Satu hubungan rumah tangga yang di harapkan oleh istri, menjadi tempat nyaman dan tentran tapi ternyata yang dia rasakan sebaliknya. Akan kah sang istri mendapatkan kebagian dalam rumah tangganya, dari suaminya, atau bahkan di dapatkan dari orang lain.
Bab 15
Liora menatap Bhima, lalu kedua bibirnya terlioat kedalam membentuk senyuman dangkal.
Liora menghembuskan nafasnya kasar lalu berjalan ke arah sofa yang ada di ruangan itu, Bhima menggangkat kedua Alisnya ke atas bingung, mengikuti arah langkah Liora dan duduk di sebelahnya.
Liora hanya duduk diam menatap kosong kedepan, sedangkan Bhima miring ke hadapan Liora satu sku tangannya untuk menyangga kepalanya di pinggir dudukan sofa.
Ia pun habya diam menunggu Liora berbicara.
Tidak berselang lama Liora kembali menghembuskan nafasnya pelan melalui hidung.
“ hmftt… kak “ Liora memiringkan badannya menghadap Bhima yaok hajya badannya saja tubunya tetao luris kedepan.
“ Hm…” kata Bhima bergumam mengangkat sedikt dagunya
“ Aku, gimana kak “ Liora memiringkan seluruh tubuhnya menghadap Bhima
“ Apanya yang gimana, sayang “ tanya Bhima halus
Liora mencebik kan bibirnya, bahkan ia bingung ingin memulai dari mana.
“ Aku bingung kak, mau di mulai dari mana “ jawabnya jujur
“ bingung masalah apanya, sayaaang “ tanya Bhima lembut
“ bingung akunya, harus gimana kak “ jawab Liora dengan wajah sendu
Satu tangan Bhima yang kosong mengelus rambut Liora dengan halus.
“ kenapa memangnya “ tanya nya
“ Kak, kakak gak sadar aku ini siapa “ tanya
Liora dengan muka gemas
Bhima tersenyum
“ Tau dong sayang, kamu adalah tuan putri ku, ratuku, permaisuri ku. Apa lagi ya ? Hm “ kekeh Bhima seolah olah sedang berfikir
Liora mengekerutkan alisnya dengan kesal dengan bibir manyun, lalu
BHUJKKK
Liora memukul Bhima dengan bantal sofa.
“ Au….sayaaang. Ihhh kok kdrt sih yang “ rengek Bhima dengan nada manjanya
“ ihhh… kakak “ ikut merengek kesal
Bhima langsung terkekeh dan menarik satu tangan Liora kearahnya yang membuat tubuhjya langsung berada di pelukannya.
Bhima mengelus halus naik turun punggung Liora.
“ Maunya kamu sekarang gimana sayang “ tanya Bhima
Liora melerai pelukannya lalu menggenggam kedua tanga Bhima.
“ Kak, please bantu aku buat bisa cerai dari laki - laki itu kak “ pinta Liora
Bhima menahan senyumnya
“ kamu yakin “ godanya dengan senyum
tertahan
“ Maksud, kakak ? “ tanya Liora
“ kamu yakin, mau ninggalin suami tercinta kamu itu “ goda Bhima lagi
“ kakkk…” Liora meghempaskan tangan Al yang tadi di genggamnya.
Bhima terkekeh pelan lalu meraih kembali
tangan Ica.
“ kamu mau aku mulai dari mana, sayang “ tanya nya lagi
“ Aku mau lepas dari dia dulu kak, aku sudah terlalu baik untuk laki- laki bejat itu selama dua tahun ini. Bahkan aku sampai lupa, aku ini seperti apa “
Bhima tersenyum
“ Itu bukan hal sulit sayang, aku bisa ngatur itu dengan sangat mudah “ yakin Bhima
“ beneran kak “ Liora nampak bersemangat
Bhima mengangguk, mengiyakan.
Liora langsung merapatkan tubuhnya dan berlari berhamburan kepelukan Bhima.
“ Makasih kak “ ucapnya menduselkan
mukanya ke dada Bhima
“ iya sayang, iya “ jawab Bhima membalas pelukan itu dan mengelus rambut halus Liora.
Liora memejamkan mata, bayang- bayang
Briel mulai muncul di ingatannya. Cara ia
tertawa dulu saat mereka masih berpacaran, mereka pernah melalui bahagia walaupun itu hanya sementara.
Senyum Briel yang selalu mereka menyambut nya pulan sekolah, menunggunya di drlan gerbang sekolahnya. Saat mereka tertawa bahagia di saat Briel yang usil mencoel kan es krim di hidung Liora bahkan pesta indah di hari
pernikahan mereka. Tawa bahagia di hari
bahagia sebelum malam berlalu dan merubah semuanya.
Tanpa Liora sadari, ia mulai terisak di pelukan Bhima. Memeluk erat tubuh Bhima menyalurkan rasa sakit yang muncul.
“ Hei, sayang. Kenapa ? “ Ucap Bhima
memaksa memundurkan badan Liora dan
menangkup kedua sisi wajah Liora
mendongakkan nya ke arahnya.
Liora menggeleng pelan, dengan mata yang masih mengeluarkan air mata.
“ kenapa, hm. Masih gak rela mau pisah dari suami kamu ? “ tanya nya pelan, meski di dalam hatinya ada rasa sakit seperti berdesir saat bertanya seperti itu ke Liora.
Liora menggeleng lagi dan memeluk erat
tubuh Bhima menenggelam kan lagi di dada bidang Bhima
“ Aku, takut kak “ ucapnya lirih
“ cup, cuo , cup. Aku disini sayang. Ada aku, manfaatin aku sebisa kamu ya “ Ucap Bhima menenangkan.
Liora semakin memeluk erat Bhima
——-
Sedangkan Briel kini meski tadi agak telat dia tetap berangkat kerja.
Briel hanya lah manager di sebuah perusahan besar. Sedangkan Kayla keponakan dari
pemilik perusahan tempat ia bekerja.
Maka dari itu Briel gencar mendekati kayla, saat dia sudah mendapatkan Kayla perempuan wanita - wanita simpanannya pun ia
tinggalkan.
Saat istirahat siang, Briel keluar dan meminta izin untuk pulang cepat hari ini.
Dan disini kah sekarang Briel di balik kemudinya. Menyusuri setiap jalan yang ia lewati untuk mencari dimana keberadaan Liora.
Dia sudah mencoba menghubungi keluarga
Liora, bertanya apakah Liora ada di sana. Tapi pihak ibunya malah kembali bertanya memang nya ada apa Liora hingga kabur yang akhirnya memicu perdebatan antara mereka berdua.
——-
Tanpa sengaja Briel menoleh ke arah swalayan besar di kota itu, dan tatapan nya tertuju pada dua pasang manusia yang sesang tertawa sambil memasukan belanjaan ke dalam bagasi belakang.
Briel mengerem spontan menghentikan mobil nya
Tin….
Tin….
Tin….
Bunyi klakson bersahutan akibat ulah Briel
“ Sial “ Ucap Briel menoleh ke arah mobil -
mobil di belakangnya.
Briel menepikan mobilnya, lalu terburu - buru berlari ke arah dua manusia itu.
Saat Liora hendak masuk kedalam mobil,
tangan kekar Briel mencekal pergelangan tangan nya.
“ Tunggu “ ucapnya tajam
Bhima yang berada di balik pintu membuka pintu yang hendak Liora masuki pun terdiam meperhatikan, sedangkan Liora sudah terlonjak kaget.
“ oh, jadi ini kerjaan lo, gak pulang semaleman. Ha “ ucap Briel
“ udah brani ya lo sekarang “ sambungnya lagi
Entah keberanian dari mana, tapi kali ini Liora sudah bisa menjawab ucapan Briel.
“ Bukannya, anda semalam pulang dengan kekasih anda, Tuan. Apakah wajar jika seorang…ADIK… anda ini akan mengganggu malam indah kakaknya. Bukan kah itu sebuah tindakan yang kurang sopan “ ucapnya tegas
Bhima tersenyum dengan keberanian Liora, entah karna Liora sudah muak dan sakit hati atau apa hingga dia bisa membalas ucapan itu.
Sedangkan Briel, rahangnya mengeras. Giginya berkeletuk beradu marah.
“ KURANG AJAR…” tangan nya melayang hendak menampar Liora, namun sudah di cekal oleh Bhima.
Liora spontan menunduk takut, namun setelah beberapa saat tidak ada yang mendarat di
pipinya. Liora kembali menoleh kedelan
Bhima menggenggam pergelangan tangan Briel seolah- olah akan meremukkan nya.
“ jaga sikap anda, jika anda ingin hidup
nyaman. Satu kali saja lagi anda menyakiti
Liora, saya pastikan semua yang anda bangun selama ini akan hancur “ ucap Bhima dengan nada rendah penuh tekanan, pergelangan
tangan Briel ia hempas kan dengan kuat.
Keributan mereka mengundang perhatian
banyak orang, termaksud seorang satpam dan staf lapangan yang bertugas. Mereka menghampiri Bhima, lalu menunduk hormat.
Membuat Briel dan juga Liora terkejut.
“ Maaf Pak Bhima, ada yang perlu saya bantu? “ Ucap staf lapangan itu dengan sopan