Seorang wanita cantik dengan rambut pirangnya yang menjadi ciri khasnya harus berakhir dengan tragis karena berkerja di dunia gelap. Namun tuhan masih berbaik hati gadis cantik yang bernama Abhaya agrata balini di berikan kesempatan kedua untuk hidup kembali di dunia namun kesempatan kedua itu harus dia lakukan di tubuh wanita yang sepantaran dengan dirinya. Terasa aneh baginya tapi nyata untuk di lewatinya, Abhaya harus menjadi dua orang sekaligus membuat dirinya kesusahan untuk berkerja kembali di dunia gelap untuk membalas dendam keluarganya kepada salah satu keluarga yang membuatnya kehilangan kehangatan keluarga nya.
Tapi balas dendam itu terhalang sebuah perasaan yang rumit di jelaskan dengan kata kata membuat kacau rencana awal abhaya lalu apakah balas dendam yang ingin di lakukan abhaya akan berhasil?? atau justru tidak sama sekali??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon karavel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MOVE 16
Gaura terbangun dari tidurnya dan menatap ke arah calandra yang masih tertidur di sampingnya entah apa yang di rasakan gaura dirinya hanya tersenyum dan mencoba untuk bangun dari tidurnya. Pusing di kepalanya masih membuatnya terasa sakit.
"kenapa sakit banget rasanya"kata gaura lirih sambil mengambil handphone miliknya dan melihat notifikasi dari mahesa membuatnya membulatkan matanya
"duh kenapa bisa lupa gini"
Gaura segera turun dari tempat tidurnya dengan rasa sakit yang masih terasa namun dirinya mencoba untuk tetep kuat tak lupa gaura mengambil kertas dan pulpen untuk memberitahu kepada calandra bahwa dirinya harus pergi.
Gaura segera meletakan kertas dan kartu namanya dan segera pergi dari keluar kamar. Perlahan tapi pasti gaura melihat para pelan yang melihatnya bingung namun gaura hanya menitipkan salam bahwa dirinya harus segera pergi kepasa calandra dan meminta calandra menghubunginya ketika sudah bangun.
Perjalan ke halte bus lumayan jauh gaura yang belum sepenuhnya sembuh berjalan terus sambil merasakan tubuhnya yang masih terasa sakit dan keringat dingin gaura perlahan berjalan menuju jalan besar dan berjalan mencari halte bus terdekat.
Cukup lama menunggu bus datang dan membuat gaura harus menunggunya sambil mengabari mahesa bahwa dirinya akan datang 10 menit. Gaura segera naik ke dalam bus dan menuju tempat yang sudah di bilang oleh mahesa.
Di dalam cafe mahesa setia menunggu gaura dengan pesanan makanan dan minuman yang sudah lengkap di hadapannya sebenernya mahesa hanya ingin mengajak bicara biasa saja sambil menawarkan perkerjaan yang lain.
"maaf saya terlambat"kata gaura dengan nada yang tak beraturan dan wajah yang pucat
"tidak apa silahkan duduk"kata mahesa sambil tersenyum dan membuat gaura duduk dan menatap ke arah mahesa.
"kau sedang tidak sehat?"tanya mahesa dan membuat gaura tersenyum
"maaf pak mahesa bisakah kita langsung saja kepada inti yang ingin anda sampai kan?"jawab gaura sambil tersenyum ke arah mahesa
"ah sepertinya bicara dengan mu harus serius begitu?? Tapi wajahmu yang pucat seperti ini bener bener buat saya khawatir"kata mahesa membuat gaura paham mengangguk
"saya hanya kelelahan jadi tak apa tak perlu di khawatirkan"jawab gaura membuat mahesa mengangguk
"baiklah nona, sebelumnya saya suka perkerjaan mu sebelum 2 minggu sudah berhasil beritanya sudah terdengar dimana mana dan sesuai perjanjian 3m sudah kami kirim ke rekening mu. Dan saya ada 1 perkerjaan lagi mungkin ini akan membuatmu kesulitan karena ini ada hubungannya dengan keluarga Jayendra"kata mahesa membuat gaura mengerutkan keningnya
"saya punya kerabat, kerabat saya sangat dekat dengan beliau tapi kerabat dekat saya di buatnya harus kehilangan putrinya dan seluruh hartanya di kuasai oleh keluarga Jayendra sedangkan keluarga kerabat saya mengalami pecah belah dan harus kehilangan putrinya jadi saya mau kamu membalaskan dendam kerabat saya untuknya habiskan semua keturunan dan keluarga besar Jayendra apa kamu sanggup?"tanya mahesa membuat gaura terkejut dan berpikir sejenak
Dia memang ikut dalam dunia gelap bukan untuk membunuh seseorang tapi hanya untuk mengambil ahli apa yang sebenernya tidak di miliki oleh mereka yang serakah.
"1 minggu waktu untuk berfikir kabarkan jika dirimu sudah siap"kata mahesa membuat gaura tersadar dan menatap ke arah mahesa
"baik,kalo begitu saya pamit"ucapnya dan segera bangkit meninggalkan mahesa yang mengangguk tanpa menatapnya.
"gadis yang cerdik"kata mahesa sambil menatap punggung gaura yang perlahan menghilang dari pintu cafe.
Taksi online pesanan gaura telah sampai gaura masuk dan segera pulang ke rumahnya dia rasa luka di wajahnya sudah tak terlalu terlihat dan daivan sudah berangkat ke bandara lebih dahulu membuatnya membuang nafas lega. Ucapan mahesa terus menggema di telinga gaura dendam? Ya dirinya juga memiliki dendam tapi apa mungkin dia ikut dalam urusan pribadi orang yang sama sekali tak dirinya kenal.
Sesampainya di rumah gaura segera membuka pintu rumahnya yang ternyata tak di kunci sempat gaura heran namun kepala gaura serasa ingin pecah dan terus meminta untuk istirahat badannya pun masih terasa panas.
Kaki gaura memilih ke arah ruang tamu tak sanggup untuk menaiki anak tangga gaura membanting tubuhnya di sofa dan memejamkan matanya tak menyadari bahwa seorang pria sedang menatapnya dengan tatapan yang tenang.
"beginikah cara seorang anak gadis masuk kedalam rumah??"tanya pria itu lirih dan kembali fokus kepada laptopnya.
Sinar putih tepat menyinari wajah gaura membuatnya terbangun lagi lagi dirinya terbangun di tempat yang sama sekali dirinya tak tau dimana semua putih tak ada seorangpun membuatnya berjalan sambil menatap ke arah seorang perempuan yang tak jauh darinya.
"dimana ini?"tanya gaura tepat di hadapan perempuan itu
"aya"panggil perempuan itu membuat gaura terkejut dan memegang kepalanya yang terasa berdesit dan sakit
"aya kamu tahu darah harus di balas dengan darah balas kan dendam itu aya balaskan dendam itu balaskan"ucap sosok perempuan itu berkali kali membuatnya ketakutan dan menjerit terbangun dari mimpinya
"mimpi"ucapnya lirih dan bangun sambil memegang keningnya yang berkeringat
Gaura mencoba bangun dan berjalan ke arah kamarnya namun ketika ingin melangkahkan kakinya naik ke anak tangga gaura memuntahkan cairan dari tubuhnya membuat pria yang mengamatinya berlari mendekatinya dan menarik bangku
"duduklah"kata pria itu membuatnya duduk dan memuntahkan kembali cairan dari tubuhnya
Pria itu segera menelepon dokter untuk segera datang ke rumah gaura setelah itu berjalan menuju dapur mengambilkan gaura air hangat untuk di minum.
Gaura segera meminum air hangat namun percuma gaura tetap saja memuntahkannya kembali dan membuat pria itu kewalahan tak lama setelah itu gaura tak sadarkan diri.
Perlahan tubuh gaura di angkat menuju kamarnya dan sembari menunggu dokter datang pria itu membersihkan muntahan gaura ada rasa jiji dan mual namun mau bagaimana lagi yang sehat hanyalah dirinya ingin memanggil seseorang untuk datang sudah tak ada di pikirannya.
hingga dokter datang dan memeriksa keadaan gaura memasang infus di tangan gaura membuat pria itu khawatir dan takut jika dirinya yang di salahkan oleh daivan.
"bagiamana keadaanya?"
"dia kekurangan cairan tuan antares, sepertinya nona gaura terlalu kelelahan hingga lupa untuk makan dan minum dan sebelumnya dirinya keracunan seafood jadi membuatnya seperti ini"ucap dokter dan memberikan resep obat
"ini obat untuk nona gaura pastikan di minum agar cepat pulih"ucap dokter kembali
"baik terimakasih dokter sudah datang malam malam ke sini dengan jarak yang cukup jauh"kata antares tersenyum kecil
"sama sama tuan, sudah menjadi tugas saya sebagai dokter pribadi keluarga kalau saya pamit karena masih ada yang harus saya tanganin di rumah sakit"
Antares mengantarkan dokter ke depan pintu rumah dan menguncinya kembali setelah itu kembali ke kamar gaura untuk melihat ke ada gaura yang masih tertidur pulas dengan infus di tangannya
"gadis ceroboh, tapi sejak kapan si cupu ini alergi seafood bukannya dia suka seafood?"tanya antares lirih sambil menatap ke arah gaura.
Antares memilih untuk kembali ke bawah ke kamar tamu ya sebelum daivan pergi dirinya di minta untuk tinggal bersama gaura jika bukan karena daivan yang memohon mengemis kepadanya dirinya enggan untuk tinggal di rumah ini hanya berdua dengan gaura. Meskipun gaura sudah menjadi gadis yang cantik bagi antares gaura tetap menjadi gaura yang culun dan ceroboh di matanya.
Keesokan harinya gaura terbangun dari tidurnya dan masih merasa berat di kepalanya gaura menatap tangannya yang di infus dan membuatnya mengambil handphonenya yang terus berdering
"halo"ucap gaura dengan suara khas orang bangun tidur
"kau sudah sembuh gaura? Aku calandra kenapa kau pergi tanpa membangunkan ku begitu kah caramu berterimakasih?"
"bukan seperti itu kemarin ada hal penting yang tidak bisa ku tunda esok akan ku ganti rugi apa yang sudah kau keluarkan untukku,sekali lagi terimakasih sudah merawatku"
"tak perlu aku tak perlu kau ganti temui saja aku ketika dirimu sudah sembuh nanti"
"baiklah"
Telepon suara mati dan membuat gaura meletakan kembali handphonenya dan mendorong alat infus untuk turun ke bawah perutnya sudah merasa lapar yang tak terkendali.
Di dapur antares sudah selesai menyiapkan sarapan untuknya dan untuk gaura, gaura hanya menatap heran kepada antares yang berada di dalam rumahnya
"ngapain kau di sini?"tanya gaura membuat antares menatapnya sekilas dan kembali sibuk dengan perkerjaannya.
"menurutmu?"jawab antares santai
"ah sudahlah tak ada gunanya aku bicara kepadamu"kata gaura mengambil sehelai roti dan mengoleskannya dengan selai strawberry kesukaanya namun segera di ambil oleh antares
"kau tak melihat apa yang ada di depanmu? Sudah ada makanan mengapa mengambil roti?"kata antares sambil melempar roti kedalam bak sampah membuat gaura kesal
"aku tidak mau makan ini kau paham makanlah sendiri merusak suasana saja"kata gaura dengan nada yang kesal dan beranjak meninggalkan dapur
"seterah tak makan dan mati dalam kamar mu juga aku tak perduli"saut antares yang pergi mengambil tas kantornya dan pergi begitu saja sedangkan gaura terdiam menatap punggung antares yang pergi begitu saja.
Sepanjang perjalanan antares menggerutu kesal kepada gaura bagaimana tidak bukannya berterima kasih sudah di buatkan makanan dia malah dengan sengaja membuat makanan lain di hadapanya bahkan antares bela belain untuk membatalkan rapat pagi ini untuk membuatkan gaura sarapan pagi sebelum dirinya pergi meninggalkan rumah.
Antares menelepon seseorang untuk datang ke rumah gaura untuk membantu mempersiapkan apa yang di butuhkan oleh gaura sedangkan dirinya hanya ingin fokus kepada perkerjaannya dan mungkin akan menginap di kantor.
Bersambung