NovelToon NovelToon
Gadisku Sayang Dimana Kamu

Gadisku Sayang Dimana Kamu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:742
Nilai: 5
Nama Author: Rosida0161

Karena beda kasta maka Danudirja menitipkan bayi itu ke panti asuhan, pada Yunita putrinya dia berbohong mengatakan bayinya meninggal. Takdir membawa bayi itu pada ayah kandungnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosida0161, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kang Ojol Yang Misterius

Tiara celingak celinguk dengan raut wajah penuh ketakutan melihat Sandi mendekat. Bukannya tak tahu balas budi, tapi jika diketahui oleh menejer yang terlihat disiplin dan sedikit galak itu kedatangan nih cowok, gimana, dong?

"Hei kok bengong gitu ngeliati aku?" Sandi masih tampak santai, bahkan kini duduk di sebelah Tiara duduk. Mereka duduk di satu bangku panjang.

Tentu saja Tiara semakin terlihat cemas memandang Sandi yang begitu dekat di sampingnya. Jangankan membalas sapaan dan pertanyaan pemuda itu, dadanya justru semakin berdebar debar. 

"Jangan suka bengong nanti kesambet, lho ..." Sandi sangat santai berbeda dengan Tiara yang kini menjadi tegang. Dia merasa serba salah, mau mengusir Sandi tapi tak sampai hati kan pemuda ini yang sudah menolongnya. Tapi bagaimana kalau ibu menejer melihatnya berdua bersama nih pemuda di taman, kan, ribet urusannya, bisa dikira seenaknya menerima orang nantinya.

Duh, gimana, nih cara ngusirnya?

Tiara semakin berdebar dadanya tak tahu cara terbaik menyampaikan keberatannya dikunjungi Sandi ke tempat kerja.

"Udah nggak usah takut menejer kamu galak, ya?" Rupanya Sandi sudah menangkap cemas yang berlebihan pada Tiara.

Tiara masih menatap Sandi tanpa suara, "Ih nih cowok nekat juga," batinnya.

"Jangan tegang gitu, dong," lagi lagi Sandi menggoda.

Saat itu Sandra berdiri si ambang batas antara taman dan dapur.

"Sandi ..." panggil Sandra.

Sandi langsung berdiri dan bergegas ke arah Sandra, sedangkan Sandra sudah melangkah ke dalam.

Wah kacau, nih, seru Tiara dalam hati. Biar saja sok tahu sih main nyelonong ajah, tapi tiba tiba dia teringat dirinya pun akan kena tegur sang menejer.

Tapi sampai istirahat siang berakhir dan kembali ke pekerjaannya, si Sandra menejer yang terlihat tegas itu, tak memanggil Tiara, hal itu membuat gadis itu sangat bersyukur.

"Tapi aku tak boleh senang dulu, barangkali ini dianggap pelanggaran pertama menerima kenalan di dalam lingkungan pekerjaan."

"Neng kok ngelamun?"   Mbak Watini mendekat pada Tiara.

Watini  tersenyum.

"Ini tugas dimulai lagi, Dik," diletakkannya susunan piring kotor di atas wastafel cucian piring, lalu mengambil panci kotor yang sudah tersusun minta dibersihkan "Aku cuci ya, Mbak," tanpa menunggu segera Tiara lebur dengan pekerjaannya.

"Panci panci itu biar aku yang cuci, Dik, banyak lemaknya " seru Watini yang sejak kedatangan Tiara beban cucian piring yang menumpuk setiap harinya tak lagi membuatnya terlalu kepontang panting. Pekerja bagian cuci piring sedang cuti hamil dan melahirkan, makanya kedatangan Tiara adalah dalam waktu yang tepat.

"Ya, Mbak, tenang saja aku orangnya sangat menghargai pekerjaan orang lain, kok " canda Tiara membuat Watini senyum senyum gemas. 

Semua pekerjaan sudah berjalan seperti biasa. Piring kotor silih berganti datang.

"Dik Tia ngomong ngomong kalau si Minah sudah selesai cuti melahirkan mungkin Dik Tia nggak di sini lagi," ujar Watini sambil menggosok pantat panci.

Tiara terkejut. Wah diberhentikan, nih, pikirnya.

"Tapi paling diover ke restaurant yang lainnya," sambung Watini sudah pada pekerjaan menyiram panci panci yang berhasil dicairkan lemaknya dengan air panas 

Tiara menoleh pada Watini belum paham.

"Restaurant  Keluarga Bahagia ini ada lima cabang  Dik,"

"Oh, ya,"

" Semua di Jakarta?"

"Ya di lima wilayah Jakarta. Ini pusatnya,"

"Oh ..."

"Ya saya bekerja di sini sudah sepuluh tahun, Bu Bira malah sudah lima belas tahunan,"

"Wah sudah lama juga, ya,"

"Ya sejak dipimpin oleh mamanya Non Sandra," 

"Oh,"

"Sekarang diturunkan pada Non Sandra sebagai pimpinan sekaligus Menejer semua restaurantnya,"

"Wah sibuk banget ya, Mbak harus mengurus lima restaurant seorang diri ..."

"Resiko, makanya Non suka terlihat emosi kalau sudah kelelahan, adik lelakinya masih kuliah, jadi ya dia kudu sabar menunggu adiknya siap menggantikannya memimpin restaurant milik mereka," 

"Ya juga, sih, kalau nggak sabar bisa stress ..." ujar Tiara seperti bisa merasakan bagaimana  sibuknya dan lelah si Sandra harus bertanggung jawab pada semua restaurantnya. Pantas suka terlihat sulit tersenyum. Gumam hatinya. 

"Itulah orang kaya, Dik, sulit untuk bersantai, nggak seperti kita habis sibuk kerja ya melepas lelah di kamar kontrakan, kerja lagi besok harinya," tertawa Watini, " Cuma ya hanya segitu gitunya milik kita nggak ada tabungan yang berarti untuk masa depan," lanjutnya,"

"Ada tenaga ada tambahan, ada modal ada keuntungan," muncul Bira membawa panci kotor nimbrung pada percakapan Watini, "Orang sibuk memeras otak dengan orang sibuk kerja tenaga, memang beda hasilnya," 

"Ya juga, Buk," ujar Watini nyegir.

"Kita ini sudah enak, kerja dapat makan, pulang istirahat dan pagi kerja lagi, akhir bulan gajian," tertawa Bira, tapi ya kalau nggak pandai menabung terus menerus begitu, makanya kudu hemat, kalau udah punya tabungan tinggal istirahat, ya bisa jualan kecil kecilan depan rumah,"

"Benar, Buk,"

"Tapi aku walau punya niat memulai usaha jualan sembako kok ya berat meninggalkan pekerjaan di sini, mungkin sudah kedagingan jadi asisten juru masak," seru Bira yang memang diangkat menjadi asisten juru masak, membantu koki yang sudah lama bekerja di restaurant Keluarga Bahagia. Bahkan Bira pernah dibiayai untuk ikut kursus masak di sebuah hotel berbintang, semua untuk bekal sebagai pendamping koki handal yang ada di restaurant ini.

Percakapan tentang pekerjaan terhenti karena mereka harus fokus pada tugas selanjutnya.

                                                              *

Sandi masih terlibat pembicaraan dengan Sandra. Sang kakak terkesan begitu keras meminta adiknya untuk segera sadar akan tanggung jawab sebagai anak lelaki yang menjadi penerus usaha keluarganya.

"Kamu tuh, ya, bukannya pulang istirahat terus baca satu persatu buku yang Kakak berikan, ngapain juga masih di sini," 

"Jangan terlalu seriuslah, Kak, santai dikit," ujar Sansi berusaha meredahkan emosi kakaknya.

"Pasti aku emosi bila melihat kamu di sini, kan, lebih baik di rumah belajar menejemen restaurant kita," ujar Sandra kembali naik emosinya.

"Oke aku pamit," pemuda iru berdiri dan membalikkan badan berjalan menuju pintu.

"Sandi," panggil Sandra saat adiknya baru mendekat ke pintu.

Sandi menoleh sekaligus menghentikan langkahnya. 

"Berapa hasil ngojol hari in?"

"Mau tahu atau mau usil?" Sandi tahu kakaknya tak sungguh ingin tahu hasil perolehannya ngojek online.

Sandra menghela napas panjang.

"Pengalaman bertemu orang banyak dan berbagai karakter mereka hasil hari ini," ujar Sandi nyengir yang hasil pendapatan ojolnya dia bagikan pada mereka yang membutuhkan.

Sandra tak mau lagi berdebat, "Segera pelajari, ujianmu hanya tersisa satu tahun setengah, kuharap kau tepati janjimu untuk menggantikan aku," setelah itu dia membuka laptopnya tak perduli lagi pada Sandi.

Begitu  pun dengan Sandi segera bergegas meninggalkan ruang kerja kakaknya.

Saat Tiara bersama Bira akan meninggalkan restaurant karena ship kerja mereka sudah berakhir, Sandi mendekat.

"Titip kang cuci piring yang cantik ini ya, Bu Bira," ujar Sandi sambil mengerling pada Tiara.

"Dia lagi ." dalam hati berseru Tiara berseru, tapi dia sebenarnya suka pada sikap santai Sandi dan kebaikan pemuda driver ojol itu.

"Tenang saja Den ..." ujar Bira tersenyum.

"Den ...?!" Batin Tiara mendengar Bira menyebut Sandi dengan panggilan 'Den' yang tak lain kependekan dari Aden. Itu artinya si Sandi apanya Bu Bira?

Sandi berlalu setelah melambai pada Tiara .

Bersambung

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!