Dewi Ular Seosen 3
Angkasa seorang pemuda yang sudah tak lagi muda karena usianya mencapai 40 tahun, tetapi belum juga menikah dan memiliki sikap yang sangat dingin sedingin salju.
Ia tidak pernah tertarik pada gadis manapun. Entah apa yang membuatnya menutup hati.
Lalu tiba-tiba ia bertemu dengan seorang gadis yang berusia 17 tahun yang dalam waktu singkat dapat membuat hati sang pemuda luluh dan mencairkan hatinya yang beku.
Siapakah gadis itu? Apakah mereka memiliki kisah masa lalu, dan apa rahasia diantara keduanya tentang garis keturunan mereka?
ikuti kisah selanjutnya.
Namun jangan lupa baca novel sebelumnya biar gak bingung yang berjudul 'Jerat Cinta Dewi Ular, dan juga Dunia Kita berbeda, serta berkaitan dengan Mirna...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Enam belas
Clara dan Jennifer saling pandang, lalu meraskan bulu kuduknya meremang seketika, dan mereka berlari menuju tenda mereka.
Didalamnya tampak Kavita yang terlihat gelisah dan tak tenang. Sedangkan Clara dan Jennifer menarik resleting tenda, lalu duduk dengan lutut ditekuk keatas dsn wajah memucat.
"Kalian kenapa?" tanya Kavita ditengah kegelisahannya yang menanti kedatangan Novi dengan wajahnya yang pucat.
Namun kedua sahabatnya tak.kalah pucat darinya. "Mampus kita, mampus." Jennifer terlihat gemetaran.
"Novi sepertinya sudah tewas, tadi arwahnya nemuin kita," sahut Clara menimpali.
Sontak saja Kavita semakin lunglai. "Bagaimana ini? Kita harus tutup mulut, kalau ditanya sama koordinator jawab saja tidak tahu, bilang dia tadi buang air dan tak kembali," bisik Kavita kepada keduanya.
Jennifer dan Clara hanya menganggukkan kepalanya, mereka tak dapat berbuat apapun, sebab tak ingin dikatakan terlibat akan hilangnya Novi, sebab terakhir bersama mereka.
****
Angkasa bersama Galuh sedang berjaga malam. Mereka akan bergantian dengan lainnya, namun sepertinya mata pemuda itu tak dapat diajak kompromi, sebab rasa lelah saat mendaki tadi membuatnya kelelahan, dan ia ijin untuk tertidur, sebelum nantinya bergantian dengan sang Dekan.
Saat bersamaan, Dita merasa sesak ingin buang air. Ia keluar dari tenda, lalu menguncinya kembali, dan menuju pohon pinus untuk segera membuang hajatnya.
"Kamu mau kemana?" tanya Angkasa pada Dita yang tampak ingin menuju pohon pinus.
"Buang air kecil," jawabnya datar.
"Tunggu." pria itu bangkit dari duduknya, lalu menghampiri sang gadis.
"Bapak mau kemana?" tanya Dita balik sembari meringis menahan rasa sesaknya yang sudah berada dipenghujung.
"Ya temani kamu," jawab Angkasa datar.
"Hah?!"
"Kalian berada dalam pengawasan kami, keselamatan kalian menjadi tanggungjawab kami juga," sahut Angkasa.
Dita menghela nafasnya dengan berat, lalu tak memiliki pilihan, dan akhirnya membiarkan pria itu untuk mengekorinya.
Dita membawa sebotol air mineral, lalu dengan cepat menyelesaikan hajatnya, dan ia masih melihat jika pria itu berdiri tak jauh dari tempatnya.
Wuuuuussh
Dita merasakan hembusan angin yang berbeda menerpa wajahnya. Terlihat seperti sesuatu melesat dengan tubuh mirip Novi yang menghilang dikegelapan malam.
Dita membenahi celananya, lalu beranjak dari tempatnya, saat ini ia merasakan jika bulu kuduknya meremang dan terasa tak nyaman.
Sebuah tangan mencengkram pergelangan tangannya, lalu menariknya ke arah tenda.
Dita menoleh kearah sosok yang menariknya, lalu mencebikkan bibirnya. "Bapak ngagetin saja." omelnya dengan kesal, lalu mengikuti langkah pria tersebut.
"Lagian kamu ngapain liat kearah sana terus?" pria itu menyeretnya untuk terus menuju tenda.
"Tadi aku seperti melihat Novi disana." jawab Dita dengan serius.
Angkasa menghentikan langkahnya. Lalu menatap sang gadis dengan berbagai pertanyaan yang ada dibenaknya.
"Apakah kamu yakin?"
Dita menganggukkan kepalanya. Lalu keduanya tampak saling berfikir.
"Kita periksa saja tenda Kavita. Mereka tidur satu tenda." Angkasa beranjak dari tempatnya dan diikuti oleh Dita yang juga merasakan hal janggal dan tak nyaman.
Keduanya menuju tenda yang ditempati oleh Kavita dan genk-nya. "Vit," panggil Angkasa dengan sopan.
Sontak saja hal tersebut membuat Kavita yang tak bisa tidur menjadi semakin pucat.
"Iya, Pak," sahutnya dengan nada bergetar.
"Apakah Novi ada didalam?"
Pertanyaan itu yang sangat ditakutinya. Ia sangat gemetar untuk menjawabnya. Selama ini ia menginginkan jika Angkasa menyapanya, namun kali ini, sapaan sang Dekan membuatnya sangat ketakutan.
"Sudah tidur, Pak," jawabnya berbohong.
"Bolehkah kamu membuka tenda?"
Kavita semakin pucat. Tubuhnya berkeringat ditengah malam yang dingin menusuk tulang. "Jangan, Pak. Si Clara pakaiannya gak sopan." tolaknya dengan bibir gemetar. Ia berharap jika sang Dekan segera pergi dan tak lagi bertanya.
"Oh, baiklah, berarti tidak ada yang hilang." Angkasa memilih untuk pergi dan meninggalkan tenda. Akan tetapi, ia mearasakan firasatnya yang mengatakan jika ada sesuatu yang disembunyikan oleh sang gadis.
Sementara itu, Dita duduk didekat api unggun. Ia tak masuk untuk tidur, tampak ia membenahi kayu yang mulai habis termakan api, dan menambahnya dengan kayu baru, agar api terus menyala.
Angkasa menghampirinya. Lalu duduk tak jauh dari sang gadis. Hanya berjarak setengah hasta tangan saja "Kenapa kamu tidak tidur?" tanyanya dengan suara yang begitu lembut. Pantas saja banyak wanita yang meleleh untuk memperebutkan dirinya, selain tampan, suaranya saja sudah membuat jantung wanita tak aman.
"Gak bisa tidur," jawabnya masih dengan nada datar.
"Ya sudah, kamu temeni saya jaga malam kalau begitu," sahut Angkasa dengan serius.
Dita hanya diam. Ia masih penasaran dengan penampakan yang tadi dilihatnya. "Apakah Novi ada ditenda, Pak?" tanyanya dengan rasa penasaran.
Meskipun gadis itu satu komplotan dengan Kavita dan berusaha untuk mencelakainya, namun rasa khawatir masih bersemayam dihatinya.
"Kavita menjawab ia sudah tidur," sahut pria tersebut.
"Aku merasa tidak yakin, tapi entahlah,"
"Saya juga meraskan hal yang sama," sabut Angkasa dengan wajah yang tak nyaman. Ia mengedarkan pandangannya ke sekitar pohon pinus yang tampak menggelap dan seolah ada sesuatu yang sedang mengawasinya.
"Pak,"
"Ya,"
Usia bapak sudah empat puluh tahun, kenapa belum menikah juga?" tanyanya dengan rasa penasaran, meskipun agak konyol.
Sontak saja pertanyaan itu membuat sang Dekan salah tingkah. Tetapi ia mencoba menyembunyikannya diantara gelapnya malam yang diterangi oleh apin unggun.
"Seseorang telah menguncinya sejak tujuh belas tahun yang lau, saat dimana saya pertama kalinya bertemu dengan seorang bayi perempuan yang sangat cantik dan hingga kini wajahnya masih tersimpan dihatiku, bahkan entah mengapa, aku tak dapat melupakannya dalam setiap detak jantungku." Angkasa mengungkapkan isi hatinya untuk pertama kalinya pada seorang gadis yang bahkan baru beberapa hari dikenalnya.
Sontak saja hal itu membuat Dita tertawa geli. "Ya ampun, Pak. Berarti bayi itu sudah usia tujuh belas tahun, dan masih kelas dua SMA, bapak udah kepala empat masih nungguin juga?" Dita menatap sang Dekan dengan wajah yang sangat lucu.
"Mungkin bagi sebagian orang ini sangat konyol, tetapi bagiku ini sebuah hal yang gila dan juga penuh misteri." sahut Angkasa. "Sebab sampai saat ini, saya tak pernah bertemu lagi dengan gadis tersebut,"
Dita semakin membeliakkan kedua matanya. "Pak, sudahi penantianmu, jika dia bukan jodohmu, jangan habiskan masa usiamu untuk menunggu yang sia-sia,"
"Sepertinya aku akan memikirkan saranmu, dan mencoba mencari seorang gadis yang dapat membuka hatiku untuk mengisi kekosongan hati ini,"
"Hemmm, semoga saja ada yang bisa membuka hatimu Pak. Tapi jika bayi yang kamu tunggu menjadi jodohmu, maka cinta akan membawanya kembali, sama seperti Bapak bertemu dengannya saat pertama kali."
"Aku bertemu dengannya saat dihutan, sama saat seperti ini." Angkasa menatap sang gadis dengan sangat dalam.
Dita yang ditatap merasa bergidik. "Jangan gitu juga natapnya, Pak. Buat saya merinding saja." Dita memalingkan wajahnya, meski saat ini ia merasakan deguban jantungnya yang memburu.
kedua orang tuanya langsung bertemu biar bisa langsung nikah trus tamat, soalnya kak Siti mau fokus ke begu ganjang 😙😙
aduhh knp g di jelasin sih kannksihan dita nya klo kek gtu ya kann
Dia itu klu gak salah yg tinggal di rumah kosong yg dekat dg rumah orang tua nya Satria yaa , kak ❓🤔