Jika ada yang meniru cerita dan penggambaran dalam novel ini, maka dia plagiat!
Kali ini Author mengangkat ilmu hitam dari Suku Melayu, kita akan berkeliling nusantara, Yuk, kepoin semua karya Author...
"Jangan makan dan minum sembarangan, jika kau tak ingin mati secara mengenaskan. Dia menyusup dalam diam, membunuh secara perlahan."
Kisah delapan mahasiswa yang melakukan KKN didesa Pahang. Bahkan desa itu belum pernah mereka dengar sebelumnya.
Beberapa warga mengingatkan, agar mereka jangan makan suguhan sembarangan, jika tak ingin mati.mengenaskan...
Apa yang menjadi misteri dari desa tersebut?
Apakah kedelapan Mahasiswa itu dapat selamat?
ikuti kisah selanjutnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam Itu
Malam telah larut. Keluarga Kiky sudah tiba dirumah. Mereka sudah melakukan perjalanan yang cukup melelahkan, dan tanpa hasil yang berarti.
Gadis itu menunu kamarnya. Ia berniat akan kembali ke desa, dan melakukan KKN, sebab tidak ingin mengulang untuk tahun depan.
Ditengah rasa sakit yang sedang dialaminya, ia justru bersemnagat, untuk mengejar cita-citanya. Ada perasaan yang begitu kuat dan akan terus ia bangkitkan.
Gadis itu melipat sejadahnya. Ia baru saja memohon, untuk diberikan cara kesembuhan, atas segala penyakit yang dideritanya. Ia ingin kembali beraktifitas kembali, sama seperti dengan sahabat lainnya.
Ia meletakkan perlengkapan shalatnya diatas gantungan handuk, khusus untuk sejadah. Kemudian berjalan menuju ranjang tidurnya.
Kiky meraih ponselnya. Lalu membuka galeri foto yang menyimpan banyak kenangan didalamnya, termasuk foto kebersamaan bersama rekan satu prodinya.
Tampak foto seorang pemuda yang berdiri dibelakangnya, saat melakukan sesi foto, bersama tujuh rekan lainnya.
Pemuda itu adalah Yudi. Ya. Ia menyimpan rasa untuknya. Namun, tidak ada sebuah keberanian untuk mengungkapkan perasaannya, ditambah lagi, ia seorang gadis, dan tidak mungkin mengungkapkan hal itu terlebih dahulu. Ditambah lagi, sikap pemuda itu terlihat biasa saja, dan menganggapnya sebagai seorang teman, bahkan lebih mendekati seorang adik perempuan yang perlu dilindungi.
Hal ini pula, yang membuat Kiky, harus menyimpan perasaannya, dan menguburnya dalam hati, ditambah lagi dengan kondisi penyakitnya yang sangat membahayakan. Ia tak ingin terlalu banyak berharap, dan biarlah, ini hanya sebuah rasa yang ia simpan disalam hatinya.
Ia meletakkan ponselnya. Lalu memejamkan matanya. Ia berharap, jika malam ini, batuknya tidak kambuh, sebab ingin merasakan tidur nyenyak, karena beberapa hari ini, ia selalu terganggu, karena gatal ditenggorokannya, dan dadanya yang terasa sesak, sehingga sulit untuk bernafas.
Perlahan matanya mulai terpejam. Ia merasakan kantuk yang sangat luar biasa, lalu tertidur.
*****
Sebuah sampan sedang berada ditengah sungai yang luas, dan juga dalam, bahkan panjang.
Kiky tersentak bangun dari tidurnya. Ia tidak tahu, mengapa berada ditempat ini, bahkan diatas sebuah sampan yang sangat kecil, sendirian saja.
"Astaghfirullah, kenapa aku disini?" gumamnya dengan rasa takut, dan juga kebingungan.
Ia menatap sungai yang luas, berair keruh, dan pastinya sangat menakutkan untuk ia pandang.
Bahkan parahnya, tidak ada dayung yang dapat ia jadikan sebagai alat untuk menuju ketepian.
Ditengah kepanikannya. Tiba-tiba saja ia melihat gelombang air yang cukup besar, dan ini hal yang mustahil terjadi.
Sebab ombak besar yang disebut dengan ombak Bono, hanya terjadi disungai Kampar-Riau, akibat pertemuan muara sungai ke laut, dan gelombang ombak laut memasuki sungai.
Tetapi, sungai ini tidak mungkin mengalami ombak Bono tersebut. Sungai ini berair tenang, meski menghanyutkan, bahkan menenggelamkan.
Kiky merasa panik, dan ia kebingungan untuk menyelamatkan dirinya dari ombak tersebut, dan berteriak ketakutan.
Ombak semakin dekat, dan gelombangnya yang datang bagaikan sesuatu yang menakutkan, dan siap menggulungnya.
Byuuuuur
Ombak menimpanya, dan membuat sampan yang ditumpanginya terbalik, hingga membuatnya terlempar keluar.
Gadis itu merasa megap, karena hampir tenggelam, dan membuatnya kesulitan bernafas. Ia semakin merasa megap, dan tangannya menggapai tepian sampan yang terbalik, dan seolah sedang ditarik sesuatu yang berada didalam air.
"Tolong, tolong..." ia menggapai-gapaikan tangannya, dan sudah banyak meminum air, hingga membuatnya semakin merasa lemah.
"Ki, Kiky, bangun," seseorang menepuk pipinya, dan membuatnya tergagap.
Gadis itu menoleh membuka kedua matanya. Lalu menatap seseorang yang sedang berdiri menatapnya, dengan perasaan yang sangat khawatir.
"Astaghfirullah, ibu," ucapnya dengan nafas yang tersengal. Ia baru saja mengalami mimpi buruk, dan hal itu membuatnya hampir merasakan tenggelam dan menemui kematian.
Kamu mimpi buruk?" tanya sang ibunda, dengan perasaan yang sangat khawatir. Wanita itu duduk ditepian ranjang, lalu membelai rambut puterinya.
"Iya, Bu. Aku merasa sepeeti tenggelam disebuah sungai yang besar dan dalam, tepatnya didepan rumah kos," ungkapnya dengan wajah memucat.
"Istighfar, dan meludah kekiri, agar itu tidak terjadi. Jangan lupa berdoa, agar semua hal yang buruk menjauh." pesannya pada puteri satu-satunya.
"Sebenarnya, Kiky sakit apa ya, Bu? Kenapa dokter tidak dapat mendeteksinya?" rasa penasaran muncul dibenaknya.
"Entahlah, ibu juga bingung. Mungkin ini ujian untukmu, dan juga ibu serta ayahmu. Besok kita cari pengobatan alternatif saja, mungkin bisa menyembuhkanmu," ujarnya, dengan harapan yang dapat menyembuhkan puterinya.
Kiky hanya menganggukkan kepalanya saja. Baginya, berobat kemanapun, yang terpenting, ia harus sembuh.
"Tidurlah, ibu akan menemanimu," wanita paruh baya itu menemani puterinya untuk tidur.
****
Hari sudah terang. Kiky dan keluarganya menuju sebuah rumah yang cukup jauh dari tempatnya tinggal.
Mereka menuju seorang kiai yang dianggap dapat menyembuhkan berbagai penyakit melalui perantaranya.
Sebuah perjalanan yang memakan waktu sekitar dua jam perjalanan. Kondisi jalanan yang mulus, membuat perjalanan mereka tiba disana lebih cepat.
Setibanya ditempat itu. Terlibat ada banyak pohon rambutan yang tumbuh berjajar. Buahnya sangat ranum, dan sepertinya lagi musim, tentu saja membuat ia semakin ingin merasakannya.
"Bu, ini rumahnya?" tanya Kiky dengan kebingungan. Sebab, hampir seluruh orang memiliki pohon rambutan.
Ketiganya turun dari dalam mobil. Lalu berjalan menuju ke rumah yang sesuai dengan alamat yang diberikan oleh salah satu rekan arisan sang ibunda.
"Ini bener, alamatnya, Bu?" tanya pria paruh baya, yang tak lain adalah ayah Kiky, yang mencoba meyakinkan pemilik rumah tersebut.
"Iya, Bang. Ini rumahnya, adik ingatkan pohon rambutan yang tumbuh didepan rumah ini, itu patokannya," jawab wanita itu, dengan sangat yakin.
Kemudian mereka memasuki teras. "Assalammualaikum," ucap ibunda Kiky, ia berharap, kedatangannya ke rumah ini, memberikan petunjuk untuk kesembuhannya.
"Waalaikum salam," sahut seseorang, yang terdengar sangat tenang.
Tak berselang lama, seorang pria berusia sekitar lima puluh lima tahun, dengan menggunakan kopiah berwarna putih, baju koko, dan juga sarung, berjalan menuju pintu depan. Wajahnya begitu sangat teduh.
"Silahkan masuk," ia mengajak tamunya untuk masuk.
Lalu ketiganya memasuki rumah, setelah mengucapkan salam.
"Silahkan duduk," ia kembali mempersilahkan tamunya untuk duduk, diatas sebuah tikar, dan ketiganya menganggukkan kepala, lalu duduk dengan sopan.
"Apakah ada yang perlu saya bantu?" tanyanya lagi.
"Maaf sebelumnya, Pak. Kami ingin membawa puteri kami berobat, sebab sudah dibawa ke medis, dan tidak ada perubahan apapun, sedangkan ia merasa sakit pada sekujur tubuhnya," wanita itu mencoba menjelaskan maksud kedatangan mereka.
"Puterinya bernama siapa?" tanya pria itu, sembari meraih sebuah tasbih yang tergeletak diatas sebuah meja kecil, tak jauh ditempatnya duduk. Ia menggulirnya dengan perlahan sepertinya sedang berdzikir.
"Lehernya terasa gatal, dan dadanya panas. Setiap kali terbatuk, darah yang dikeluarkannya cukup banyak," jelas wanita paruh baya itu.
Kiky hanya diam, dan menyerahkan semuanya pada sang ibu. Saat pria itu akan bertanya lagi, tiba-tiba ia terbatuk, dan mengeluarkan darah yang cukup banyak.
knp bisa seoerti itu sih ya kk siti
ada penjelasnya ga yaaa
hiiiiii
tambahin lagi dong ka interaksi darmadi sama andana entah kenapa jiwa mak comblang ku meronta saat mereka bersama
ada apa ini knp bisa jd begitu
hemmm ... beneran nih ya... kebangetan...