NovelToon NovelToon
Kurebut Suamiku

Kurebut Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Pelakor / Penyesalan Suami
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: megatron

Sagara mengalami hilang ingatan setelah kecelakaan tragis, tidak ada kenangan Lania dalam pikirannya.

Lania merasa sedih, terlebih-lebih Sagara hanya mengingat sekertaris-nya yang tak lain adalah Adisty.

Peristiwa ini dimanfaatkan Adisty untuk menghasut Sagara agar menceraikan Lania.

Lantas, dapat kah Liana mempertahankan rumah tangganya?
Apakah ingatan Sagara akan kembali?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon megatron, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tiba-tiba Kosong

Ruangan itu terasa jauh lebih sunyi setelah pintu tertutup kembali. Aroma parfum Lania masih menggantung samar di udara, menyatu dengan bau kopi yang mulai dingin di atas meja. Sagara duduk diam di kursinya, memandang kosong ke layar laptop yang sejak tadi tak berubah.

Detak jam dinding terdengar jelas, berdetak lambat, tetapi terasa menusuk di kepala.

Perlahan, dia mengangkat tangannya dan memijat pelipis. Ada denyut aneh yang muncul tiba-tiba di belakang matanya, seperti tekanan yang datang dari dalam. Pandangannya sempat kabur sepersekian detik, membuatnya terpaksa memejamkan mata dan menunduk.

Kepalanya berdenyut makin kencang. Sagara menutup bolpoin, menjatuhkannya ke meja dengan sedikit terburu. Napasnya mulai tak teratur—bukan karena panik, tetapi karena kepalanya terasa berat... seolah ada sesuatu yang berputar-putar, mengoyak fokusnya.

Dia menyandarkan tubuh ke sandaran kursi, memejamkan mata lebih lama.

Lania tadi datang tidak seperti biasanya. Tatapannya berbeda. Tidak sekecewa biasanya, tetapi juga tidak melunak. Ada sesuatu yang dibawanya masuk ke ruangan ini—dan kini, Sagara merasa itu tertinggal di sini, membebani udara.

Apakah aku sudah terlalu jauh membiarkan semua ini berlarut? Terlalu lambat mengambil keputusan.

Suara ketukan ringan dari luar membuatnya membuka mata. Dia mencoba berdiri, tetapi rasa pusing makin tajam. Kursi sempat bergeser, mencicit pelan di lantai marmer.

“Pak Sagara, permisi ada dokumen yang perlu tanda tangan Bapak.” suara Raka dari luar.

Sagara menarik napas panjang, lalu menjawab pelan, “Saya butuh waktu sebentar. Jangan biarkan siapa pun masuk.”

"Baik, Pak."

Suara langkah menjauh.

Sagara bersandar lagi, kali ini lebih dalam. Tangannya mengepal di atas meja. Dia sadar—semua ini bukan sekadar konflik rumah tangga biasa. Lania mulai bergerak, dan Adisty bukan lagi satu-satunya pembawa masalah.

“Pandu,” monolog Sagara, “Laki-laki itu seperti bayangan yang selalu berada di dekat Lania. Apakah sepatutnya aku selidiki dia juga? Daripada Adisty, aku lebih curiga terhadap laki-laki itu.”

Dan entah kenapa... tubuhnya ikut bereaksi. Seperti tahu, bahwa badai yang akan datang bukan cuma akan mengguncang rumahnya—tetapi juga dirinya sendiri.

Ruangan kerja itu masih sunyi ketika Sagara berusaha berdiri untuk mengambil air minum. Lampu plafon memancarkan cahaya putih yang dingin, memantul di permukaan meja kaca yang nyaris tanpa noda. Di luar jendela kaca besar, bayangan awan menggantung berat di langit, menambah kesan muram dalam ruang kerja itu.

Sagara menatap layar monitor utama di depannya. Tangannya bergerak membuka folder arsip—folder yang sudah lama tak dia sentuh sejak Lania tak lagi aktif di perusahaan. Ada keraguan di matanya, tetapi juga tekad untuk membuktikan sesuatu… atau mungkin menghapus kecurigaan yang pelan-pelan muncul sejak tadi.

Dia membuka rekaman CCTV—tanggal demi tanggal, waktu demi waktu, saat-saat Lania dulu masih sering masuk ke ruangan rapat, atau ke ruang eksekutif lain. Satu demi satu video terputar. Gerakan Lania terlihat tegas, formal, tidak lebih dari profesional yang tahu apa yang dia kerjakan. Namun, ada satu hal yang mengganggu Sagara—beberapa rekaman tidak ada. Hari-hari penting, terutama di masa transisi jabatan, tiba-tiba kosong.

Alis Sagara berkerut. Dia mengecek ulang sistem. File tidak terhapus, tidak dikompres—justru seolah tak pernah ada.

“Ini aneh,” gumam Sagara.

Tangannya beralih ke laporan internal perusahaan. Dia membuka data evaluasi proyek yang dulunya disusun oleh Lania dan timnya. Saat membaca satu per satu, ada bagian yang tak sesuai ingatannya. Angka yang dulu dia lihat lebih tinggi, kini lebih rendah. Proyeksi keuntungan dipotong. Bahkan beberapa data diubah seolah-olah bukan Adisty yang mengajukan, tetapi ditulis atas nama Lania.

Sagara menyandarkan punggung, tatapannya menegang.

Dia menarik berkas hardcopy dari laci. Dokumen asli yang dulu sempat dia tandatangani. Dibandingkan dengan versi digital di layar.

Berbeda.

Tanda tangan, tanggal, bahkan format dokumen terlihat dimanipulasi.

Sagara menggertakkan gigi. Tangannya mengepal di atas meja. Bukan hanya Lania yang sedang dicoba dihilangkan dari catatan perusahaan—tetapi juga kebenaran yang menyertai kerja kerasnya.

Pikirannya melesat cepat.

Siapa yang punya akses penuh ke database ini selain dirinya dan divisi sistem?

Adisty.

Dia menatap layar untuk waktu yang lama, sebelum akhirnya memencet tombol interkom.

"Panggil kepala IT ke ruang saya. Sekarang."

"Baik, Pak."

Ketika interkom terputus, Sagara bersandar pelan. Kini dia mulai melihat gambaran besar yang selama ini terhalang oleh ego dan manipulasi halus.

Ada yang sedang menghapus jejak Lania—dan dia telah membiarkannya terlalu lama.

Langit mulai terlihat mendung di atas gedung tinggi Sagara Corp, lampu di ruang kerja CEO masih menyala.

Kepalanya masih pusing, Sagara memijat tengkuk perlahan. Ini bukan kelelahan. Ini adalah ketegangan dari pertanyaan yang tak punya jawaban langsung.

“Lama sekali,” gumam Sagara lantas menekan nomor pada tombol interkom, “Hallo, Ka. Riko lama sekali?”

“Sudah menuju ke ruangan, Pak. Mungkin masih di lift.”

“Baiklah.”

Dia mengambil ponsel, membuka akun media perusahaan—menggeser foto-foto sebelum kecelakaan. Banyak wajah tersenyum. Akan tetapi ... Lania nyaris tak ada.

“Kenapa tidak ada foto Lania selama ini sebelum kecelakaan?”

“Kenapa saya tidak punya rekaman suara, pesan pribadi dari dia? Surat dan file yang sengaja diubah.”

Sagara berdiri, berjalan ke jendela. Kendaraan berlalu-lalang di bawah sana, mobil-motor hilir-mudik seperti ingatannya sendiri—berseliweran, tetapi tidak utuh. Ia tahu satu hal.

Ingatan bisa hilang. Akan tetapi, pola... tidak bisa berbohong. Apa lagi, dokumen—mustahil berubah dengan sendirinya.

Dia duduk kembali dan membuka laptop. Kali ini, ia mulai menulis file pribadi:

"CATATAN UNTUK DIRI SENDIRI - KEBENARAN YANG TERTINGGAL"

File itu akan terus dia isi, bukan untuk siapa-siapa. Untuk menguatkan dirinya sendiri... supaya tidak mudah terombang-ambing. Perlahan nama Lania—yang dulu terasa jauh—kini mulai terasa paling dekat.

“Permisi?”

“Masuk!”

“Ada yang bisa saya bantu, Pak?”

“Apa Adisty menemui mu atau memberikan tugas tertentu kepada mu?”

Riko tidak langsung menjawab, dia seperti mempertimbangkan kalimat yang pas agar sang direktur bisa menerima.

“Apa Adisty—”

“Bu Lania, Pak. Meminta saya untuk mengakses beberapa file, tapi hany—”

“Cukup!” potong Sagara, “kamu boleh pergi.”

“Baik, Pak,” ucap Riko, kemudian pergi dari ruangan bosnya.

Setelah Riko keluar, Sagara bergumam, “Lania yang mengubah data? Untuk apa, kenapa justru terkesan menjatuhkan diri sendiri?”

Dalam tempurung kepala Sagara yang sudah kacau, terlintas pikiran mengapa Lania berbuat seperti itu, pasti penyebabnya adalah Adisty. Dia memiliki rencana besar, yang entah atas dasar dan tujuan apa.

Lania terlalu jauh bertindak, mungkin istrinya terlalu protektif. Tidak mungkin, dia berbuat sembrono. Kalau pemilik perusahaan ini bukan suaminya, pasti akan salah paham.

1
[AIANA]
wah dia bukan mak lampir, ternyata dia iblis,
[AIANA]
mak lampir plis hus hus hus.
[AIANA]
tantang aja. kalau kamu (Sagara) masih memperlakukan lania dg buruk dan memilih mak lampir, aku dg tangan terbuka akan menampungnya. hahahaha
Mega: Hahaha, siap jadiin ayam geprek ya.
total 1 replies
Queenci Kim
💃🏻💃🏻
Iza
😭😭😭
[AIANA]
nah, jadi orang bodoh lagi kan. sebel aku lama2
Mega: Sabar-sabar, masih awal.
total 1 replies
[AIANA]
ini si Sagara, sekalipun ilang ingatan. sekalipun yg dia ingat adalah perdebatan tentang perceraian. kok dia lupa sama hatinya ya? ada hal lain kah yg belum dibahas?

jujur selain hasutan nenek lampir, atau ingatan ttg Lania, smp saat ini keinginan sagara sendiri ga jelas
Mega: Sagara jadi korban penulis plin-plan. kikikikik
total 1 replies
[AIANA]
waktu istri
Mega: Banyak banget typo ternyata ya. kikikikik. nulisnya sambil-sambil. Nanti, deh, revisi lagi. makasih
total 1 replies
[AIANA]
bentar, aku ga salah kan? skg ini si Lania kondisi hamil kan ya?
Mega: Iya, kikikikikikik.
total 1 replies
Mega
MasyaAllah dapat kejutan aku. Makasih sudah sempatkan mampir. kikikikikikik
[AIANA]
lihai bener sih ini nenek lampir
kamu dapat inspirasi dari mana jal
[AIANA]
meninggal kamar. sereeem.
hai sayang. aku datang karena penasaran
Mega: Ayo mulai nulis lagi
[AIANA]: semangat!!! aku bangga padamu. kamu aja kyk gt apalagi aku. malu udah hiatus 1th
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!