NovelToon NovelToon
DENDAM KESUMAT

DENDAM KESUMAT

Status: tamat
Genre:Horor / Misteri / Balas Dendam / Iblis / Identitas Tersembunyi / Dendam Kesumat / Tamat
Popularitas:569.8k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

“Aku mohon! Tolong lepaskan!”
Seorang wanita muda tengah berbadan dua, memohon kepada para preman yang sedang menyiksa serta melecehkannya.

Dia begitu menyesal melewati jalanan sepi demi mengabari kehamilannya kepada sang suami.

Setelah puas menikmati hingga korban pingsan dengan kondisi mengenaskan, para pria biadab itu pergi meninggalkannya.

Beberapa jam kemudian, betapa terkejutnya mereka ketika kembali ke lokasi dan ingin melanjutkan lagi menikmati tubuh si korban, wanita itu hilang bak ditelan bumi.

Kemana perginya dia?
Benarkah ada yang menolong, lalu siapa sosoknya?
Sebenarnya siapa dan apa motif para preman tersebut...?

***

Instagram Author: Li_Cublik

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dendam : 12

Rahman mencoba melepaskan diri, tetapi tali yang mengikat kakinya sangatlah kuat, ditambah rasa nyeri pada wajah, ia nyaris kehilangan tenaga.

“Gigiku!” Tangannya meraba mulut yang tak lagi simetris rahang atas dan bawah, gigi bagian depan, atas bawah pada rontok.

“Akan ku adukan kalian pada juragan Bahri!” dia mencoba menakuti, padahal tidak ada siapa-siapa di sana.

Kepalanya terasa pusing sekali, seolah seluruh darah menggumpal pada tempurung kepala.

“Si pengecut tetaplah penakut! Hanya pintar menggertak, tapi tak bernyali menghadapi seorang diri! Dasar Bedebah!”

“Siapa kau?” Pandangannya mulai mengabur serta berkunang-kunang sehingga tak bisa mengenali, ditambah area di sekitarnya berkabut.

“Masihkah kau tak mengenaliku?” Ni Dasah mengibaskan tangan, seketika kabut menghilang dan cuaca seperti siang hari terang benderang, tapi tidak ada cahaya matahari yang masuk.

"Ni_Dasah!” Rahman terlihat ketakutan, tangannya berusaha menggapai kakinya.

Argghh!

Tiba-tiba ada sosok mengerikan, wajahnya digerogoti belatung, rambut panjang seperti sapu ijuk, tengah merambat melalui akar pohon yang mengikat kedua kaki Rahman.

Lidah Rahman keluh, tenggorokan tersumbat, dia tak bisa menjerit, matanya melotot menatap ngeri. Wajahnya sudah pucat pasi, baru kali ini dia mengalami kejadian menyeramkan.

Kunti yang berubah menjadi sosok horor, bergelantungan di tali pengikat Rahman. Sorot matanya sangat tajam, tanpa dipinta ingatan menyakitkan itu kembali menyeruak kembali.

Dia melayang menjejak tanah, seketika kembali berubah seperti manusia sebelum dirinya meninggal dunia.

“Apa kau ingat pada gadis berpenampilan lusuh, rambut kusut, berkulit coklat nyaris hitam?” suaranya datar, menatap tajam pada ayah kandungnya yang tengah mencerna mencoba mengingat kembali.

Guna bisa melihat jelas, Rahman menggelengkan kepala, lamat-lamat menatap lekat pada wanita berambut sepunggung, berwajah manis, lugu, dulu tatapannya sayu.

Deg.

“Ratih? Kau_”

"Ya, aku gadis yang dulu kau imingi ingin diakui sebagai seorang anak. Sama seperti ibuku yang kau tipu, dijanjikan akan dinikahi ternyata hanya dijadikan Gundik. Begitu hamil, langsung kau terlantarkan! Saat perutnya membesar, kau memfitnahnya, sehingga dia dikucilkan, lalu diasingkan.” Kunti memandang penuh benci. Perasaan masa lalu yang ia anggap telah mati, ternyata masih menguasai.

Rahman menangkupkan kedua tangan, ia menangis tergugu meminta pengampunan. “Maafkan Bapak, Ratih! Bapak janji akan menebus kesalahan di masa lalu, tapi tolong lepaskan dulu! Kita bicarakan baik-baik!”

Argghh!

Kunti kembali ke wujud hantu nya, melayang hendak menerkam, tapi langsung dihalangi Ni Dasah.

Bugh!

Tubuh Kunti terpental, ada jerat tak kasat mata yang mengikatnya sehingga tidak dapat melepaskan diri.

“Belum waktunya! Nanti ada saatnya kau mengeksekusi dia.” Ni Dasah kembali mengibaskan tangan, membuka ikatan yang membelenggu Kunti.

“Tolong lepaskan aku Ni! Aku janji akan mengabdi kepadamu, membeberkan semua rahasia Bahri!” Rahman masih tidak putus asa, berusaha mencari celah dengan cara mengiba.

Namun, sama sekali tidak dipedulikan. Dirinya kembali ditinggalkan seorang diri.

“Juragan, tolong saya! Diri ini tengah ditawan di hutan terlarang! Ni Dasah ternyata masih hidup.” Pria bergelantungan itu mencoba konsentrasi, berharap bisa melakukan telepati dengan tuannya.

"Dasar bodoh! Kau pikir kekuatan juragan pengecut mu itu bisa menembus sampai sini,” Ni Dasah mendengus geli.

Tak ada ilmu hitam ataupun orang yang tidak dikehendaki bisa masuk ke hutan terlarang. Adapun manusia nekat, maka dia takkan kembali pulang. Kalaupun berhasil keluar dari hutan mistis ini, maka sosoknya tidak lagi sempurna, yakni menjadi cacat mental seperti orang linglung, sulit diajak komunikasi.

.

.

“Bapak kemana, Buk? Mengapa jam segini belum juga pulang! Aku mau tampil di kampung perbatasan kota!” Farida terlihat murka, sedari dua jam tadi dia menunggu sang ayah yang tak kunjung pulang.

Surti pun terlihat cemas, meskipun sang suami berperangai jahat kepadanya, tapi tetap saja dihatinya masih tersisa rasa sayang. Sebab, Rahman sudah membersamai nya puluhan tahun lamanya.

“Mungkin motornya rusak, atau bocor ban,” katanya mencoba menenangkan sang putri dan dirinya sendiri.

“Coba kau jalan kaki sampai persimpangan depan sana, siapa tahu ada kendaraan lewat yang bersedia memberikan tumpangan,” Surti memberikan usul. Di wilayah transmigrasi, masih sedikit yang memiliki kendaraan roda dua, apalagi mobil, bisa dihitung dengan jari.

"Tak sudi! Aku sudah dandan cantik begini, masa disuruh jalan kaki. Mana jalanan berdebu lagi!” Farida merajuk, dia masuk lagi ke dalam rumah, membanting daun pintu.

Surti mengurut dada, berusaha bersabar menghadapi tabiat Farida yang sebelas duabelas seperti ayahnya.

Tiba-tiba ada becak motor yang melintas dan memasuki pekarangan rumah bu Mina. Surti sampai memicingkan mata, melihat siapa yang menumpang, ternyata Bu Mina.

Ibunya Sawitri turun dari becak mesin, mengambil kantong plastik lebih dari tiga yang terlihat berat berisi penuh entah apa.

Setelah membayar tarif, ia mengucapkan terima kasih.

“Pak! Tunggu sebentar!” Surti mendekati pengendara sambil memanggil Farida. “Bisa tolong antar putriku ke kampung perbatasan kota?”

“Tentu bisa, asal bayarannya sepadan,” ucap si tukang becak.

Farida keluar dari dalam rumahnya, menatap penasaran pada belanjaan yang ditenteng bu Mina.

“Uang dari mana, Bik? Kok bisa belanja banyak? Atau jangan-jangan habis melakukan pesugihan?” Alisnya naik turun, bibir mencibir.

"Jaga ucapan mu, Farida! Cepat naik sana!” hardik Surti, dia sungguh tak enak hati dengan bu Mina.

“Aku kan cuma bertanya. Lagian orang melarat kok sok-sokan bergaya macam punya duit saja!” cebiknya, lalu naik dan duduk pada busa kursi.

“Maafkan Farida ya, Bu Mina.” Surti sampai menangkupkan tangannya, matanya sudah memerah menahan tangis. Dia malu sekali.

Bu Mina mengangguk singkat, menatap sekilas becak motor yang sudah berlalu, kemudian tanpa kata melangkah begitu saja.

Begitu sudah berada di dalam rumahnya, ia mengeluarkan barang belanjaannya.

Dua kantong berisi baju baru untuk Sawitri yang nanti akan kembali ke rumah ini dengan sosok yang dia sendiri tidak tahu seperti apa. Lainnya, bahan kebutuhan dapur dan ada juga pisang Ambon, bunga tujuh rupa untuk sesaji.

Ya, mulai kini dia juga sama seperti warga pemuja iblis. Bedanya, tidak menyembah demi pundi-pundi rupiah, tapi kelancaran rencana pembalasan dendam kesumat putrinya.

.

.

Malam yang ditunggu pun tiba. Sekeliling batu persembahan terang benderang oleh cahaya obor, binatang malam berbunyi bersamaan, bau kembang dan kemenyan tercium tajam.

Sawitri, berbaring terlentang di atas batu. Tubuhnya hanya tertutup kain jarik, tepat di atasnya, Rahman masih tergantung terbalik dalam keadaan tidak sadarkan diri.

Suasana hangat berubah pengap. Semakin kencang suara Ni Dasah membaca mantra, suhu bertambah hampa, dan binatang malam tak lagi bersuara.

"Junjungan ku, datanglah! Terima persembahan ini! Sebagai gantinya, tolong berikan kepada putri ku rupa baru, keistimewaan dari darah manis dan tulang wangi!" serunya.

Rahman tiba-tiba sadarkan diri, dia meraung kesakitan, sekujur tubuhnya seperti melepuh, dimulai dari ujung kuku jari kaki.

Argghh!

Sekuat tenaga mencoba melepaskan diri, tali yang mengikatnya berayun-ayun.

"Lakukanlah!"

Kunti yang sedari tadi menunggu giliran, mengambil paku besar, dia langsung melayang mendekati sosok yang memberontak.

Tanpa belas kasih, menusuk-nusuk kepala bapak kandungnya. Seketika darah mengucur mengenai wajah dan sekujur tubuh Sawitri.

Argghh!

"Tolong!"

"Tolong!"

Kabut tebal mulai mengelilingi Rahman, seperti Ular membelit korban, sampai terdengar suara tulang remuk.

Kretak!

"To_long! Am_pun!"

Hi hi hi

"Seperti itulah dulu saat mereka mengeksekusi, Rahman!"

Bertepatan dengan itu Sawitri terbangun, dia merasa aneh pada tubuhnya sendiri. "Mengapa bisa sejelas ini, di mana suara itu ...?"

.

.

Bersambung.

1
Nisa Nisa
kejahatan iblis yg kalian balas dgn memakai bantuan iblis juga, percayalah setelah dendam terbalas kalian akan tetap harus memberi tumbal pada iblis sesembahan kalian dan itu akan mengambil orang-orang tdk bersalah apa-apa pada kalian. jadi apa beda kalian dgn mereka??
Nisa Nisa
di desa udah tuir bukan pemuda lg kalau 35 tahun itu
Nisa Nisa
Rahman memang jahat Tp sepertinya Surti tdk terlibat. Itulah jahatnya dendam utk membalasnya kadang mengenai orang yg tak bersalah
Nisa Nisa
astaghfirullah al adzim
Nisa Nisa
atas nama dendam bahkan tega menjerumuskan putri sendiri ke dasar neraka
Nisa Nisa
sama aja, demi apapun kalau yg dipuja iblis ya sesat jg namanya.
Begitulah manusia ada yg diuji dgn harta atau penderitaan semua berpulang bgm manusia menjalani ujian itu, bersyukur atau takabur bersabar atau mengikuti nafsu
Nisa Nisa
sdh deh bakal diantar ke hutan larangan 🤣🤣
Nisa Nisa
ini perang sesama pemuja iblis. dan iblis pun tertawa krn makin banyak teman ke neraka 🤣🤣
Nisa Nisa
utk memotong motong manusia 🤬
Nisa Nisa
setan mana mau rugi, manusia aja gk ada yg gratis sekarang ini pertolongannya apalagi kunti. semua tumbal itu gk akan dimakan hanya jalan agar manusia makin jahat pada sesama manusia dan menumpuk dosa utk memastikan menemani mereka ke kerak neraka
Emi Widyawati
bagus sekali
Cublik: Terima kasih Kakak ❤️‍🔥
total 1 replies
Nisa Nisa
logika alur cerita ini bgm?
kejadian 15 th yg lalu.. td aku berasumsi masa umur Sawitiri baru 15 th udah kawin, eh keterangan selanjutnya saat kejadian umurnya 5 th oke jd umur Sawitri 20 th. kenapa kemudian dia mencari kakaknya, cerita ini lompat atau bgm kok aku bingung dibagian mana disebut ada kakaknya,
Cublik: Umur Sawitri saat kejadian Kakak dan orang tuanya, masih lima tahun.

Dan cerita ini dibuat saat umur Sawitri 20 tahun, baru beberapa bulan menikah dengan Hardi.

Ada kok semua ulasannya, Kak.
Terima kasih sudah membaca karya sederhana ini.
total 1 replies
Nisa Nisa
jebakan setan berhasil, satu lg manusia mau jd budaknya
Nisa Nisa
anak setan lah. Anak Nini mungkin korban entah juragan Bahri entah Hardi.
tp yg mati gk bisa balik ke dunia lagi, yg gentayangan ya setan.
emma mahriana
ceritanya ngeri2 sedap, ada rasa takut tp tetep penasaran & tetep lanjut baca
mksh thor
Cublik: Terima kasih Kakak ❤️
total 1 replies
Ass Yfa
centenge Juragan yg rudapaksa Sawitri ternyata
Ass Yfa
mampir thor...baru bab pertama udah ngeri...ditunggu pembalasan Sawitri
ttp semangat othor
emma mahriana
bayanganku Gareng itu burung gagak , iya ngga thor, maaf kl slh
Cublik: Bukan Kak.

Ada di bab berapa gitu, aku sertakan fotonya 😊
total 1 replies
emma mahriana
/Sob//Sob//Sob/ othooor /Sob//Sob//Sob/
Nisa Nisa
sehinga hina kematian adalah bunuh diri, Allah murka dan tak bakal mencium bau surga. Sesakit apapun jgn terlintas keinginan bunuh diri.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!