Sejak bersama dengan Kenneth hidup Bulan semakin dipenuhi dengan warna.
Sejak bersama dengan Bulan hidup Kenneth kembali dihiasi dengan kebahagiaan.
Kenneth selalu berhasil mengukir senyum di wajah Bulan bahkan hanya dengan melihatnya.
Bulan berhasil membuat Kenneth ingin hidup lebih lama.
Seperti tawa yang berdampingan dengan air mata, juga hal baik yang berdampingan dengan hal buruk. Kisah cinta pertama mereka juga begitu.
Bulan berharap mereka selamanya.
Kenneth juga berharap yang sama dalam ketakutannya.
Semua ingin akhir yang bahagia, tapi tidak ada yang benar-benar tau pada akhirnya akan seperti apa.
Kenneth yang selalu membuat Bulan tersenyum kini juga berhasil membuat Bulan sering menangis dalam keheningan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Keirina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SI AGRESIF
"Eh Jennie sama V bts katanya pacaran njir!" Ujar Sari sedikit heboh begitu melihat berita yang muncul di beranda sosial medianya.
Bulan yang sedang memainkan game homescapes di handphonenya melihat ke layar handphone Sari yang duduk di sampingnya.
"Ya ampun saingan gue Jennie lagi, ya udah gue nyerah ajalah sama V, muka gue kan gak seberapa mana sebanding gue sama Jennie. Gue deketin adeknya aja lah mulai sekarang si Jungkook" Ujar Sari yang sedang dalam mode fangirl.
Bulan menatap Sari jengah, "Sadar Sar, gue takut lo stress kebanyakan halu!" Katanya.
"Kita kan gak pernah tau apa yang terjadi kedepannya, gak ada yang mustahil Lan" Ujarnya percaya diri.
Bulan menghela nafasnya kembali menatap layar handphone, malas meladeni Sari dengan segala kehaluannya. Sari tidak memperdulikan Bulan, jarinya kembali asyik menggulir layar handphonenya, mengestalk satu persatu media sosial pacar-pacar halunya.
"BULAN!" Suara berat seorang laki-laki jelas terdengar di telinga Bulan dan Sari yang sedang sibuk dengan handphone mereka masing-masing.
Sari dan Bulan yang sedang duduk di bawah pohon besar yang ada di taman sekolah saling bertukar pandang, lalu menggulirkan mata mereka mencari orang yang baru saja menyebut nama Bulan.
"ANJIR!" Ujar Bulan spontan begitu matanya beradu tatap dengan laki-laki bertubuh tinggi yang berjalan ke arah mereka. Sari yang juga melihatnya, menatap Bulan yang terlihat ingin sekali kabur sekarang juga sambil menahan tawanya, "Pengagum setia lo dateng Lan!" Ucapnya.
"Bulan, lo ngapain di sini?" Tanya laki-laki bertubuh tinggi dengan senyuman di wajahnya duduk di sebelah Bulan yang sekarang terlihat risih. VIRZA, namanya.
"Tidur." Ucap Bulan asal dengan juteknya.
Virza tersenyum, "Lo udah makan belum?kantin yuk!" Ajaknya tidak terpengaruh dengan nada jutek Bulan.
"Nggak."
Senyum Virza semakin lebar menatap Bulan. Bulan yang melihatnya, menatap Virza aneh dengan mata sinisnya.
"Lo jangan jutek jutek, gue tambah suka nanti loh" Ujar Virza. Sari yang mendengarnya cekikikan sendiri. Bulan pun spontan menepuk paha Sari yang membuat Sari mengaduh sakit dan menggerutu kesal.
"Lo ngapain sih ke sini?" Ketus Bulan
"Mau ketemu lo" Ujarnya to the point,
"Ayo ke kantin" Ajak Virza lagi.
"Kalau mau ke kantin ya pergi sana sendiri, gak usah ajak-ajak gue!"
"Lo kenapa sih galak banget sama gue?"
"Apasih?suka-suka guelah!udah sana lo ah!"
Virza senyum-senyum sendiri, menundukkan kepalanya, lalu kembali menatap Bulan, "Ya udah gue pergi dulu ya, jangan kangen" Ujarnya. Virza berdiri dari duduknya.
"GAK AKAN!" Bulan menatap galak Virza yang berdiri di depannya sambil tersenyum. Virza hanya tertawa mendengarnya, kemudian setelah itu dia pergi meninggal Bulan dan Sari.
"Awas loh nanti beneran suka sama dia baru tau rasa!" Ledek Sari begitu sepeninggalan Virza
Bulan berdecih, "Gak akan!" Ujarnya dengan yakin.
"Tapi gue setuju kok Lan lo sama Virza, menurut gue dia cocok buat lo yang teramat sangat cuek dan jutek plus sinis, plus mood-moodan, plus..."
"Lo udah pernah gue lempar pake sepatu?" Bulan memotong ucapan Sari galak.
Sari menggeleng cepat, "Gue diem" Katanya, menutup mulutnya rapat-rapat. Bulan menatap dengan wajah betenya, "Lapar, ayo kantin!" Ajak Bulan dan langsung berjalan meninggalkan Sari.
"Tungguin!" Sari mengejar Bulan yang berjalan dengan cepat.
***
"Bulan" Virza yang duduk di salah satu meja kantin sambil meminum es jeruk melambaikan tangannya begitu melihat Bulan dan Sari yang berdiri di pintu masuk kantin mencari meja kosong.
Kantin sangat penuh saat ini, mungkin karena jam kosong makanya para murid langsung melarikan diri semuanya ke kantin. Sekolah mereka sedari pagi sedang jam kosong karena para guru mendadak mengadakan rapat dengan kepala sekolah dan tidak tau kapan akan selesainya dan siswa-siswi baru diperbolehkan pulang saat jam istirahat nanti, jadilah warga sekolah yang harusnya saat ini sedang belajar di kelas masing-masing malah berkeliaran di luar kelas.
Bulan melihat Virza sekilas dan memilih mengabaikannya. Matanya sibuk menerawang sekeliling kantin mencari kursi yang bisa mereka duduki. Sari yang berdiri disebelahnya pun begitu.
"Itu ada Fahri, Kenneth, Yuda, ayo Lan!" Ajak Sari begitu matanya mendapati Fahri yang sedang makan dengan Kenneth dan Yuda. Bulan melihat ke arah yang dibilang Sari, lalu mereka berjalan ke sana mengacuhkan Virza yang masih berusaha membujuk Bulan duduk bersamanya. Tapi nihil, Bulan hanya melewatinya begitu saja.
"Mana Gino sama Niko?tumben gak ngikut?" Tanya Sari begitu mereka berada di tempat Fahri, Kenneth dan Yuda. Sari duduk di sebelah Yuda sedangkan Bulan duduk di sebelah Kenneth yang masih kosong. Mereka melihat Bulan dan Sari yang entah datang dari mana.
"Gino lagi boker kalau Niko biasa lagi nyamperin gebetan barunya" Ujar Fahri, lalu menyeruput es jeruknya.
"Anjir!udah ada gebetan baru lagi dia?bukannya baru putus sama Loly yang sekelas sama lo ya?" Sari menggelengkan kepala heran
"Namanya juga Niko" Ujar Fahri.
"Ini gue beliin minuman, jus apel, kesukaan lo kan?" Virza meletakkan cup plastic di hadapan Bulan dan tanpa permisi duduk di sebelah kiri Bulan dengan senyum menghiasi wajahnya menatap Bulan.
Bulan menatap Virza jengkel, "Lo ngapain sih ah, sana pergi!" Usirnya
"Gue kan mau makan bareng lo, tadi gue ajak duduk sama gue gak mau, ya udah gue samperin" Ujarnya dengan santai tidak terpengaruh sama sekali dengan sikap galak Bulan
Bulan berdecak kesal.
Kenneth yang duduk di samping kanan Bulan melihat Fahri dan yang lainnya bertanya.
"Biasa, salah satu penggemar berat Bulan" fahri tersenyum menggoda Bulan yang terlihat kesal. Fahri saja yang sudah lama mengenal Bulan tidak berani jika sudah melihat raut wajah Bulan yang seperti saat ini, wajahnya ditekuk, sorot matanya tidak bersahabat yang berarti Bulan sudah siap menerkam. Cuma Virza yang tidak kenal takut mendekati Bulan dalam mode ini.
Sari tertawa melihat Virza, "Lo udah ditolak mentah-mentah masih aja gak kapok!"
Virza menatap Sari, menyunggingkan bibirnya, "Itu dia daya tarik temen lo, baru dia yang nolak gue mentah-mentah soalnya" Ujarnya yang membuat mereka yang ada di meja itu tertawa kecuali Bulan, "Menurut lo kurangnya gue apa coba?ganteng, perhatian, pintar, kapten Sepak Bola, baik, anak tunggal kaya raya, masa temen lo nolak gue mulu?" Tanya Virza dengan kepercayaan dirinya yang setinggi langit. Memang benar jika Virza adalah anak tunggal kaya raya, orangtuanya adalah pembisnis sukses sama seperti orangtua Sari. Meskipun begitu dia tidak pernah sombong dan bergaul dengan siapa saja di sekolah ini.
"Lo mau tau kurang lo apa Vir?" Sari menahan tawanya melihat Virza
"Apa?"
"Lo kurang sadar diri kalau temen gue risih sama lo" Sari tertawa meledek Vriza
Virza menghela nafas frustasi.
"Gue setuju kok lo sama Bulan Za, dia perlu cowok kaya lo soalnya" Ujar Fahri yang langsung mendapat tatapan tajam dari Bulan.
"Lo yang pergi?apa gue?" Tanya Bulan menatap tajam Virza yang cengar-cengir melihatnya
"Gue aja. Selamat makan Bulan!" Ujar Virza lembut tidak memperdulikan sorot mata tajam Bulan padanya. Dia berdiri, "Jangan jutek-jutek, gue makin suka jadinya" Ujarnya, lalu langsung melangkahkan kakinya pergi sebelum Bulan melemparnya dengan jus apel yang sudah ada di tangannya.
Bulan meletakkan kembali jus apelnya di meja dengan kesal, lalu melihat Fahri, Niko, Sari dan Kenneth yang menertawakannya bergantian dengan sorot mata tajamnya.