saat itu kereta sapi sedang di gunakan untuk menuju tempat bidan kampung karena ada salah satu warga nya ingin melahirkan, alhasil Wulandari yg tadi nya berniat ingin menggunakan kereta sapi tidak jadi, dan diri nya memutuskan ingin berjalan kaki saja, sedangkan suami Wulandari saat ini sedang sakit karena tadi malam suami nya memaksakan diri berjalan menjemput Wulandari jadi pagi tadi sakit nya menjadi tambah parah bahkan untuk bangkit dari ranjang saja suami nya tidak sanggup.

"Ayo masuk lah, saya antar." Ucap damar yg sudah membuka kan pintu mobil nya.

Sambil menghela nafas pasrah Wulandari pun terpaksa menerima ajakan pemuda tampan yg baru di kenal nya tersebut.

Selama di perjalanan Wulandari hanya terdiam sambil melihat pemandangan sekitarnya.

Beberapa saat kemudian sampai lah Damar dan Wulandari ke villa milik Damar.

Wulandari yg tersadar bahwa dirinya bukan ke desa sebelah malah dibawa ke tempat yg asing menurut nya pun protes.

"Ngapain kita ke sini kang, saya minta anter nya ke tempat hajatan di desa sebelah." Ucap Wulandari dengan perasaan tak tenang.

"Maaf Wulandari, saya ke sini hanya ingin memberikan sesuatu kepada mu, sebentar saja, ayo mampir, jangan khawatir nanti akan saya antar ke desa sebelah." Ucap Damar membuka pintu samping mobil nya lalu memegang tangan Wulandari.

"Gak usah berpegangan kang, kurang pantas." Ucap Wulandari melepas tangan nya.

"Oh maaf, ayo." Ajak Damar.

Dan mereka pun memasuki villa tersebut.

Damar mengajak Wulandari ke lantai atas tepat nya di kamar milik Damar, kebetulan di hari itu villa jati terlihat sepi di karenakan pembantu di villa itu sedang mengajukan cuti karena sakit, jadi saat ini hanya ada Damar dan Wulandari saja di villa tersebut.

Setelah Damar dan Wulandari sampai di kamar milik Damar, Damar pun langsung memberikan sebuah lukisan kepada Wulandari, dimana lukisan itu adalah lukisan Wulandari yg sedang menari tadi malam, Lukisan itu Damar buat setelah dirinya pulang dari tempat acara semalam.

Wulandari yg melihat lukisan dirinya saat menari pun terpana dengan kagum.

"Ini cantik sekali, terimakasih kang." Ucap Wulandari yg masih dengan menatap lukisan dirinya.

Damar pun berniat mengutarakan perasaannya pada Wulandari saat ini setelah melihat Wulandari menyukai lukisan buatan nya.

"Wulandari, saya ingin mengatakan sesuatu padamu." Ucap Damar.

"Ada apa.?" Tanya Wulandari.

"Saya mencintai kamu Wulandari, apakah kamu mau menikah dengan saya.?" Ucap Damar.

Wulandari pun terkejut mendengar penuturan Damar.

"Maaf kang saya tidak bisa." Ucap Wulandari.

"Tapi kenapa Wulandari,? saya kaya, saya punya segalanya, kelak kamu akan menjadi istri saya satu-satunya, dan kita akan tinggal di vila ini, bila perlu kamu ikut dengan saya ke kota."Ucap Damar merasa sedikit kecewa.

"Saya sudah punya suami kang, saya juga baru seminggu menikah, maaf saya tidak bisa." Ucap Wulandari berniat pergi.

Bersambung.