NovelToon NovelToon
Hingga Aku Tak Lagi Menunggu

Hingga Aku Tak Lagi Menunggu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Wanita Karir / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Nclyaa

Asha, seorang gadis muda yang tulus mengabdikan diri di sebuah rumah Qur'an, tak pernah menyangka bahwa langkah ikhlasnya akan terseret dalam pusaran fitnah. Ia menjadi sasaran gosip keji, disebut-sebut memiliki hubungan gelap dengan ketua yayasan tempatnya mengajar. Padahal, semua itu tidak benar. Hatinya telah digenggam oleh seorang pemuda yang berjanji akan menikahinya. Namun waktu berlalu, dan janji itu tak kunjung ditepati.

Di tengah kesendirian dan tatapan sinis masyarakat, Asha tetap menggenggam sabar, meski fitnah demi fitnah kian menyesakkan. Mampukah ia membuktikan kebenaran di balik diamnya? Atau justru namanya akan terus diingat sebagai sumber aib yang tak pernah ia lakukan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nclyaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Idul Fitri yang berbeda

Setelah menempuh perjalanan panjang yang cukup melelahkan, dan acara buka bersama keluarga besar, Asha segera membersihkan diri lalu beristirahat di kamar yang sudah disediakan untuknya. Seperti biasanya, ia selalu menginap di rumah pamannya setiap kali pulang kampung. Paman dan bibinya yang tidak memiliki anak begitu menyayanginya, bahkan sudah menganggap Asha seperti putri sendiri. Mereka membangun sebuah kamar khusus untuk Asha, dan selalu merawatnya agar tetap rapi meski Asha jarang menempatinya.

Seusai shalat tarawih, Asha merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk di kamarnya. Tangannya reflek meraih ponsel, lalu membuka grup obrolan bersama Naira dan Rayna. Rupanya kedua sahabatnya itu sudah lebih dulu tiba di kampung halaman masing-masing. Obrolan pun mengalir ringan, membuat rasa lelah Asha sedikit berkurang.

^°^ RAN : RAYNA ASHA NAIRA^°^

RAYNA : Aku udah sampe sebelum Dzuhur tadi, kalian gimana?

NAIRA : Aku abis maghrib, Alhamdulillah kampungku lebih deket daripada kampung kalian.

ASHA : Alhamdulillah kalo udah pada sampe, btw aku pengen ceritain sesuatu sama kalian.

RAYNA & NAIRA : APAAN?

ASHA : Fast respon bener kalo urusan beginian mah

RAYNA : Pasti tentang Ustadz Alam, males banget

NAIRA : Gak mungkin! Asha gak minat nyebut nama beliau.

Asha terkekeh membaca ketikan Naira, temannya itu selalu berkata demikian jika Rayna menyebutkan nama pria itu.

ASHA : Aku jamin kalian bakalan kaget sih, soalnya aku juga kaget wkwkw

RAYNA : Kenapa?

ASHA : Ustadz Afkar dateng kerumahku kemaren malem.

RAYNA & NAIRA : HAH? SERIUS?

ASHA : Huum

NAIRA : Ngapain dia kesana?

NAIRA : Jangan bilang dia...

ASHA : Ngelamar, hehe.

NAIRA & RAYNA : SERIUS?

RAYNA : Ternyata beliau juga pengagum rahasia Asha huhu

RAYNA : Padahal tadinya mau aku masukin list Ugant yang mau aku pepet.

ASHA & NAIRA : Ugant apaan?

RAYNA : Ustadz ganteng wkwkw.

NAIRA : Stress dia Sha, kelamaan begaul sama Ustadz Fahmi & Ustadz Dafa.

RAYNA : Udah udah, gimana ceritanya beliau bisa ngelamar? Padahal selama ini yang digosipin itukan kamu, Ustadz Alam & Ustadz Nael wkwkw. Kok tiba-tiba Ustadz Afkar?

ASHA : (Menceritakan dengan rinci peristiwa kemarin malam)

NAIRA : Plotwist bgt, udah kayak di novel-novel inimah Sha!

RAYNA : Nikah aja Sha sama beliau sekarang, demi aku pliss.

NAIRA : Ngakak banget ya Allah dramatis people enih

Asha tertawa puas membaca pesan-pesan yang dikirim oleh kedua temannya itu, benar-benar seru jika mengobrol dengan mereka dalam keadaan bosan.

Namun, di tengah keseruan membalas pesan mereka, tiba-tiba sebuah notifikasi baru muncul. Pesan itu datang dari nomor yang tidak tersimpan di kontaknya. Alis Asha berkerut sejenak, rasa penasaran langsung mengusik pikirannya. Dengan sedikit ragu, ia pun mengklik pesan tersebut.

08********** : Assalamualaikum, alhamdulillah ana baru sampai di rumah.

Tak berhenti di situ, orang tersebut juga mengirimkan sebuah foto. Dalam foto itu tampak keluarga besar yang sedang berkumpul di ruang tengah, wajah-wajah ceria menghiasi suasana. Di meja tampak beberapa bahan kue kering khas lebaran yang siap diolah. Sebuah caption pun menyertai foto tersebut:

08********* : Lagi mau pada bikin kue.

Asha terdiam sesaat. Matanya menatap layar ponsel lebih lama dari biasanya, mencoba mengingat siapa gerangan pemilik nomor itu. Pandangannya kemudian bergeser ke bagian atas layar, tepat di nama kontak yang muncul.

Tertulis jelas sebuah username "Ar Rayyan Zaynan Afkar."

"Ustadz Afkar?" gumamnya setelah melihat nama si pengirim pesan.

ASHA : Wa'alaikumsalam, Alhamdulillah jika sudah sampai.

ASHA : Maa Syaa Allah rame sekali,

Setelah membalas pesan dari Afkar, ia segera menyimpan ponselnya diatas nakas, kemudian ia pun segera memejamkan matanya untuk tidur. Tubuhnya cukup lelah setelah perjalanan panjangnya, namun ia juga senang karena bisa sampai di kampung halaman dengan selamat bersama kedua orangtuanya.

HARI RAYA IDUL FITRI

Makassar, 2017

Allahu Akbar Allahu Akbar

Pagi itu rumah Afkar dipenuhi aroma opor ayam dan ketupat yang baru saja diangkat dari kukusan. Suara takbir masih bergema dari masjid yang tidak jauh dari rumah, seolah menegaskan bahwa hari ini adalah hari kemenangan, hari yang penuh suka cita, hari yang dinanti setiap umat muslim, yaitu Idul Fitri.

Setelah melaksanakan shalat ied bersama sang ayah, Afkar pulang dengan wajah berseri. Di ruang tamu, ibunya sudah menunggu bersama adik perempuannya. Momen yang selalu ditunggu pun tiba, tradisi saling memaafkan. Afkar mendekati ayahnya terlebih dahulu, lalu merunduk mencium tangan beliau.

"Mohon maaf lahir batin, Bapak." ucap Afkar dengan sopan

Ayahnya tersenyum sambil menepuk bahu putranya.

"Bapak juga mohon maaf, Nak. Semoga Allah selalu menjaga langkahmu." balas sang ayah, Afkar membalas perkataan sang ayah dengan mengatakan 'Aamiin'.

Giliran sang ibu, Afkar menunduk, mencium tangan dan pipi perempuan yang telah melahirkannya. Tak terasa air mata mengalir di sudut matanya.

"Maafin Afkar ya Ammak, atas segala salah kata dan sikap Afkar. Semoga Allah beri Ammak umur panjang untuk."

Ibunya tak kuasa menahan haru. Baginya,momen seperti ini adalah hal langka. Karena Afkar yang tidak suka berada di momen yang akan membuatnya menangis, tapi jika di hari raya seperti ini, mau tak mau pria itu harus melakukan tradisi ini setiap tahun.

"Ammak sudah maafkan Afkar, Ammak bangga punya anak kayak Afkar," ucap sang ibu lembut.

Tak ketinggalan adiknya, yang dengan ceria langsung merangkul kakaknya. Pemuda yang lebih muda 3 tahun darinya itu kini sudah tumbuh tinggi sepantaran dengannya, setelah menyalami sang kakak, adiknya berkata.

"Daeng! Sudah ku maafkan segala salahmu padaku, kini tinggal kau balas dosamu itu dengan thr," guraunya dramatis dengan mengulurkan tangannya meminta uang thr.

Afkar tertawa kecil, kemudian berkata...

"Kau bawa dompetmu itu, mau ku isikan berapa juta?" kata Afkar sambil berpura-pura memasukkan tangannya kedalam saku kokonya. Sementara kedua orangtuanya hanya tertawa kecil, keduanya terharu melihat 2 putra yang kini sudah dewasa itu masih seperti anak kecil.

Setelah momen haru itu reda, Afkar duduk bersama kedua orangtuanya di ruang keluarga. Ia tahu, ini saat yang tepat untuk menyampaikan sesuatu yang sejak beberapa hari lalu mengganjal di hatinya.

"Ammak, Bapak..," Afkar membuka percakapan dengan nada hati-hati.

"Ada hal yang mau Afkar ceritakan sama Ammak dan Bapak." katanya sambil menunduk.

"Apa itu?" tanya sang ayah menoleh pada putra sulungnya.

"Beberapa hari lalu, Afkar lamar gadis yang Afkar suka," jawab Afkar dengan jelas.

Ayah dan ibunya saling berpandangan, kemudian menatap putra mereka dengan penuh perhatian.

"Melamar?" tanya ayahnya, sedikit terkejut namun tersenyum.

"Terus gimana? Diterima?" lanjut sang ayah penasaran.

Afkar menarik nafas dalam, sebelum menjawab pertanyaan ayahnya, ia berusaha meyakinkan hatinya untuk berterus terang tentang proses malam itu.

"Alhamdulillah, dia terima lamaran Afkar. Tapi ada syarat yang dia ajukan, dia mau Afkar tunggu sampai masa pendidikannya selesai. Afkar rasa itu bukan halangan" jawab Afkar menatap kedua orangtuanya.

Ibunya tersenyum lebar, matanya berbinar.

"Maa Syaa Allah… Jadi dia punya prinsip dan tau prioritas. Ammak seneng dengarnya." timpal sang ibu.

Ayahnya pun mengangguk mantap. "Kalo gitu, Bapak sama Ammak pasti dukung kamu. Selama jalan yang kamu ambil gak keluar dari syariat, kita pasti selalu merestui." imbuh sang ayah.

Wajah Afkar seketika berbinar lega, beban yang ia simpan seakan luruh begitu saja. Ia tahu, restu orangtua adalah doa yang paling ampuh.

1
Takagi Saya
Aku suka gaya penulisanmu, jangan berhenti menulis ya thor!
Nclyaa: Timakaci❤
total 1 replies
°·`.Elliot.'·°
Kreatif banget!
Nclyaa: timakaci ❤
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!