NovelToon NovelToon
Gadis Rasa Janda

Gadis Rasa Janda

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pengasuh / Ibu susu
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: MahaSilsi24

Hutang pinjol 120 juta menjerat Juwita, padahal ia tak pernah meminjam. Demi selamat dari debt collector, ia nekat jadi pengasuh bayi. Tapi ternyata “bayi” itu hanyalah boneka, dan majikannya pria tampan penuh misteri.

Sebuah kisah absurd yang mengguncang antara tawa, tangis, dan cinta inilah perjalanan seorang gadis yang terpaksa berperan sebagai janda sebelum sempat menikah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MahaSilsi24, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dibelanjakan Tuan Zergan

Malam mulai larut, suasana rumah Tanubrata terasa tenang. Angin berhembus pelan, hanya suara dedaunan di halaman yang bergoyang tertiup angin. Juwita sedang duduk di tepi ranjang sambil menggendong Princess, menyusui dengan penuh kelembutan. Sesekali ia menepuk-nepuk pelan punggung bayi boneka itu, meski hatinya masih sering terasa aneh, seakan dirinya benar-benar menjadi seorang ibu.

Tiba-tiba terdengar ketukan pelan di pintu.

Tok… tok… tok…

Juwita menoleh. “Siapa?” suaranya dibuat serendah mungkin agar tidak mengganggu Princess yang sudah mulai terlelap.

Pintu terbuka sedikit, dan muncullah wajah Santi. “Aku, Wit. Boleh masuk?”

Juwita mengangguk. “Masuklah.”

Santi dengan sedikit susah payah mendorong sebuah kardus besar yang dibalut plastik hitam tebal. Ia menghela napas panjang sambil memegangi pinggangnya.

“Duh, berat kali. Kayak bawa lemari, sumpah,” keluh Santi, membuat Juwita buru-buru ingin berdiri untuk membantunya.

“Eh, sini biar aku bantu.”

Namun Santi langsung mengibaskan tangan. “Jangan! Kau lagi gendong Princess, nanti malah jatuh. Udah, biar aku aja.” Ia menaruh kardus itu di lantai dengan suara gedebuk.

Juwita memandang bingung. “Apa ini?”

Santi mengusap keringat di pelipisnya. “Kata tukang paket di depan, ini buatmu. Ada nama ‘Juwita’ jelas di sini.”

“Paket?” dahi Juwita berkerut. “Aku nggak pernah pesan apa-apa.”

“Ya aku juga bingung. Jangan-jangan ini bom ya?” ucap Santi dengan ekspresi serius tapi konyol.

Juwita langsung terbelalak. “Astaga, jangan sembarangan ngomong gitu, San! Nanti aku mimpi buruk.”

“Ya kan cuma bercanda. Tapi serius, ini berat banget. Mungkin isinya emas batangan?”

“Mana ada orang tiba-tiba kirim emas,” gumam Juwita, tapi jantungnya berdebar. Pikirannya malah kemana-mana. Apakah ini kiriman dari debt collector? Atau jebakan seseorang?

Melihat wajah Juwita yang pucat, Santi cepat menenangkan. “Tenang, Wit. Kalau ada apa-apa, kita teriak aja rame-rame. Rumah segede gini pasti aman. Lagi pula ada satpam kan.”

Juwita menarik napas panjang. “Iya juga sih. Terima kasih ya, San. Kalau repot tadi tinggal panggil aku.”

“Ah, santai aja. Bagiku kerja di sini malah lebih enak daripada nganggur. Kau tau nggak, tadi Nyonya Marlina sempat bilang, kasihan Bu Tuti udah tua. Katanya mungkin mau nambah orang lagi buat bantu-bantu.”

Santi mulai nyerocos panjang lebar, membuat Juwita hanya bisa tersenyum tipis. Namun percakapan mereka terpotong ketika terdengar suara langkah tegas mendekat.

Tok… tok… tok…

Pintu kembali terbuka, kali ini muncul sosok tinggi tegap Tuan Zergan. Seperti biasa, begitu pulang kerja, langkah pertamanya adalah menuju kamar Princess.

Santi langsung berdiri tegap, wajahnya sedikit tegang. “A-anu, Tuan. Saya pamit dulu.” Ia buru-buru keluar, meninggalkan Juwita yang sekarang canggung sendirian bersama Zergan.

Zergan menatap ke arah kardus besar di lantai. “Sudah datang rupanya.”

Juwita mengerjap bingung. “Tuan, ini dari Anda?”

“Hm,” jawabnya singkat, sambil melepas jas kerjanya dan menggantung di kursi.

Setelah memastikan Princess sudah nyaman di ranjang, Juwita membuka kardus itu perlahan. Begitu lapisan plastik terbuka, matanya langsung melebar.

Di dalamnya tersusun rapi berbagai pakaian cantik, dress dengan potongan anggun, blus lembut dengan warna pastel, rok-rok yang elegan. Semua tampak mahal dan berkualitas tinggi.

“Ya Tuhan.” Juwita menutup mulutnya dengan tangan. “Ini untuk saya?”

Zergan mengangguk pelan. “Ya. Kau kemarin hanya membeli beberapa pasang baju sederhana. Itu pun kau tampak segan. Jadi, aku pesan online saja. Pilihan mereka cukup bagus.”

Wajah Juwita memerah. Perasaannya campur aduk: terharu, senang, tapi juga tak enak hati. “Tuan, ini terlalu banyak. Saya cuma ...”

“Cukup dipakai saja,” potong Zergan lembut. “Tak perlu dipikirkan terlalu jauh.”

Juwita menunduk. “Terima kasih banyak, Tuan. Saya, saya tidak tahu harus bagaimana membalasnya.”

Hening sejenak, hanya suara napas Princess yang terdengar. Lalu Zergan duduk di kursi dekat ranjang, menatap Juwita serius.

“Bagaimana hari ini? Kau tidak mengirim kabar tentang Princess padaku.”

“Oh, maaf. Padahal baik-baik saja kok. Princess tidur nyenyak, makannya juga lancar.”

Zergan mengangguk, tampak lega. “Baguslah.”

Juwita menatapnya ragu. Ada sesuatu yang sejak tadi ingin ia sampaikan, tapi lidahnya kelu. Akhirnya ia memberanikan diri.

“Tuan, bolehkah saya meminta sesuatu?”

Zergan menoleh cepat, tatapannya penuh minat. “Apa?”

Juwita menggigit bibir bawahnya, lalu berkata dengan suara pelan, “Tadi saya dengar Nyonya Marlina ingin menambah pembantu baru. Kalau boleh, yang masuk itu teman saya. Namanya Desi. Dia banyak berjasa buat saya. Bahkan kalau bukan dia, saya mungkin tidak akan tahu Tuan sedang mencari pengasuh bayi.”

Zergan menatapnya dalam-dalam, membuat Juwita semakin gugup. Ia takut dianggap lancang. Namun beberapa detik kemudian, bibir Zergan melengkung tipis.

“Hm. Kalau itu maumu boleh.”

Juwita spontan tersenyum lebar, matanya berbinar. “Terima kasih, Tuan! Terima kasih banyak.”

Zergan mengangguk lagi, lalu bangkit berdiri. “Besok beri tahu namanya lengkap dan bagaimana cara menghubunginya. Aku akan suruh bagian rumah tangga mengurusnya.”

“Baik, Tuan.”

Saat langkah Zergan meninggalkan kamar, Juwita menatap punggungnya dengan hati yang hangat. Ia masih tidak percaya, pria yang begitu dingin dan sulit didekati ternyata diam-diam memperhatikan hal-hal kecil tentang dirinya. Dari membeli pakaian, hingga mengabulkan permintaan pribadi yang penting.

Dan tanpa sadar, senyum itu bertahan lama di wajahnya.

Saat langkah Zergan meninggalkan kamar, Juwita menatap punggungnya dengan hati yang hangat. Ia masih tidak percaya, pria yang begitu dingin dan sulit didekati ternyata diam-diam memperhatikan hal-hal kecil tentang dirinya. Dari membeli pakaian, hingga mengabulkan permintaan pribadi yang penting.

Senyumnya bertahan lama di wajah. Ia menunduk, meraba halus bahan dress yang lembut. Kilauan kain satin dan renda membuatnya merasa seolah bukan lagi seorang gadis sederhana yang tersesat di tengah keluarga besar, melainkan bagian dari mereka.

Rasa bahagia itu terlalu besar untuk dipendam sendirian. Ia buru-buru meraih ponselnya di atas meja nakas, lalu menekan nomor Desi.

“Des, kau lagi apa?” suara Juwita sedikit berbisik, takut membangunkan Princess.

“Baru aja selesai makan. Kenapa, Wit?” jawab Desi dengan nada ceria.

Juwita hampir meledak menahan antusiasmenya. “Aku ada kabar gembira! Kau tau kan tadi aku cerita soal majikan mungkin cari pembantu baru? Tadi aku sudah bilang ke Tuan Zergan dan dia setuju kalau kau yang masuk!”

“Ha?! Serius, Wit?!” teriak Desi dari seberang.

“Iya, serius! Kau bisa kerja di sini juga.”

Desi girang bukan main. “Astaga, aku nggak percaya! Wit, kau beneran malaikatku. Tapi jadi pembantu?” suaranya agak meredup.

Juwita menggigit bibirnya. “Iya, Des. Maaf kalau aku cuma bisa bantu ke posisi itu. Aku tau kau mungkin berharap kerjaan lain. Tapi aku janji, kerja di sini nggak seburuk yang kau bayangin. Orang-orangnya baik, dan rumah ini nyaman.”

Desi terdiam sebentar, lalu tertawa kecil. “Hei, Wit, kau pikir aku bakal nolak? Aku malah seneng banget! Kerja bareng kau lagi, apalagi di rumah besar kayak gitu. Siapa tau rezeki.”

Juwita tersenyum lega. “Syukurlah, aku takut kau kecewa.”

“Tapi Wit,” suara Desi berubah menggoda, “kalau aku kerja di sana, apa aku juga bakal dibelanjakan sama majikanmu itu? Kayak kau?”

Pipi Juwita langsung merona. “Kok kau tau?”

“Tebakanku bener ya? Ayolah, cerita!”

Juwita akhirnya terkekeh, menyerah. Ia memutar kamera ponselnya dan memperlihatkan isi kardus besar di lantai. “Nih lihat. Tuan Zergan barusan beliin aku banyak baju. Cantik-cantik semua, kan?”

“Ya ampun! Wit, itu dress mahal semua! Ih, iri banget aku.” Desi sampai menjerit kecil. “Jawab dulu pertanyaanku. Kalau aku kerja di sana, aku dibelanjakan juga nggak?”

Juwita mengingat kembali ucapan Zergan saat mereka ke mal beberapa waktu lalu. “Hm, kalau kata Tuan Zergan sih, setiap orang baru yang kerja di rumah ini memang dibelanjakan. Jadi kemungkinan besar iya, Des.”

Desi langsung melompat kegirangan dari seberang. “Woooah! Aku udah nggak sabar besok, Wit! Kau harus nyambut aku ya.”

“Oke, siap. Jangan takut, aku tunggu di depan nanti.”

“Oh iya, Wit, jangan lupa kasih nomor aku ke majikanmu itu. Biar gampang dihubungi.”

“Iya, tadi Tuan Zergan minta juga. Nanti aku kirim, ya.”

“Makasiih, sahabatku! Aku bener-bener bahagia. Kau penyelamatku, Wit.”

Telepon berakhir dengan tawa bahagia. Juwita menatap layar ponselnya lama, lalu kembali menoleh ke arah Princess yang tidur pulas. Hatinya terasa hangat seperti ada cahaya baru dalam hidupnya.

Malam itu, ia tidur sambil memeluk satu dress lembut hadiah dari Zergan, sambil membayangkan esok hari yang akan lebih ramai dan menyenangkan bersama Desi.

1
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍😍
Zainab Ddi
🤣🤣🤣🤣emang enak Juwita ketahuan ngomongi xergan
Hesty
ka bikin desi diusir.. jgnada pelakorrrr...
Zainab Ddi
wah Juwita kelabakan nih mau dipecat 🤣🤣🤣
Zainab Ddi
sama author aku suka ceritanya lucu kadang bikin ketawa sendiri 💪🏻💪🏻💪🏻
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
wah xergan terima lg deh
Zainab Ddi
author makasih Uda update banyak ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
🤣🤣🤣dasar Juwita
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
mami Malinau dan papinya bahagia melihat zergan
Zainab Ddi
author seneng banget update nya banyak🙏🏻🙏🏻😍😍😍💪🏻
Zainab Ddi
🤣🤣🤣dasar Juwita pake acara nyanyi lg gimana zergan ngak kerawa
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
wah Juwita lansung bertindak demi utang Uda dikubasin bikin Desi tambah iri nih
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
wah jangan Juwita disuruh jdi istrinya nih semoga ya
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍😍
callyouMaijoi: makasih ya udah setia menunggu ceritanya 🥰
total 1 replies
Zainab Ddi
kaysky Desi nih ngasih tahu def kolektor biar Juwita di usir Dedi kan iri
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!