Bagaimana jadinya jika dua keberadaan paling agung dan paling tinggi di seluruh semesta yang ada, terlahir dan muncul kembali setelah jutaan tahun kematian keduanya di masa lalu.
Dan istimewanya, keduanya muncul dan terlahir justru bukan dengan tubuh fisik yang mereka miliki dahulu, melainkan tumbuh dan hidup di dalam tubuh bocah 16 tahun yang secara kebetulan memiliki nama yang merupakan gabungan dari nama kedua sosok itu di masa lalu.
Penasaran?
Tunggu apalagi, langsung masuk dan baca ceritanya di sini!👇
Novel: Pewaris Tahta Semesta
Author: Fatiih Romanaa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fatiih Romana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 26
Tak jauh dari pintu masuk wilayah Klan Ba berada, Yu Ming yang tengah memimpin belasan orang bersamanya itu tiba-tiba menghentikan langkahnya.
"Ayah, ada apa?" tanya sosok empat puluhan yang berada tepat di belakangnya.
Ia adalah Yu Wen, ayah dari Yu Xian, sang tuan muda jenius dari Klan Yu.
Yang belakangan ini menjadi perbincangan hangat di Kota Chang’an. Bersama tuan muda jenius lainnya yang merupakan Ba Feng yang sosok nya sudah di bunuh oleh Bayangan 1 sebelumnya itu.
Dimana keduanya menjadi buah bibir setelah acara kedewasaan sebelumnya.
Kembali ke masa kini.
Yu Ming memicingkan mata, tatapannya tajam menyisir sekitar.
"Entahlah... Tiba-tiba saja aku merasakan firasat buruk soal perjalanan kita kali ini," jawabnya dengan raut gelisah yang sulit disembunyikan.
"Mungkin itu hanya perasaan Kakek saja. Dari tadi Kakek terlihat begitu bersemangat untuk segera sampai ke Klan Ba dan bertemu para tuan dari Organisasi Lembah Bayangan itu."
Pemuda tampan yang berkata itu adalah Yu Xian. Ia mencoba menenangkan, sembari menyisipkan senyuman tipis yang lebih bernuansa tak sabar ketimbang bersimpati.
Namun di balik kata-katanya, terselip niat tersembunyi, yaitu agar rombongan segera melanjutkan perjalanan. Karena dia sangat ingin menyaksikan sendiri para sosok yang bahkan pihak kerajaan pun enggan menyebut namanya.
Yu Ming menarik napas dalam-dalam. "Baiklah, mungkin memang cuma firasat kosong... Ayo lanjutkan perjalanan."
Mereka pun kembali bergerak. Tapi semakin dekat mereka ke wilayah Klan Ba, perasaan Yu Ming justru semakin memburuk. Membuatnya menoleh beberapa kali ke langit, ke arah pohon tinggi di sekitarnya, bahkan sesekali melirik semak-semak, sebab dia merasa seolah ada mata yang mengintai.
Namun meski begitu, tak satu pun dari mereka yang lain menyadari. Hanya dirinya yang diselimuti keresahan tanpa wujud.
Ratusan meter sebelum pintu masuk wilayah Klan Ba, langkah Yu Ming kembali terhenti.
“Kita hentikan perjalanan di sini,” ucapnya tegas.
Yu Wen mendesah. "Ayah, kita sudah sejauh ini. Apa Ayah masih merasa gelisah?"
Yu Ming menatap putranya dalam-dalam. "Ya... Dan perasaan itu makin kuat. Ini bukan firasat biasa, Yu Wen. Ini seperti peringatan terakhir dari surga.”
Salah satu tetua yang ikut dalam rombongan menyela, “Tapi tak ada tanda-tanda bahaya di sini, Patriark. Ini wilayah Klan Ba, bukan Lembah Bayangan”
“Justru itu!” bentak Yu Ming. “Tempat ini terlalu tenang… terlalu sunyi. Klan sebesar Ba tidak mungkin membiarkan pintu mereka tak terjaga!”
Namun, tanggapannya hanya disambut tatapan ragu dan helaan napas. Mereka tetap bersikeras untuk melanjutkan perjalanan.
Dengan berat hati, Yu Ming pun menyerah dan kembali memimpin mereka menuju gerbang utama Klan Ba.
**
Tak lama kemudian, mereka pun akhirnya tiba di depan gerbang besar Klan Ba.
Yang kemudian, yang mereka dapati di sana hanyalah kekosongan dan keheningan yang jauh lebih menyeramkan daripada monster mana pun yang mungkin mereka hadapi di medan perang.
Salah satu penjaga rombongan menggumam lirih, “Kenapa tak ada seorang pun di sini? Bahkan aura pun tidak ada…”
Yu Ming menatap lurus ke rapan. “Tak ada tanda tanda kehidupan di dalam sana… seolah tempat ini sudah ditinggalkan berhari-hari.”
Kemudian tak lama setelah ucapan itu jatuh.
Angin tiba-tiba berhembus dari arah gerbang. Dingin. Menusuk. Dan yang lebih mengerikan lagi adalah angin itu membawa bau darah yang menusuk hidung.
Semua orang secara naluriah menutup hidung. Salah satu dari mereka berkata, “Apa ini bau dari... darah manusia?”
Tatapan Yu Ming mengeras. “Kita pergi sekarang!”
Kali ini, tak ada yang membantah. Bahkan Yu Xian tak berkata sepatah pun. Wajahnya pucat, matanya menatap kosong ke arah gerbang besar di depannya yang kini seperti pintu gerbang menuju neraka terdalam.
Dan saat mereka hendak membalikkan badan dan pergi...
Deg!
Kekuatan tak terlihat tiba-tiba menekan tubuh mereka semua seperti rantai tak kasat mata. Lutut mereka bergetar, beberapa anggota bahkan hampir roboh.
Dan dari balik gerbang yang tertutup rapat itu, angin kencang kembali berhembus. Kali ini bukan hanya membawa bau darah.
Tapi juga hawa kematian yang begitu mencekam, seolah ratusan ribu jiwa tewas baru saja meninggalkan tempat itu.
Yu Xian menggertakkan giginya. “Ini… ini bukan kekuatan biasa!”
Telinga mereka kemudian menangkap suara misterius. Dalam, dingin, dan nyaris bergema di kepala mereka.
"Karena kalian semua sudah tiba di tempat ini, maka tinggallah di sini untuk selamanya."
"Sebab aku tidak mengizinkan kalian untuk meninggalkan tempat ini."
Jantung para anggota Klan Yu serempak berdegup kencang. Yu Wen menoleh ke ayahnya, “Ayah… siapa itu?”
Namun Yu Ming tak menjawab. Tubuhnya menggigil. Matanya membelalak penuh teror. Suara itu… terlalu akrab.
“Itu... bukan orang yang seharusnya muncul di tempat ini…” gumamnya nyaris tak terdengar.
Tiba-tiba, suara itu kembali terdengar, kali ini lebih dingin dan mematikan:
“Lakukan.”
Slaaassshh!!
Brukkk!! Brukkk!!
Dari balik kegelapan, kilatan merah menyapu udara. Pedang itu menari seperti cahaya petir. Tajam, cepat, tak bisa dihindari. Bayangan 1 muncul seolah dilontarkan dari kehampaan, dengan pedang merah darah di tangan kanannya.
Ia bukan menyerang. Ia mengeksekusi.
Bahkan Yu Ming, meski telah mencapai Penyempurnaan Qi ⭐3, tak mampu menggerakkan jari sekalipun.
Sebab saat ini aura Ding Liren lah yang menahan mereka. Sehingga Bayangan 1 hanya tinggal menyapu mereka semua dengan pedangnya.
Satu per satu tubuh roboh. Darah menyembur, mengalir, menodai tanah yang sebelumnya masih bersih.
Dan dalam waktu kurang dari dua puluh detik... hanya satu sosok yang masih berdiri tegak di depan pintu gerbang Klan Ba. Yaitu sang penjagal, Bayangan 1.
Di bawahnya, genangan darah segar bercampur debu.
**
Tak jauh dari sana, tiga sosok bayangan lainnya bersama satu pria berjubah panjang berdiri mengamati dari kegelapan.
Ding Liren memandang pemandangan itu tanpa emosi, seperti menonton daun gugur dari pohon mati.
“Pemimpin,” ucap Bayangan 2 tiba-tiba berbicara pada Ding Liren.
“Bagaimana dengan mayat ketiga sosok yang kita gantung sebelumnya?" tambahnya lagi.
Karena tiba tiba saja dia teringat dengan mayat Ba Tian, Ba Jian dan juga Ba Feng yang sebelumnya di perintahkan oleh Ding Liren untuk di gantung di balik gerbang untuk menyambut kedatangan Yu Ming dan kelompoknya.
Sementara yang terjadi saat ini, Yu Ming dan kelompoknya itu sudah di bantai habis oleh Bayangan 1 bahkan sebelum mereka itu memasuki gerbang.
"Turunkan dan musnahkan!"
jawab Ding Liren dengan nada datar saat mengucapkan dua kata tersebut.
Tak ada rasa bangga. Tak ada rasa puas.
Hanya kehampaan yang menjadi bagian dari mereka yang hidup dalam bayangan.