Tidak ada sugarbaby yang berakhir dengan pernikahan.
Namun, Maira berhasil membuktikan bahwa cinta yang tulus kepada seorang pria matang bernama Barata Yuda akhirnya sampai pada pernikahan yang indah dan sempurna tidak sekedar permainan di atas ranjang.
"Jangan pernah jatuh cinta padaku, sebab bagiku kita hanya partner di atas tempat tidur," kata Bara suatu hari kepada Maira. Tai justru dialah yang lebih dulu tergila-gila pada gadis ranum itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
My Love Where Are You?
Bibi berjalan pelan, menyusuri jalanan terjal menuju rumah Maira. Letak rumah mungil itu memang di kaki bukit, namun masih ada jalan yang sedikit menanjak, yang tidak bisa di lalui mobil.
Bibi dibantu Rani membawa stock makanan untuk Maira yang sedang menunggu kedatangan mereka. Rani menghentikan langkah, memanggil ibunya pelan.
"Ma ..." panggil Rani lirih sekali.
"Iya, Ran, kenapa? berat ya?" tanya Bibi pada anaknya tanpa menoleh, ia masih terus berjalan.
"Coba berhenti sebentar," ujar Rani lagi.
"Kenapa sih?"
"Mama, aku merasa ada yang ikutin kita dari tadi," sahut Rani semakin lirih.
Bibi menghentikan langkah, ia menoleh, celingukan. Sepi, tidak ada orang lain selain mereka.
"Perasaan kamu aja, Ran. Udah yuk jangan mikir macem-macem, kasihan Maira udah nungguin kita dari tadi pagi," balas Bibi sambil menarik tangan anak gadisnya itu.
"Tapi ..."
"Udah, Ran, ayo cepetan. Hari udah mau sore ini."
Rani akhirnya menuruti mamanya. Ia segera mengikuti langkah bibi yang semakin cepat. Saat mereka sampai, Mereka melihat Arya. Bibi tersenyum, mereka sudah saling mengenal. Rani mengangguk sopan pada lelaki itu.
"Udah lama, Ar?" tanya bibi sambil meletakkan barang-barang dari tangannya dan Rani. Arya sigap membantu.
"Baru aja kok, Bi. Aku cuma nganterin buah apel tadi, Maira kepengen makan itu. Dia suka banget makan buah," sahut Arya sambil tersenyum. Rani diam-diam memandangnya. Ia membayangkan menjadi Maira yang begitu beruntung bisa dicintai oleh pria sebaik Arya ini.
"Mairanya mana?" tanya Bibi sambil celingukan lagi.
"Baru selesai mandi, Bi." Suara Maira terdengar, ia melangkah keluar, rambutnya belum disisir, masih nampak setengah basah.
"Mai, Bibi belum bisa beliin bunga yang kamu mau itu, tadi Bibi kesiangan ke pasar. Minggu depan ya," ujar bibi sambil menyerahkan barang-barang yang ia bawa bersama Rani.
"Tak masalah, Bi, besok kebetulan aku sama mas Arya mau ke pasar juga. Eh, kok di luar gini sih, ayo masuk. Aku tadi bikin kue, kita cobain yuk." Maira merangkul bibi dan Rani kiri kanan. Setelah itu, mereka tenggelam dalam obrolan hangat bersama Arya juga.
Tanpa mereka sadari, seseorang di balik pohon telah mengambil foto secara diam-diam. Maira tidak tahu detik jam yang berlalu akan semakin mempercepat pertemuannya dengan Barata Yuda.
***
"Bee ..." erang Bara dengan wine ditangannya. Baru kali ini wine bisa membuatnya mabuk.
"Tuan, anda sudah terlalu banyak minum." Sofia menarik paksa gelas wine itu dari tangan Bara.
"Bee, kau dimana? Aku gila tanpamu, Bee ... " racau Bara dengan wajah tertelungkup ke meja.
"Sofia, biarkan aku mengurusnya." Suara Debora terdengar. Sofia menatapnya datar seperti biasa.
"Kalau kedatanganmu hanya untuk menambah masalahnya, lebih baik pergi!" dengus Sofia tanpa ekspresi.
"Hey, Sofia! kau terlalu memandang remeh aku!"
"Debora, kalau saja kau tidak meminta Tuan Bara datang malam itu, hal ini tidak akan terjadi!" ujar Sofia ketus.
"Baiklah, aku bersalah. Biarkan aku membantu menyelesaikan masalah ini juga. Aku membawa informasi penting untuk Bara," sahut Debora sambil menarik nafas panjang.
"Kau berhadapan denganku bila informasimu tidak berguna!" ancam Sofia dingin. Debora tersenyum kecut. Ia tahu siapa Sofia, perempuan paruh baya dengan tingkat bela diri tinggi itu bisa membuat roboh beberapa orang lelaki sekaligus. Wanita yang memang sudah dari remaja mengabdi pada keluarga besar Evander.
"Tentu, Sofia, aku tidak akan berani melawanmu." Debora mengangkat kedua tangannya, tidak mau berurusan terlalu lama dengan perempuan tanpa rasa ini.
Sofia berjalan meninggalkan Debora yang perlahan masuk dengan anggun ke dalam ruangan Bara. Lelaki itu tampak kacau. Kepergian Maira sudah hampir satu tahun. Dan Bara semakin terpuruk dalam jurang kehilangan.
"Bara!" panggil Debora.
"Heemmmm," sahut Bara malas.
"Aku ingin bicara."
"Aku sedang malas bicara!" balas Bara dingin.
"Kau akan kehilangan berita penting ini."
"Aku tidak mau para pelacurmu itu! Hentikan menawarkan mereka padaku lagi!" geram Bara dengan kepala masih tertelungkup.
"Bara, aku serius. Ini tentang Maira," ujar Debora penuh penekanan.
Bara perlahan mengangkat kepalanya. Wajahnya yang tampan tampak kusut, matanya merah, terlalu banyak mabuk!
"Lihatlah." Debora menyerahkan sebuah foto yang diambil oleh orangnya beberapa hari yang lalu. Bara mendapatkan kembali kesadarannya.
Ia tampak menahan emosi, melihat foto itu. Tampak Maira berada dalam rengkuhan seorang pria, ada bibi dan Rani juga dalam foto itu. Mereka terlihat sedang bahagia. Bara meremas benda itu murka.
"Berani sekali lelaki itu memeluk Mairaku!!!" Suara Bara menggelegar, menggema ke seluruh penjuru ruangan.
"Bara, tenanglah. Jangan pikirkan lelaki itu dulu. Lihat di balik foto itu ada alamat. Di sanalah Maira sekarang, Bara. Ia bersembunyi darimu di tempat itu," ujar Debora lagi.
"Aku akan membawanya pulang!" desis Bara dengan tangan terkepal.
"Ya, dia milikmu, Bara. Bawa ia kembali ke pelukanmu." Debora berdiri, memakai kembali kacamata hitamnya. Ia melangkah keluar dengan anggun, dikawal oleh dua orang berbadan besar.
"Bee, aku bersumpah tidak akan membiarkan siapapun merebutmu dariku lagi!" Bara duduk dengan tenang. Besok, ia akan berangkat ke Surabaya. Besok ia akan segera membawa kembali gadisnya. Besok, ia pastikan Maira akan kembali lagi menyatu bersama dirinya.
Di tempat lain keesokan harinya, Arya memandang Maira lekat. Ia memasangkan cincin untuk Maira, Arya melamar Maira.
"Maira, menikahlah denganku," gumam Arya serius.
Maira menunduk dalam ia tidak bisa memberikan jawaban itu sekarang. Meski Arya sudah sangat sabar menunggunya selama ini.
"Berikan aku waktu, Mas." Maira tampak berpikir.
Arya menghela nafas. Tapi kemudian ia mengangguk.
"Aku akan menunggu, Mai."
"Mas Arya, aku benar-benar tidak mau menyakitimu kelak," gumam Maira keluh.
"Mai, aku benar sangat mencintaimu. Aku akan menunggu sampai kau mau menerima lamaranku." Arya meraih jemari Maira lalu menggenggamnya.
"Dua hari lagi, Mas, aku akan memutuskan," putus Maira akhirnya. Arya mengangguk pelan. Ia sudah sangat berharap bisa meminang Maira. Bibi juga sudah setuju, kini semua tergantung Maira.
Saat Arya telah pulang, Maira berbaring dalam kamarnya. Ia bimbang sekali. Dua jam berlalu, pintu rumahnya terdengar diketuk. Ia memang belum mengantuk. Maira melihat jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Apa mungkin ada barang Arya yang tertinggal?
Maira pergi ke toilet dulu, ia ingin buang air kecil. Meski ketukan semakin terdengar sering namun ia tidak bisa menahan hasrat untuk buang air kecil dulu. Akhirnya setelah ketukan yang entah sudah berapa kali, Maira segera pergi ke depan. Mungkin memang Arya yang sekarang berada di depan pintu itu.
"Mas Arya?" Maira berujar sebelum memutar kunci.
"Heeemmmm." Suara laki-laki. Maira masih berpikir itu Arya. Ia tersenyum.
Sampai akhirnya saat ia membuka pintu, senyumnya mendadak hilang. Ia menutup mulut. Tidak percaya penglihatannya.
"Siapa Arya, Sayangku?" Maira mundur saat lelaki itu merangsek masuk lalu mengunci pintu.
ko kaya di novel cerita hidup mu Thor
pilih yg terbaik untuk mu
untungnya Kevin mati....kl ngga perang Baratayudha beneran
Tuhan pasti memberikan kebaikan yg terbaik dibalik kejadian yg menimpa kita.
teruslah berpikir positif atas segala kejadian.
memang tdk mudah...
semangat kak💪
othor keceh comeback again, apa kabare si Beben kak??????😂😂
masi kah pake pempers?????
ada notif langsung gassss.....
apa kabar mak, moga mak Julie yg cantik mem bahenol selalu sehat2 dan lancar semuanya Aamiin🤲
biar semangat up nya...🥰🥰🥰