Romansa Pasangan Halalku

Suasana hening saat tatapan mereka bertemu, rasanya engga saling melepas namun ada yang tidak bisa ditolerir.

"Dug."

"Dug."

"Dug."

Yakni jantung, yah detakan jantung Gegei begitu kuat mendominasi hingga membuatnya hampir meledak. Lidahnya keluh, ingin berlari namun untuk bersuara pun tidak mampu.

Arkan menatap kedua mata yang terlihat jernih, hatinya bergetar merasakan kedekatan dalam suasana hening itu. Perlahan menelan saliva saat menurunkan pandangan kebagian bibir membuat Gegei semakin gugup memejamkan mata, itulah yang membuat Arkan semakin tidak bisa menahan.

"Cup."

Kecupan lembut Arkan berikan padanya, sontak Gegei membuka mata merasa terkejut. Membeku, kelopak matanya bergetar sampai otaknya terasa kosong seakan ada sengatan kecil diujung bibir namun rasanya manis.

"Apa ini? First kiss gue?" Batinnya masih menelaah dengan baik kejadian yang baru terjadi.

"Selamat malam." Ucap Arkan yang akhirnya membuat Gegei tersadar lalu dengan cepat memasukkan kepala kedalam selimut menyembunyikan wajahnya yang memerah. Siapa sangka first kiss-nya telah direnggut oleh Arkan malam itu.

Arkan tidak berkomentar namun senyumannya jauh lebih lebar menandakan ia sangat puas dan bahagia. Kemudian ikut berbaring memeluk pinggang Gegei yang memunggunginya, yang dipeluk tidak berani bergerak lagi semakin tidak aman bagi jantungnya.

***

"Ceklek."

Pintu kamar terbuka, namun tak seorang pun muncul dibalik pintu itu. Setelah sesaat hening, perlahan Gegei memunculkan kepalanya memastikan keadaan diluar aman dan terkendali. Rasa malunya begitu mendominasi usia perkara first kiss yang tak terduga. Sebenarnya dibandingkan rasa malu, ada yang lebih sulit dikendalikan. Apa lagi kalau bukan jantung?! Gegei merasa akhir-akhir ini jantungnya selalu bermasalah jika berdekatan dengan Arkan.

Besar kemungkinan ia mengalami henti jantung jika terus berada disisi Arkan, jadi ia memutuskan untuk menghindar seperti yang dilakukan siang itu. Gegei berencana mengunjungi kedua sahabatnya tanpa sepengetahuan Arkan. Kakinya melangka seperti siput menuruni setiap anak tangga, sesekali melirik sekitar memastikan keadaan aman.

Gegei mengendap menuju pintu utama, namun yang Gegei tidak ketahui adalah keberadaan Arkan yang berdiri di ruang tengah sedang memantau dirinya. Pergerakan dan perilakunya semakin aneh membuat Arkan mengerutkan kening keheranan. Entah apa lagi yang dilakukan istri kecilnya itu?

Gegei semakin melangkah tanpa mengubah gayanya, "Cosplay jadi maling disiang bolong?" Batin Arkan menerka-nerka. Hem, mendengar isi pemikirannya sepertinya ia tidak jauh beda dengan Gegei, sama-sama aneh.

"E'hem!" Deheman Arkan mengejutkan Gegei tepat saat dirinya memegang gagang pintu.

"Kak Arkan?" Batinnya sebelum menoleh, naasnya jarak Arkan hanya beberapa langkah hingga membuatnya kelabakan. Mau melirik enggak sanggup, buang muka nanti dikirain enggak sopan.

Pada akhirnya Gegei pun memilih berbalik memunggungi, daripada jantungan mending dikira enggak sopan sekalian, toh selama ini ia memang selalu berbuat onar. Gegei menempelkan kepala ke daun pintu menyembunyikan wajah, semakin membuat Arkan bingung.

"Gegei,,?" Panggilannya pelan namun justru mengingatkan Gegei kejadian semalam. "Selamat malam." Ucapan terkahir Arkan usai first kiss terging begitu saja.

Arkan maju selangkah membuat Gegei gugup, "Jangan!" Ucapnya masih dengan pose yang sama, sontak Arkan menghentikan langkah. Semakin aneh saja kelakuan Gegei dimatanya.

"Gegei kamu...?"

"Jangan mendekat!" Mengangkat tangan kiri menyetop.

"Kenapa?"

"Pokoknya jangan mendekat!"

"Iya tapi kenapa?" Bingung.

"Aku bilang kakak jangan mendekat!" Dengan Nada lebih tinggi mengejutkan Arkan, namun sebenarnya jantung Gegei mulai tidak normal.

"Ok. Ok." Arkan mengangkat kedua tangan menyerah. Gegei mencengkram gagang pintu tanpa mengubah posisinya.

"Kamu mau kemana sebenarnya? Mau kabur?" Bertanya pada punggung sang isteri yang enggan menampakkan wajah.

"Ge,,gei mau ketemu Airin dan Yona." Lirihnya.

"Owh."

"Jadi boleh enggak?"

"Boleh sih."

"Hah?" Mengangkat kepala menarik gagang pintu. "Terima kasih." Berlari menuruni tangga.

"Eh?!" Arkan hanya menggeleng melihat perilaku Gegei, sepertinya semakin hari semakin banyak hal yang tak terduga yang dilakukan. Terkadang lucu kadang juga ngeselin, tapi lebih banyak ngeselin-nya sih.

***

_Rumah_

"Glugk. Glugk."

"Bbruup!" Bersendawa sambil meletakan gelas bening diatas meja.

Gegei menarik napas panjang lalu menyeka keringatnya, sebelum ia tersadar semua tatapan tertuju kepadanya. Menoleh dengan wajah penuh tanda tanya, tidak kalah dengan wajah kedua sahabatnya yang bertopang dagu menunggu penjelasan.

"Gei gimana perkembangan hubungan kamu dan kak Arkan?" Airin menarik Gegei duduk disampingnya, penasaran mendengar cerita rumah tangga sang sahabat.

Gegei tidak menjawab, melainkan bertopang dagu mengingat kejadian semalam. Kalau diingat-ingat membuat hatinya berbunga-bunga, semakin diingat semakin manis hingga wajahnya memerah seperti kepiting rebus bahkan tanpa ia sadari senyuman tipis mulai terlukis dibibir. Kedua sahabatnya pun dapat menebak kalau kemajuan hubungan mereka semakin besar.

"Gei kalian abis lakuin apa aja?" Goda Airin menyikut lengang Gegei. Adegan berganti saat Gegei mulai meraba bibirnya secara halus, semakin membuat mereka gemes.

"Kalian udah lakuin itu Gei?" Tanya Yona membuat Gegei sedikit mengerutkan wajah, pikiran Yona terlalu jauh untuk ukuran hubungannya bersama Arkan.

"Ih Yona enggak gitu juga." Malu-malu.

"Cieee yang kena angin cinta perjodohan." Lagi-lagi Airin menggoda.

"Terus apa dong?" Menggoyang kecil bahu Gegei. Gegei memilih berbisik di kuping kedua sahabatnya, padahal hanya ada mereka bertiga dirumah itu.

"Oowhh Gegei jadi pengen nikah muda deh. Lanjut Yona, "Hehehe." Diakhiri tawa jahil bersama Airin membuat Gegei tersipu.

Setelah puas berbagi moment bersama sahabat tercinta, Gegei akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah. Takut umi khawatir jika pulangnya telat.

**

Gegei berjalan kecil mengayunkan kakinya menuju supermarket untuk membeli beberapa perlengkapan.

"Kak Arkan?" Lirihnya saat melihat Arkan memarkir mobilnya di ujung jalan, Gegei berpikir Arkan sengaja datang menjemputnya hingga membuat hatinya sedikit berbunga. Tatapannya sendu saat sosok Ayunda muncul dan masuk ke dalam mobil.

Gegei yang awalnya ingin menikmati momen bahagia menjadi sedikit murung saat Arkan berlalu membawa Ayunda. Dadanya berdebar mendadak gelisah, ada rasa tidak senang muncul begitu saja. Gegei memegangi dadanya, ada apa ini? mengapa dadanya terasa sakit?

Gegei penasaran, tanpa berpikir panjang menyusul mereka dengan skuter merah milik Arkan. Meski ia tidak terlalu familiar dengan suasana dikota itu namun rasa penasarannya mengalahkan rasa takutnya akan baya yang bisa saja ia temui.

***

_Hotel_

Gegei memarkir skuter disalah satu hotel. Ia bingung juga merasa khawatir, takut ia menemukan sesuatu yang tidak baik untuk hubungannya bersama Arkan. Gegei menatap tidak senang saat keduanya beriringan memasuki pintu utama.

Gegei membuntuti beberapa langkah dibelakang mereka, keduanya memasuki lift semakin membuat hati Gegei tidak karuan. Mengingat selama ini ia selalu menolak perjodohan harusnya sih bahagia, jika Arkan tidak menyukainya. Tapi tidak dengan saat itu, ia justru sangat penasaran seperti apa hubungan mereka dan ada rasa tidak rela melihat kedekatan mereka.

Gegei menyusuri lorong mencari keberadaan mereka, ada banyak ruangan dan kamar. Entah mereka memasuki kemar nomer berapa. Gegei merasa tidak nyaman berada disposisi itu namun tidak menyerah.

"Mas maaf tadi liat orang lewat sini enggak? Kira-kira tingginya segini dan tampan, dia bersama kakak perempuan berbaju coklat." Tanyanya pada cleaning service.

"Owh tadi dia memasuki ruangan private di ujung dek."

"Private?" Batinnya memasang wajah curiga.

Bersambung...