NovelToon NovelToon
Daisy

Daisy

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Persahabatan / Romansa / Kriminal dan Bidadari / Chicklit
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Inisabine

Hidup Singgih yang penuh kegelapan di masa lalu tanpa sengaja bertemu dengan Daisy yang memintanya untuk menjadi bodyguard-nya.


Daisy
Penulis: Inisabine
Copyright Oktober 2018

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inisabine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16

Aroma mie membumbul di ruangan apartemennya. Semangkuk mi rebus dengan telur berhasil mematahkan diet Daisy Cattleya Ekadanta. Oke. Anggap saja ini sebagai penyambutan Singgih sekaligus kembalinya ia ke apartemen.

"Kenapa kamu membunuh?"

Gerakan tubuh Singgih terhenti.

Daisy menggigit bibir bawah. Bisa-bisanya ia melemparkan pertanyaan frontal. Setelah hening yang panjang, ia justru memulai percakapan dengan membuka masa lalu Singgih.

"Udah nggak ingat."

"Dendam? Harta? Cewek―mungkin?"

Cukup lama bagi Singgih untuk menjawab. "Cewek... mungkin," beonya.

"Cewekmu direbut? Terus kalian berantem dan―"

Singgih mendongak pelan. Tatapan dingin itu melembut kala menatapi sepasang manik mata Daisy. "Mending kamu nggak usah tahu tentang hidupku."

"Kapan kejadiannya?"

"Saat SMA."

"Berapa tahun dihukum?"

"Sepuluh tahun."

"Sudah bebas berapa lama?"

Sikap Daisy mirip petugas yang sedang menyelidiki tersangka saja.

"Dua tahun."

"Berarti umurmu sekarang tiga puluh?"

"Kurang lebih."

"Aku baru dua-lima." Daisy melihat usia mereka yang terpaut lima tahun. "Kupanggil kak aja, ya?"

"Panggil aja Singgih."

"Eei, kalau Gendis tahu aku bisa kena omel. Dia bakalan bilang Dai, dia lebih tua dari kamu. Mana sopan santunmu. Gitu." Tanpa sadar Daisy mulai mencerocos. "Mas Singgih―aja gimana?" cobanya memanggil sopan.

Kunyahan di mulut Singgih melambat kala melihat ulasan senyum yang terukir di wajah Daisy. Sesuatu mulai menggejolak di dadanya. Sesuatu yang telah lama tidak dirasakannya dan ia kembali merasakan hangat menggulir di hatinya.

"Terserah." Singgih menunduk, melanjutkan makannya.

"Pacar punya?"

Singgih tersedak. Ia lekas beranjak untuk ambil gelas keramik di rak belakang.

"Yang hijau punyaku."

Gerakan tangan Singgih yang hendak mengambil salah satu gelas tertahan di udara. Ada enam gelas yang bergantung berjejer―yang di matanya semua terlihat sama. Ia masih terbatuk-batuk, kemudian mengambil gelas yang tergantung di ujung. Entah warna apa yang diambilnya.

Daisy menatap tajam Singgih yang sedang menuang air dari teko kaca ke gelas.

"Itu punyaku."

Air muka Singgih sedikit tegang, lalu ia menyodorkan gelas berisi air itu ke Daisy. Seakan gelas itu memang ditujukan untuk sang tuan putri. Singgih mengambil kembali gelas yang lain, menuang air dari teko, dan menenggaknya tandas hingga batuk-batuknya reda.

"Itu gelasnya Sofie." Daisy menunjuk ke gelas di tangan Singgih.

"Seperti Sofie."

"Merah?" Daisy kemudian terbahak. "Iya, sih. Kata orang merah itu membara. Sama seperti Sofie yang selalu menggebu-gebu. Apalagi masalah cowok. Nah, yang jingga itu," lanjutnya menunjuk ke rak belakang, "punyanya Gendis. Aku sengaja beli yang warna-warni biar rame aja kayak pelangi. Sofie malah bilang rumahku udah kayak TK. Hahaha. Hidup kan, perlu banyak warna biar nggak bosan."

"Hidupku sangat membosankan. Karena nggak banyak warna yang aku kenal."

"Warna kesukaan Mas Singgih apa?"

"Nggak ada. Bagiku semua warna sama."

"Beda. Setiap warna punya sifatnya masing-masing. Aku sih lebih suka hijau. Karena hijau identik dengan pepohonan, daun, sesuatu yang menyegarkan mata."

Terdiam Singgih. "Kalau duniamu hanya ada beberapa warna saja gimana?"

Kutambahkan lagi dengan warna baru. Campur-campur warna bisa menghasilkan warna baru. Selalu ada jalan untuk menemukan warna baru."

Daisy menutup sendok-garpu. Semangkuk mie habis dilahap dengan nikmat. Malahan ia ingin tambah semangkuk lagi. Harusnya ia beli mie instan yang isi dua sekaligus.

"Aku harus kembali kerja."

Jangan tidur terlalu malam. Matamu bisa berubah jadi panda."

"Kayaknya aku memang harus pilih salah satu, deh," lenguh Daisy.

Daisy melangkah lunglai masuk ke ruang kerja. Baru menempati kursi, ia mendengus lupa membawa gelas, teko air, serta camilan―harusnya sih ada―itu pun kalau ingin mematahkan dietnya lagi.

Daisy membuka pintu, tapi masih berada di ambang pintu saat melihat Singgih menuliskan sesuatu di bagian bawah gelas. Ia keluar menghampiri Singgih yang justru tampak terkejut. Seperti seseorang yang kepergok telah melakukan sesuatu.

Singgih menyembunyikan cepat spidol ke saku celana.

"Apa itu?" Daisy mengamati penasaran.

"Perlu sesuatu?"

"Minum."

Singgih mengambil gelas kering dari rak, secepatnya menyodorkan ke Daisy.

"Hmm." Kening Daisy mengernyit. "Jangan yang itu, deh."

"Gelasmu masih basah."

"Nggak pa-pa. Bisa dikeringin pakai tisu."

Daisy mengambil beberapa lembar tisu dan mengeringkan gelasnya. Diam-diam ia mengamati yang tertulis di bawah gelas. Hanya sebuah huruf 'H' yang tertoreh.

"Apa maksudnya?"

    *

Singgih membukakan pintu mobil untuk Daisy. Langkah sang tuan putri berhenti di depan pintu.

"Mapku ketinggalan."

"Akan kuambilkan."

"Map hijau. Di atas meja. Samping laptop."

Singgih mengangguk paham. Setengah berlari masuk kembali ke apartemen.

Sambil menunggu, Daisy membuka aplikasi webtun. Tadi malam baru saja mengunggah episode terbaru. Bibirnya tersenyum geli membaca satu per satu komentar yang masuk. Senyuman gelinya memudar kaku sekembalinya Singgih dengan membawa map yang diminta.

"Makasih," ucap Daisy seraya tersenyum kaku.

Perjalanan pagi ini pun bergulir hening. Masih ditemani dengan cuap-cuap dari DJ radio.

Mata Daisy melirik ke Singgih yang tengah mengemudikan mobil, lalu beralih ke map yang dipegangnya―berwarna merah. Sebelumnya ia juga memeriksa gelas merah yang biasa dipakai Sofie tertulis huruf 'M' pada bagian bawah gelas.

Daisy terdiam. Ia tak bisa membayangkan jika dunianya tanpa warna. Lalu bagaimana Singgih melihatnya? Apa itu artinya dirinya tak berwarna?

Pandangnya kembali mengamati Singgih. Dalam hatinya bertekad, mulai sekarang ia akan memakai warna baju yang bisa dilihat oleh Singgih. Selamat tinggal warna merah dan hijau―warna kesukaannya.

    *

1
elica
wahhh keren bangettt🤩🤩
mampir di ceritaku juga dong kak🤩✨
elica
hai kak aku mampirrr🤩✨
Inisabine: Haii, makasih udah mampir 😚✨
total 1 replies
US
smg aksyen baku hantam /Good//Good/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!