NovelToon NovelToon
Heavanna

Heavanna

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Komedi / Tamat
Popularitas:5M
Nilai: 4.9
Nama Author: Smiling27

Karena penghianatan pacar dan sahabatnya, Zianna memutuskan untuk pindah sekolah. Namun siapa sangka kepindahannya ke SMA Galaxy malah mempertemukan dirinya dengan seorang cowok bernama Heaven. Hingga suatu ketika, keadaan tiba-tiba tidak berpihak padanya. Cowok dingin itu menyatakan perasaan padanya dengan cara yang sangat memaksa.

"Apa nggak ada pilihan lain, selain jadi pacar lo?" tanya Zia mencoba bernegosiasi.

"Ada, gue kasih tiga pilihan. Dan lo harus pilih salah satunya!"

"Apa aja?" tanya Zia.

"Pertama, lo harus jadi pacar gue. Kedua, lo harus jadi istri gue. Dan ketiga, lo harus pilih keduanya!" ucap Heaven dengan penuh penekanan.

Follow IG Author : @smiling_srn27

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Smiling27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16. MENGANTARKAN PULANG

Zia menatap marah cowok yang sedang berdiri di hadapannya, cowok yang sudah membekap dan menarik paksa dirinya tadi. Zia juga tidak mengerti bagaimana cowok itu bisa melakukannya tanpa ada yang curiga sama sekali. Bahkan suara pun tidak terdengar sampai ia di tarik masuk ke dalam ruangan, dan sekarang, entah di ruangan apa ia berada saat ini.

"Mau apa lagi sih Kak, gue mau pulang, minggir!" Zia mendorong cowok itu dari hadapannya dengan kasar, lalu meraih gagang pintu hendak membukanya. Namun, cowok itu segera menahan pergerakannya dan mengunci pintunya.

"Lo apaan si buka pintunya, gue mau pulang!"

"Gue mau bicara sama lo!" ucap cowok yang tidak lain adalah Heaven.

"Mau bicara apa lagi? Lo mau marah karena gue udah nampar temen lo tadi?"

Tidak bisa di pungkiri sebenarnya Zia menyesal telah menamparnya, tapi menurutnya itu sudah sangat keterlaluan. Nanda berniat mengerjai Dio dengan melibatkan orang lain, padahal Dio sendiri sudah meminta maaf sebelumnya.

"Kenapa lo nampar temen gue? Apa nomor lo seberharga itu?" Zia langsung membulatkan mata, bagaimana bisa dengan mudahnya Heaven mengatakan hal demikian.

Menggeleng tidak percaya, Zia bahkan merasa malu sendiri mendengar pertanyaan itu. "Apa sebegitu inginnya lo tahu nomor gue?"

"Minta nomor itu biasa kali, kenapa harus semarah itu sampai lo nampar dia?"

"Ternyata selain aneh lo juga mesum ya!" ujar Zia semakin tidak habis pikir.

"Mesum?" Heaven mengernyit tidak mengerti.

"Temen lo nanya nomor daleman gue buat apa?" tanya Zia kesal.

Heaven terkejut mendengar pernyataan Zia, kenapa itu berbeda dengan apa yang dikatakan Nanda dan Dio sebelumnya. "Maksud lo?"

"Kak udah ya, gue mau pulang!" Zia sudah tidak ingin membahasnya lagi, malu kali membahas hal privasi di depan cowok.

"Gue tanya sekali lagi Dio nanya apa ke lo?" tanya Heaven semi memaksa.

"Dio nanya ukuran daleman gue, masih kurang jelas juga?" bentak Zia yang semakin kesal.

Heaven langsung terdiam, detik ini baru menyadari kalau ada yang sedang bermain-main dengannya.

"Buka pintunya, Handa pasti lagi nyariin gue sekarang!"

Tanpa mau menuruti permintaan Zia, Heaven membuka ponselnya, menunjukkan foto Handa yang sedang menaiki mobil. Sepertinya Agam baru saja mengirimnya tadi, terlihat dari waktu pengiriman yang terpampang di layar ponsel itu. "Handa udah pulang, biar gue anterin lo!"

"Nggak perlu, gue udah ada yang jemput!" tolak Zia cepat. Cewek itu membuka ponselnya, supir yang menjemput ternyata sudah menunggu di luar.

"Nggak peduli, lo harus pulang bareng gue!" Heaven memaksa, karena ia tidak suka di tolak apa lagi di bantah.

Zia menunjukkan pesan singkat dari supir yang menjemputnya, tidak ingin menjelaskan pada cowok itu dengan banyak kata yang malah akan membuatnya kesal sendiri. "See? Mending buka pintunya sekarang!"

Tanpa diduga oleh Zia, Heaven tiba-tiba merebut ponselnya. Mengetik sesuatu sambil menahan pergerakan Zia yang mencoba merebut ponselnya kembali. Posisi mereka sudah semakin dekat sekarang, namun Heaven belum juga mau mengembalikan ponsel itu membuat Zia semakin marah.

"Lo apaan sih, balikin hp gue!" Zia masih berusaha merebut ponselnya, sayang tubuhnya terlalu kecil di banding tubuh Heaven hingga tidak bisa meraih ponselnya dengan mudah.

Merasa Zia sudah menempel dekat pada tubuhnya, Heaven menghentikan pergerakannya. Perlahan mendorong cewek itu hingga menjauh, agar bisa sedikit mengontrol diri. Tidak baik juga terlalu lama berdekatan dengan cewek itu, sangat mengganggu kesehatan.

"Nggak usah deket deket, ntar lo suka sama gue!" ucap Heaven percaya diri.

"Ngapain juga gue suka sama lo, kayak nggak ada cowok lain aja!"

"Emang nggak ada, mana ada cowok yang lebih ganteng dari gue!" Heaven masih mengutak-atik isi ponsel tanpa pemiliknya sadari.

Percaya diri banget si ini orang, tapi emang dia ganteng sih, gimana dong?

"Udah puas lihatnya?" tanya Heaven membuat Zia langsung tersadar. "Ganteng kan gue?"

Bodoh!

Zia merutuki dirinya sendiri. Bagaimana bisa ia malah diam-diam memandangi wajah ganteng cowok menyebalkan itu. Ah betapa malunya dia saat ini, jika ada lubang tikus di sekitar sana mungkin Zia akan masuk agar bisa bersembunyi sekarang.

"Buka pintunya, gue mau pulang!" Zia mengalihkan pembicaraan, membuat Heaven tersenyum tipis.

"Tapi, supir lo udah pulang duluan!" Heaven menunjukkan pesan singkat dengan supir tadi.

"Lo lancang banget sih, balikin hp gue!" Zia menggantungkan tangan meminta ponselnya, jika di biarkan terlalu lama bisa saja Heaven melakukan hal yang tidak-tidak.

"Pulang bareng gue!" ucap Heaven tegas tanpa menyerahkan ponsel itu.

"Nggak, gue masih bisa naik taksi!"

"Lo mau gue antar atau kita nginep di sini?" tanya Heaven semi mengancam.

"Gue nggak mau pulang sama lo!" tolak Zia masih pada pendiriannya.

"Kalo gitu kita nginep di sini!" Heaven beranjak duduk di meja, menyandarkan tubuhnya pada tembok lalu kembali memainkan hp Zia dan hp miliknya.

Zia menatap Heaven dengan kesal, kenapa harus bertemu dengan cowok pemaksa itu lagi. Zia bahkan tidak mengerti kenapa Heaven memaksa untuk mengantarkan pulang, apa mungkin cowok itu ingin membalas apa yang telah ia lakukan pada sahabatnya tadi. Atau pembalasan untuk satu bulan yang lalu, karena pernah mengelabui cowok itu sebelumnya.

"Kak balikin handphone gue ih!" pinta Zia lebih ke memaksa. Tetapi tidak mungkin semudah itu Heaven memberikannya, karena saat ini cowok itu hanya diam saja.

Sepuluh menit berlalu Heaven masih santai dengan ponsel Zia, entah apa yang sedang dilakukannya. Zia mulai sedikit ketar ketir, mengingat masih ada para pengawal yang Daddy tugaskan untuk mengawasinya. Kalau dia tetap di sini pasti para pengawal itu akan datang dan sudah dipastikan mereka akan melukai Heaven.

Ah ngapain juga gue peduli sama dia. Biarin aja pengawal dateng, siapa suruh nahan gue di sini! -gumam Zia meyakinkan diri agar tidak peduli.

Tapi mau bagaimanapun Zia adalah Zia, dengan berpura-pura tidak peduli malah akan membuatnya semakin merasa bersalah. Sifat baik ibunya benar-benar melekat padanya.

"Ok gue pulang bareng lo, tapi balikin dulu handphone gue!" Zia mencoba membuat kesepakatan.

"Gue balikin kalau lo udah sampe di rumah!" Tidak semudah itu Heaven memberikannya, karena sudah dipastikan Zia akan kabur jika ia memberikan ponsel itu lebih dulu.

Heaven beranjak menuju pintu lalu membuka kuncinya, setelah terbuka ia kemudian memegang tangan Zia.

"Ngapain pegang tangan gue?" Bukannya menjawab Heaven malah menarik gadis itu keluar dari ruangan yang ternyata adalah ruangan kelas sepuluh.

"Kak, lo mau bawa gue ke mana?"

Zia memberontak, jujur saja ia mulai takut dengan situasi seperti ini. Bayangkan saja? Cowok yang sedang menariknya itu adalah Heaven, si cowok super kejam yang tidak pernah kenal kata ampun. Apalagi mengingat ia telah membuat masalah di kantin hari ini, sekarang entah apa yang akan Heaven lakukan padanya. Sementara di sisi lain, ada para pengawal yang mungkin saja akan datang dan melukai cowok itu.

Tanpa Zia sadari kini sudah berada di tempat parkir, Heaven mengambil helm kemudian menyodorkan padanya. "Pake!" titahnya.

"Gu-gue nggak bisa!" ucap Zia gugup.

Zia bahkan tidak tahu cara memakai helm. Masalahnya sejak kecil ia tidak pernah naik motor, bagaimana bisa naik motor kalau Daddy saja begitu sayang padanya. Semua yang menurut Daddy berbahaya untuk putrinya selalu di singkirkan sejauh mungkin. Melarang ini dan itu termasuk menaiki motor. Hebat kan?

"Pake Anna!" Heaven menggeram, memaksa Zia untuk segera mengambil helm itu.

"Duh gimana cara pakenya lagi?" gumam Zia lirih. Membolak-balikkan helm itu kemudian mencoba memakainya di kepala.

"Udah!" Ternyata tidak sesulit itu, untung saja Zia pernah melihat cara orang memakainya.

"Kunci dulu!" ucap Heaven.

"Apanya yang kunci? Gue nggak bawa kunci!" protes Zia menggerutu kesal. Sungguh, dia sudah lelah menghadapi cowok itu.

Tidak ingin berlama-lama Heaven mendongakkan kepala Zia yang sudah tertutup helm full face, meraih mickrolock helm lalu menguncinya agar tidak terjatuh di jalan nanti. Dari dekat Zia dapat melihat wajah cowok yang sedang sibuk mengunci helm yang di pakainya itu, nampak jelas ketampanannya semakin bertambah jika dipandang dari jarak sedekat ini.

"Naik!" Tanpa sadar Heaven sudah siap dengan motornya, menyuruh Zia yang sedang mematung untuk segera naik motor.

"Gue nggak biasa naik motor!" ucap Zia.

"Naik!" Heaven menggeram sambil mendelik tajam.

"Oke gue naik!" Terpaksa gadis itu memegang bahu Heaven, mencoba menaiki motor itu dengan perlahan. Heaven pun tidak tinggal diam, salah satu tangannya bergerak ke belakang membantu memegangi Zia agar tidak terjatuh.

"Pegangan!" Sesuai perintah Zia memegang bahu Heaven, meski sebenarnya ia sedang sangat takut saat ini.

"Ck bukan di situ!" Heaven menuntun tangan Zia melingkar ke perutnya, sontak Zia menolak tapi cowok itu segera menahan tangannya.

"Nggak usah kayak gini bisa nggak?" Merasa risih dengan posisinya, Zia sedikit melonggarkan tangan saat Heaven sudah melepas tangannya.

"Terserah lo!"

Heaven mulai menyalahkan motornya, lalu dengan tiba-tiba melajukan motor dengan kecepatan tinggi. Terang saja itu membuat Zia terkejut, hingga tanpa sadar memejamkan mata sambil memeluk cowok itu erat. Mencari kesempatan dalam ketakutan, Heaven tengah tersenyum tipis melihat Zia melalui kaca spion.

Lima belas menit berlalu, tanpa terasa Heaven sudah menghentikan motornya di depan gedung apartemen yang Zia tunjukkan sebelumnya. Zia masih belum sadar, rasa takut membuatnya tidak memedulikan apapun saat ini. Padahal di depan Zia, Heaven sedang mengulum senyum sendiri menyadari Zia belum juga mau melepas pelukannya.

"Sampai kapan lo mau peluk gue?"

Mendengar suara Heaven yang terdengar sangat jelas, Zia membuka matanya perlahan. Menyadari motor sudah berhenti ia segera melepaskan pegangannya, sambil merutuk cowok yang telah membawa motor seperti iblis kesetanan itu.

"Lo bisa nggak sih bawa motornya yang bener dikit?" protes Zia sambil turun dari motor.

Cewek itu memang suka balapan, tapi untuk kali ini ia benar-benar merasa takut. Jika menggunakan mobil, Zia tidak mungkin akan ketakutan seperti sekarang. Ini adalah pengalaman pertama kali dirinya naik motor dan langsung diajak ngebut oleh cowok yang sama sekali tidak dipercayainya.

"Ok lain kali!" Heaven ikut turun dari motor.

"Nggak ada lain kali, gue nggak mau naik motor sama lo lagi!" Zia melepas mickrolock helm, namun sepertinya sedikit sulit dari yang ia duga.

"Emang siapa yang mau ngajak lo!" Zia yang merasa kesal sekaligus malu sendiri memilih diam, percuma juga membalas ucapan Heaven.

"Lo tinggal di apartemen sini?"

"Menurut lo?" ketus Zia, "Kalo nggak tinggal di apartemen sini ngapain juga gue minta antar ke sini?"

"Di lantai berapa?"

"Ngapain nanya nanya? Gak penting banget!"

"Siapa tau kita tetanggaan, gue juga punya apartemen di sini!" Heaven menunjuk senyum tipis yang mampu mengganggu kesehatan siapa saja yang melihatnya, namun sepertinya itu tidak berlaku di mata Zia yang sudah terlanjur kesal.

Zia memejamkan mata di balik helm, merutuki kebodohannya yang malah mengantarkan dirinya ke situasi yang lebih sulit. Zia sengaja ke apartemen agar Heaven tidak tahu tentang siapa dirinya, tapi kini situasi malah berbalik. Andai saja Zia tahu sebelumnya kalau Heaven juga punya apartemen di sini, pasti Zia tidak akan minta di antar ke sini.

"Lo beneran punya apartemen di sini?" tanya Zia kembali memastikan.

"Iya! Tapi gue jarang ke sini. Kalo lo mau main boleh kok, tapi kasih tahu gue dulu!"

Zia memutar bola matanya jengah. "Siapa juga yang mau main!" Tapi setidaknya ia bisa bernafas lega, karena ternyata Heaven jarang datang ke apartemennya.

"Tinggal ngaku aja apa susahnya sih?'

Zia tidak berniat untuk menjawabnya lagi. Hari sudah semakin sore, Zia harus pulang sebelum Paman Max pulang. Untung saja Heaven tidak berniat melakukan apapun padanya. Akan lebih baik ia segera masuk ke dalam, tapi sepertinya helm di kepalanya juga tidak mengizinkannya pergi dengan mudah.

"Bisa nggak?"

Dasar cowok aneh, Zia melirik kesal dengan tangan masih berusaha membuka kunci helm. Jelas-jelas dari tadi Zia tidak bisa membukanya, apa perlu mengatakannya lebih dulu agar Heaven lebih peka. Ingin rasanya Zia menjitak kepalanya itu, mungkin saja otak Heaven butuh perbaikan.

Melihat Zia masih saja kesulitan, Heaven mengulurkan tangan membantu melepaskan helm. "Kenapa muka lo pucet banget, lo sakit?" tanya Heaven setelah melihat wajah Zia.

"Gue trauma naik motor sama lo, puas?" jawab Zia dengan kesal, "Makasih tumpangannya, gue harap itu gratis. Gue masuk dulu!"

Zia masuk ke dalam tanpa menoleh sedikitpun ke belakang. Di belakang Heaven masih memperhatikan Zia, memastikannya masuk ke dalam lebih dulu sebelum pergi.

1
레이디핏
Si Icha ini pen gue tempelenggggg, ziana juga kenapa ikut2an segalaaa
strawberry milk
bagus
Qaisaa Nazarudin
Lumayan
Qaisaa Nazarudin
Dari tadi Drama nabrak mulu..
Qaisaa Nazarudin
Katanya Dia paling berkuasa di sekolah itu,Masa untuk mencari data dan kelas seorang Zea aja gak bisa..ckk patut di curigain...
Qaisaa Nazarudin
Dio emang sengaja berdandan kek cupu gitu..
Qaisaa Nazarudin
Feeling ku mrngatakan kalo mereke ini putus Karna salah paham,Agam menyangka kalo Handa ada yg lain,Dan Handa juga lebih kurang mikir yg sama..
Qaisaa Nazarudin
Mungkin Agam TERPAKSA mutusin Handa takut Handa jadi sasaran musuhnya...
Qaisaa Nazarudin
Imut banget mukanya gak cocok jadi ketua gengster...😂😂😜😜
Qaisaa Nazarudin
Jangan nilang Itu Heaven ya..Heaven hanya untuk Zea...
klmnanara_
Luar biasa
Iyank Nha Rully
/Facepalm//Curse//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Curse//Curse//Curse//Curse//Curse/
Iyank Nha Rully
Luar biasa
Mamay
gala pdhl suka handa,
@ellenlenn`
bikinn Zia sukaa dongg Ama heaven
Angrani
kapan lanjut lagi nih thor😪😭, udh lama tau nunggu nyah huft
Fenti
aku mampir kak😁
Yuli Yanti
gala cita2nya jadi PMR 😁😁
Alif
bagus banget semangat kak untuk novel2 selanjutnyaaa ...
Alif
astagaa nandaaaa .. ngakak abis kalau SMA nandaa .
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!