Malam itu, suasana rumah Kinan begitu mencekam. Ayah tirinya, Dody, menariknya keluar dari kamar. Kinan meronta memanggil ibunya, berharap wanita itu mau membelanya.
Namun, sang ibu hanya berdiri di sudut ruangan, menatap tanpa ekspresi, seolah tidak ada yang bisa ia lakukan.
"Ibu... tolong, Bu!" Suara Kinan serak memohon, air matanya berderai tanpa henti.
la menatap ibunya dengan tatapan penuh harap, namun ibunya tetap diam, memalingkan wajah.
"Berhenti meronta, Kinan!" bentak ayah tirinya sambil mencengkeram tangan nya lebih keras, menyeretnya keluar menuju mobil tua yang menunggu di halaman...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Kemudian Aryo menghampiri ibunya dan mencium pipinya. "Apa kabar, Bu? Di mana Bapak?"
"Alhamdulilah ibu sehat, Bapakmu di dalam Yo, sudah menunggu. Oh iya, di mana Siska? Kenapa tidak datang bersama mu?" tanya ibunya.
"Siska... dia masih ada pekerjaan tadi, Bu. Katanya nanti mau menyusul ke sini," jawab Aryo, mencoba menutupi kekhawatirannya karena ponsel Siska yang tidak aktif sejak tadi.
Akhirnya mereka pun masuk ke dalam rumah, sementara Aryo terus berharap Siska akan segera muncul. Sambil menunggu kedatangan Siska, Aryo dan keluarga nya bercengkrama di ruang tengah. Mereka berbicara tentang kesibukan Aryo selama mengajar di kampus.
Aryo bekerja sebagai dosen di salah satu kampus ternama di kota ini. Selain itu, ia juga memiliki bisnis yang sedang berkembang, membuatnya menjadi pengusaha muda yang sukses.
Tak lama, terdengar suara mobil di depan rumah. Siska pun turun dan segera masuk ke rumah dengan senyum ramah di wajah nya. Ia langsung menyapa ayah, ibu mertua, dan nenek Aryo dengan hangat.
"Selamat malam, semuanya. Maaf ya, Siska terlambat, soalnya tadi ada kerjaan sedikit," ujar Siska sambil menghampiri mereka.
"Selamat malam, Siska. Tidak apa-apa, yang penting kamu sudah sampai," jawab ibu Kartika, ibu Aryo dengan senyum.
"Makanya tidak usah kerja, toh suamimu sudah kaya. Ngapain kamu repot-repot kerja, harus nya kamu fokus di rumah, melayani suami dan segera memikirkan untuk punya anak" ucap nenek Lasmi dengan sinis pada Siska
Karena suasana sedikit canggung akibat ucapan nenek Lasmi, Pak Bambang pun angkat bicara.
"ini Kapan acara makan malam nya di mulai? Bapak sudah lapar loh dari tadi" kata Pak Bambang mencoba mengalihkan perhatian.
Lalu mereka memutuskan untuk memulai makan malam. Sambil menikmati hidangan, mereka berbincang santai tentang berbagai hal.
Namun, di tengah suasana hangat itu, tiba-tiba Nenek Lasmi bertanya lagi, "Kapan kalian akan punya anak?" tatapan nya mengarah langsung pada Aryo dan Siska.
Siska yang sedikit kaget mendengar pertanyaan itu sampai tersedak. la tersenyum gugup, lalu menjawab pelan, "Belum tahu, Nek... mungkin belum waktunya. Kami belum di kasih."
Aryo hanya melirik sekilas pada istrinya, tanpa berniat menjawab pertanyaan nenek nya. Suasana yang tadinya hangat, seketika menjadi sedikit canggung. Melihat perubahan suasana itu, Bu Kartika segera mencoba mencairkan ketegangan.
"Mungkin mereka masih sibuk bekerja, Bu. Nanti kalau sudah waktu nya, pasti juga akan di kasih keturunan," ujarnya lembut, berusaha menenangkan perasaan mertua nya.
Namun, wajah Nenek Lasmi tetap menunjukkan sedikit kekecewaan. "Tapi kapan? Nenek semakin tua. Entah sampai kapan nenek masih di beri umur. Nenek ingin, sebelum pergi, bisa melihat Aryo punya anak."
Kalimat itu membuat semua terdiam sejenak. Aryo dan Siska hanya bisa saling pandang, merasakan beban yang tersirat dalam harapan nenek nya.
🌻🌻🌻
Setelah pulang dari rumah orang tuanya, sepanjang perjalanan Aryo dan Siska hanya terdiam tanpa ada pembicaraan. Hingga akhirnya Siska membuka obrolan.
"Kenapa kamu dari tadi diam saja, Aryo? Bahkan kamu tidak membantuku saat nenek mu bertanya Kapan aku hamil. Harus nya kamu membantu aku, bukan hanya diam saja seperti tadi," ucap Siska memecah keheningan.
"Tidak apa-apa. Aku hanya malas saja," jawab Aryo singkat.
Siska pun terdiam sejenak, lalu berkata dengan nada tegas, "Jangan pernah berpikir karena Nenek Lasmi yang meminta, aku akan setuju untuk hamil sekarang. Aku belum mau, Aryo. Aku ingin mewujudkan cita-citaku menjadi model internasional dulu. Setelah itu, baru aku siap memikirkan soal anak."
Aryo hanya menatap lurus ke depan sambil menjawab dingin, "Aku sekarang tidak peduli kau mau hamil atau tidak. Itu terserah kamu, bukan urusan ku."
Jawaban ketus Aryo membuat Siska terkejut. Aryo yang biasanya selalu mendesak nya untuk segera hamil, kali ini seolah tidak peduli sama sekali. Namun, Siska memilih tidak terlalu memikirkannya.
Baginya, sikap Aryo yang tidak mendesaknya justru menguntungkan, karena ia tak perlu lagi memikirkan permintaan Aryo soal anak.
...🌻🌻🌻🌻🌻...
Keesokan harinya, sepulang kerja, Aryo mengajak Kinan pergi ke dokter kandungan. Kali ini, ia memilih dokter perempuan, berharap Kinan akan lebih nyaman. Setibanya di tempat praktek, Aryo meminta dokter untuk memeriksa apakah Kinan sudah hamil atau belum.
Setelah pemeriksaan selesai, dokter itu berkata dengan nada lembut, "Maaf, pak, tapi istri Bapak belum hamil."
Mendengar hal itu, Aryo terlihat kecewa namun langsung bertanya, “Bagaimana caranya agar istri saya bisa cepat hamil, Dok?"
Dokter itu pun mulai menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi seorang wanita untuk bisa cepat hamil.
"Selain faktor kesehatan fisik, stres adalah salah satu hal yang bisa menghambat kehamilan, pak. Wanita yang sedang menjalani program hamil sangat di sarankan untuk tidak stres dan menjaga suasana hati tetap baik. Lingkungan yang mendukung dan minim tekanan juga sangat penting agar peluang kehamilan meningkat, serta mengkonsumsi makanan yang bergizi, agar kandungan nya subur," jelas dokter tersebut dengan sabar.
Kinan mendengarkan penjelasan itu tanpa berkata apa-apa, sementara Aryo terlihat berpikir serius. Setelah mendengar penjelasan dari dokter, Aryo dan Kinan langsung pamit dan kemudian pulang ke vila.
🌻🌻🌻
Sesampainya di rumah, Aryo.meminta pembantunya untuk menyiapkan makanan sehat untuk Kinan, sesuai dengan saran dokter agar ia banyak mengonsumsi makanan bergizi dan meminum vitamin untuk kesuburan.
Saat makan malam, Aryo menatap Kinan dengan raut wajah serius dan bertanya pelan, "Apakah kamu stres di sini, Kinan?"
Kinan menatap tajam pria di depannya, lalu menjawab dengan nada sarkastik, "Om pikir sendiri. Dengan Om menyekap ku di sini seperti tahanan, apa Om pikir aku tidak stres?"
Aryo terdiam, mencerna kata-kata Kinan. Setelah beberapa saat, ia bertanya, "Lalu, bagaimana caranya agar kamu tidak stres?"
Sejenak Kinan menghela nafas panjang dan berkata, "Aku tidak akan stres kalau Om Aryo memberiku kebebasan. Setidaknya, biarkan aku keluar dari rumah ini, menghirup udara segar, dan berjalan-jalan di luar. Mungkin itu bisa mengurangi sedikit stres ku."
Aryo menatap nya dengan ragu, tetapi Kinan menambahkan, "Aku janji tidak.akan kabur lagi, asalkan Om Aryo tidak memaksaku melakukan hal itu lagi."
Aryo tampak berpikir sejenak, mempertimbangkan permintaan Kinan, sambil melihat kesungguhan di matanya. Setelah berpikir cukup lama di ruang kerjanya, Aryo akhirnya menemui Kinan di kamarnya. la melihat Kinan sedang membaca buku di atas ranjang.
Saat Aryo masuk, Kinan langsung merasa waspada, masih menyimpan ketakutan bahwa Aryo mungkin akan memaksanya seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Namun, Aryo kali ini duduk tenang di sofa dan menatapnya dengan tatapan serius.
tunggu klnjutannya,klw bisa up bnyak ya thor
lanjutkan kk..bgus crtanya ini