Alaric Sagara, tiba tiba hidup nya berubah setelah istri yang di cintainya pergi untuk selama lamanya karena malahirkan bayi mereka ke dunia.
Kepergian sang istri menyisakan trauma mendalam di diri Aric, pria yang semula hangat telah berubah menjadi dingin melebihi dingin nya salju di kutub utara..
Faza Aqila, sepupu mendiang sang istri sekaligus teman semasa kuliah Aric dulu kini statusnya berubah menjadi istri Aric setelah 3tahun pria itu menduda. Faza telah diam diam menaruh cinta pada Aric sejak mereka masih sama sama duduk di bangku kuliah.
Bagaimana kehidupan pernikahan mereka dan akankah Faza mampu membuka hati Aric kembali...
Happy Reading 💜
Enjoy ✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ratu_halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 15
"Beri aku kesempatan, aku mohon.." Aric bicara dengan suara serak, air matanya masih mengalir sesekali..
"Tapi.... Kamu nggak bahagia bersama aku, Mas.." Faza menunduk dalam. Matanya sudah berkaca-kaca.
Aric menggeleng sambil menangkup wajah Faza agar mereka saling menatap lagi "Hei, siapa yang bilang aku nggak bahagia sama kamu, hem ? Aku sangat bahagia, Faza. Melihat kamu tidur di kamar yang sama denganku, melihat kamu tertawa bersama Alena, melihat kamu makan di meja makan yang sama denganku, melihat semua yang kamu lakukan dirumah, itu selalu membuat aku bahagia, Faza.."
Faza terpaku, benarkah yang Aric katakan. Berarti selama ini pria itu selalu memperhatikan setiap gerak gerik nya. Tapi kenapa Faza tak pernah menyadarinya. Faza pikir selama ini Aric tak pernah menganggap nya ada. Mungkin bagi Aric, Faza hanya asap tipis yang tak terlihat.
"Mungkin aku bisa gila jika kamu benar benar pergi dari hidup ku, Faza.." Tatapan Aric menjadi sayu, membuat Faza ingin sekali merengkuh tubuh tinggi tegapnya. Namun Faza belum berani. Masih ragu. Masih takut.
Beberapa menit berlalu dalam keheningan. Hingga akhirnya Faza mengatakan satu kalimat yang membuat raut wajah Aric berubah seratus delapan puluh derajat.
"Aku beri kamu satu kesempatan."
Aric nampak tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar..
"Tolong katakan sekali lagi, sayang. Aku ingin mendengar nya lebih jelas!" Aric mengorek telinganya, lalu mendekatkan telinganya ke arah Faza..
"Ish! Apa-apaan sih, Mas..." Faza jadi malu sendiri dengan kelakuan Aric. Perempuan itu mendorong dada Aric agar menjauh, namun justru Aric tak bergeming. Tubuhnya malah semakin dekat lagi.
"Cepat katakan, sayang.. Aku ingin mendengarnya sekali lagi.."
Panggilan sayang yang baru saja Aric ucapkan membuat kedua pipi Faza bersemu merah. Rasanya malu dan belum terbiasa.
"Aku memberi kamu kesempatan.. Sudah, ah.." sahut Faza sambil mendorong Aric lagi
Aric tersenyum cerah, Air matanya yang tadi sampai membanjiri wajah tampan pria itu seketika hilang berganti dengan rona bahagia..
AkH!!
Faza memekik saat Aric mengangkat tubuhnya lalu membawanya berputar-putar..
"Mas, turunkan aku.. Nanti kalau jatuh bagaimana ?" Wajah ketakutan Faza begitu lucu bagi Aric.
"Tidak akan, sayang.. Aku sangat bahagia... Wuuuuuu..." Aric bersorak kegirangan. Entah sudah berapa lama Aric tidak merasa sebahagia ini. Aric bahkan lupa rasanya.
Perlahan Aric menurunkan Faza namun tak berhenti di situ, Aric langsung memeluk erat perempuan nya itu.
Cupp!
Aric mencium rambut Faza.
"Terimakasih, sayang. Aku janji mulai detik ini hanya ada kita.."
Faza membalas dengan melingkarkan kedua tangannya di punggung Aric tanpa berkata apapun.
Tak berapa lama, Aric melepaskan pelukannya. Di tatapnya mata Faza dalam dalam.
Aric mencium kelopak mata Faza, lalu turun ke hidung, di usapnya bibir merah muda Faza dengan lembut..
Faza memejamkan mata, menunggu Aric melakukan apapun pada diri nya.
Cupp!
Aric mencium bibir Faza, singkat namun penuh makna. Faza membuka kedua matanya pelan pelan, wajah Aric masih beberapa inci berada di depan wajahnya.
Tangan Aric terulur lagi, memegang pipi Faza di antara leher dan tulang pipi.
Cupp!
Aric kembali mencium bibir Faza, namun kali lebih menuntut dan semakin dalam. Bibir Faza hanya diam tak bergerak, tapi itu bukan masalah bagi Aric.
Aric menggigit pelan bibir bawah Faza membuat Faza membuka mulutnya sedikit. Aric tak membuang kesempatan, dia langsung memasukkan lidah nya ke dalam rongga mulut sang istri. Lidah Aric terus mengabsen barisan gigi Faza yang rapih dan bersih.
Saat nafas Faza mulai terengah-engah, Aric pun perlahan melepaskan ciuman mereka..
Aric mengusap bibir Faza yang basah karena ulah nya. Lalu tersenyum saat mendapati pili Faza yang merona..
Kemudian Aric membawa Faza masuk ke dalam kamar utama.
"Mas... Aku belum siap.." Kata Faza dengan suara pelan, nyaris tak terdengar.
Aric tersenyum, "Aku tidak akan memasuki mu sekarang. Tapi izinkan aku untuk membuat mu merasakan hal yang baru."
Saat Faza masih mencerna ucapan suami nya, Aric justru sudah membawa Faza berbaring di kasur king size nya.
Aric membuka kancing baju yang Faza kenakan, hingga terlihat dua gunung kembar nya yang putih dan mulus. Tangan Aric menelusup kebelakang, mencari pengait bra lalu melepaskan nya satu demi satu.
Faza reflek menutup kedua payudaranya dengan tangan, seolah berkata 'Aku malu'.
Namun bukan Aric namanya jika menyerah secepat itu, Aric pun menyingkirkan kedua tangan Faza lalu dengan sekali hap puting Faza sudah di lahapnya dengan rakus.
Faza melenguh kegelian, namun tak sampai di situ, satu tangan Aric yang bebas sudah bergerak ke bawah. Menggesek-gesekan jari nya di milik Faza.
"M-mas...." Faza menggila, Aric membuat Faza menggelinjang tak beraturan.
Aric tersenyum lalu turun ke bawah, membuka celana Faza sampai terlihat milik Faza secara utuh.
Kedua mata Aric di penuhi hasrat, bukan sekedar nafsu, namun jauh dari itu, Aric menginginkan Faza untuk di milikinya secara utuh.
"Milik mu sangat indah, sayang." Gumam Aric yang sama sekali tak mengalihkan pandangan. Faza reflek menutupnya dengan merapatkan kedua paha nya.
Aric tersenyum lalu mencium kedua paha Faza bergantian, perlahan kedua paha wanita itu Aric buka lebar lebar. Dan......
"Milikmu sudah basah, sayang." Kata Aric saat menjilati setiap keindahan mahkota Faza.
Faza tak menjawab. Dia malu, sangat malu..
Aric menggerakkan jari dan lidah nya seirama. Membuat Faza menahan desahan nya sekuat tenga.
"Keluarkan suara indah mu, sayang. Jangan di tahan." kata Aric di sela sela permainan pria itu..
"eughh." Akhirnya suara itu lolos begitu saja. Aric tersenyum dan semakin semangat membantu sang istri untuk sampai di puncak..
"Ah...m..Mas... A-aku mau pipis..." Kata Faza dengan suara parau penuh siksaan..
"Pipis saja sayang, keluarkan semuanya." Kata Aric dengan jari nya yang semakin mengebut lagi.
"Massss.... Ahhhh...." Faza memekik panjang, tubuhnya bergetar hebat saat sudah mencapai klimaks.
Slruuppp!
Aric meminum semua cairan Faza tanpa sisa.
Faza tak berdaya. Dia merasakan seluruh tubuhnya lemas.
Aric menyelimuti tubuh Faza lalu mencium keningnya.
"Istirahatlah. Aku ke kamar mandi dulu." Kata Aric sebelum meninggalkan Faza untuk bermain solo di kamar mandi.
Aric tidak mau memaksa Faza. Jika istrinya belum siap, Aric bisa bermain solo di kamar mandi. Karena tanpa sepengetahuan Faza, setiap Aric melihat Faza tidur atau bahkan berpakaian 'sexy' menurut pandangan matanya, selalu berhasil membuat Aric tak tahan dan selalu menuntaskan nya di kamar mandi tamu di rumah nya sendiri. Bayangkan, betapa tersiksa nya Aric selama ini.
Setelah mandi dan berdandan sedikit rapih, Aric membangunkan Faza yang terlelap begitu damai di kasurnya.
"Sayang, bersihkan badan dulu. Setelah itu kita makan." Aric membelai pipi Faza dengan lembut.
"eughh..." Faza melenguh dan perlahan membuka mata.
Jujur. Faza malu bertatapan langsung dengan Aric setelah apa yang baru saja terjadi.
"Mau aku bantu ?" tanya Aric
Faza menggeleng, "Nggak, mas. Makasih.." Kata Faza lalu turun dari kasur sambil memelilitkan selimut di tubuh nya.
Aric tersenyum senang melihat rona merah di pipi Faza.
"Menggemaskan." gumam Aric.
Sambil menunggu Faza selesai, Aric pun menyiapkan makanan yang sudah di pesan beberapa saat lalu.
Makanan yang Aric pesan bukanlah makanan mewah, tapi cukup untuk mengganjal perut mereka sampai makan malam tiba..
Mendengar suara pintu terbuka, Aric langsung menoleh..
Aric tersenyum dan segera menghampiri Faza. Aroma Shampoo milik Aric menguar ketika Aric memeluk Faza.
"masih capek ?" tanya Aric tanpa melepaskan pelukannya.
"Sedikit." Jawab Faza malu malu.
Aric mengusap rambut panjang Faza dengan lembut "Biasakanlah. Karena jika aku memasukimu mungkin tubuhmu akan lebih capek dari ini!"
Goda Aric yang berhasil membuat kedua mata Faza membola sempurna.
Aric melepaskan pelukan lalu menuntun Faza ke meja makan.
"Makan dulu. Setelah ini aku mau bicara."
Mereka makan dengan tenang, tak ada obrolan yang berarti karena Faza masih canggung.
Setelah selesai makan, Faza berniat untuk mencuci piring, tapi Aric melarangnya.
"Tunggu aku di sofa.." Kata Aric sambil memaksa Faza meninggalkan dapur.