NovelToon NovelToon
Wanita Milik Bos Mafia

Wanita Milik Bos Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Perjodohan / Mafia / Nikah Kontrak / Persaingan Mafia / Dark Romance
Popularitas:688
Nilai: 5
Nama Author: Muhamad Julianto

Rika, mahasiswi sederhana, terpaksa menikahi Rayga, pewaris mafia, untuk menyelamatkan keluarganya dari utang dan biaya operasi kakeknya. Pernikahan kontrak mereka memiliki syarat: jika Rika bisa bertahan 30 hari tanpa jatuh cinta, kontrak akan batal dan keluarganya bebas. Rayga yang dingin dan misterius memberlakukan aturan ketat, tetapi kedekatan mereka memicu kejadian tak terduga. Perlahan, Rika mempertanyakan apakah cinta bisa dihindari—atau justru berkembang diam-diam di antara batas aturan mereka. Konflik batin dan ketegangan romantis pun tak terelakkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhamad Julianto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 15

Begitu aku masuk kamar, aku langsung menjatuhkan tas dan merebahkan diri di atas ranjang. Rasanya sangat lelah—bukan secara fisik, tapi batinku kacau dan pikiranku penuh.

Sungguh kejadian didapur sangat membuat ku kesal dan geram, memang benar dugaan ku kalo Rayga bukan anak dari pak Ryandra. Jauh banget sifatnya.

Aku tak ingin pikiranku berlarut larut dalam emosi yang mulai meradang, jadi kupikir lebih baik aku menyibukkan diri dengan hal yang jelas dan bisa kupahami: tugas kampus.

Aku teringat tugas dosen saat aku di perpustakaan, tugas itu belum ku catat semua materi nya.

Aku langsung menghubungi teman sekelasku. Dari apa yang mereka sampaikan, aku ternyata cukup ketinggalan beberapa tugas selain tugas materi. Aku menggosokkan tangan ku kepala sebagai tanda frustasi.

"Haihhhh... Kapan acara pernikahan nya dimulai." Gerutuku yang malah kesal karena acara pernikahan nya belum dilaksanakan lagi.'Pak Ryandra sebenarnya kemana si?! Lama amat tugas bisnis nya, bukannya semakin cepat semakian bagus untuk ku agar bisa menjauh dari keluarga ini".

"Ok, sabar Rika, amarah hanya membuat mu semakin kriput. Lebih baik kau lanjutkan mengerjakan tugas". Ucap ku pada diri sendiri.

Aku segera meminta teman-teman ku mengirimkan materi yang diperlukan oleh ku, lumayan juga punya temen yang bisa diandalkan. Anggap aja balas budi karena mereka juga kadang minta tolong kepada ku disaat saat aku masih cukup aktif di kampus.

Tanpa membuang waktu, aku duduk dan mulai mengerjakan tugas.

Saking tenggelamnya dalam pelajaran, aku bahkan tidak sadar hari sudah mulai gelap. Aku baru mengecek jam ketika hendak ke kamar mandi.

Dan betapa terkejutnya aku saat melihat sudah pukul 8 malam. Aku menguap panjang, pertanda tubuhku sudah lelah. Padahal jam segini biasanya aku masih belum mengantuk.

Aku merapikan buku-buku dan menaruhnya ke samping. Saat itulah aku sadar bahwa aku belum mandi. Dengan malas aku menyeret tubuhku ke kamar mandi. Mandi secepat kilat, lalu keluar dalam waktu singkat. Aku mengambil pakaian tidur pertama yang kulihat di laci—sebuah gaun tidur pendek yang menonjolkan bagian dadaku. Sebenarnya gaun itu ada jubah luarnya, tapi aku terlalu malas untuk mencarinya.

Saat aku hendak mencolokkan alat pengering rambut, aku mendengar ketukan di pintu. Aku berhenti dan diam, memastikan bahwa aku tidak berhalusinasi. Ketukan itu terdengar lagi, membuat tubuhku reflek tegang. Apakah itu Rayga lagi? Buat apa dia kesini lagi... Atau jangan-jangan? Pikirku yang mulai curiga.

Aku memutuskan untuk membiarkan nya saja lagian pintu sudah ku kunci, jika itu memang dia, jangan harap aku membukakan pintu.

Aku akan berpura-pura sudah tidur, tapi sayang sekali lampu kamarku masih menyala. Ketukan itu terdengar lagi. Kali ini lebih pelan. Aku mulai berpikir mungkin itu bukan Rayga, biasanya ketukan pintu nya tidak sekencang saat Rayga mengetuknya.

“Siapa di situ?” teriakku.

“Nona ,ini Bibi . non” suara itu membuatku langsung meletakkan pengering rambut dan bergegas membuka pintu.

Aku merasa bersalah sudah membiarkannya menunggu. Lagipula, aku tak merasa perlu menutupi diriku karena itu hanya Bibi Ranti, bukan Rayga. Aku membuka pintu lebih cepat kali ini.

“Bibi, aku—” kata-kataku terhenti begitu melihat sosok Rayga muncul entah dari mana dengan smirk di wajahnya.

Sial.. Aku ditipu.

“Terima kasih banyak, Bibi ” ucap Rayga pada bibi Ranti dengan senyuman tipis lalu melirik ke arah ku dengan tatapan datar, sementara Bibi Ranti menatapku dengan pandangan iba dan bersalah . Seolah-olah ia tak punya pilihan lain, atau mungkin ia dipaksa.

“Nona Rika, Bibi hanya melakukan yang diperintahkan Tuan Muda karena Tuan Muda ada urusan dengan Non, kalau begitu saya pamit dulu” katanya cepat-cepat saat melihat mataku melebar menatap Rayga.

Setelah mengatakan itu, bibi menunduk lalu pergi dan meninggalkan kami berdua. Saat aku menoleh ke arah Rayga lagi, dia tengah menatapku intens. Seluruh bulu kudukku meremang, karena aku tidak siap menghadapi ini lagi.

Tapi bukan hanya itu yang membuatku cemas saat berdua saja dengan Rayga.

Sudah beberapa waktu belakangan ini, tiap kali ia mendekat, tubuhku seperti bereaksi sendiri seolah seperti perempuan yang haus kasih sayang.

Jujur aku juga merasa menjijikan dengan reaksi tubuhku ini.

Ada getaran halus di sekitar paha dan betisku. Rayga menatapku sambil tersenyum smrik. Seolah dia bisa mendengar pikiranku. Tapi selama itu tak keluar dari mulutku, aku tidak terlalu peduli.

“Ada apa Tuan Rayga yang terhormat mencari ku?” tanyaku, berusaha mengeluarkan suara tegas, tapi yang keluar justru lirih.

Dia tak menjawab, hanya tersenyum mengejek. Dan saat itulah aku sadar kenapa dia tersenyum seperti itu—aku sedang mengenakan gaun tidur pendek yang memperlihatkan belahan dada. Rasanya aku ingin bumi menelanku saat itu juga.

Aku menunduk dan menutup bagian yang terbuka menggunakan tangan ku karena merasa malu. Hanya Rayga yang bisa membuatku merasa seperti remaja enam belas tahun yang baru jatuh cinta untuk pertama kali, sedikit berbeda dengan Ranza.

Tatapan matanya seperti menelanjangiku. Saat aku menoleh kembali, dia masih memandangi tubuhku, dan kini ada senyum jahat di bibirnya. Aku mulai bertanya-tanya apa yang ada di pikirannya, pokoknya aku berusaha positif thinking, tapi jika memang Rayga ada maksud terselubung maka aku tidak akan tinggal diam.

Saat aku hendak bicara untuk menghentikan rasa maluku, Rayga malah menarik tanganku begitu saja dan mulai membawaku pergi entah ke mana. Aku bahkan tidak sempat memprotes.

“Mau dibawa ke mana aku?” Aku menahan diri untuk tidak menyebut namanya—aku masih ingat peraturannya. Dia sudah cukup menguasai diriku tanpa harus memanggil namanya dengan nada manja.

Dia tetap tidak menjawab, yang ada malah semakin menarik ku menuruni tangga sedikit lebih cepat.

Aku tidak tahu dia membawaku ke mana, tapi tempat ini mulai terasa familiar. Rasanya aku pernah melihatnya waktu Bibi Ranti mengajakku keliling rumah saat pertama kali aku datang ke Mansion. Kami masuk ke ruangan yang penuh dengan kursi. Saat aku melihat proyektor, aku langsung tahu—kami berada di ruang teater sekaligus bioskop pribadi Milik keluarga D'Amato.

Tapi setelah dipikir pikir bukan kah keluarga D'Amato hanya ada dua anggota saja ya, Pak Ryandra dan si otak mesum ini. Bisa-bisa nya membuat bioskop yang seluas ini. Namun seketika aku menemukan kemungkinan, mungkin bioskop ini untuk hiburan para bodyguard atau pelayan atau bisa jadi collega nya. Lagian bioskop nya berdekatan dengan area Ballroom Mansion.

"Stthhh... Pelan -pelan tuan" ringis ku saat Rayga mencengkram pergelangan ku yang cukup erat walau ia tidak menggunakan tenaga tapi cukup nyeri juga.

Rayga hanya melirik kebelakang tapi setelah ia kembali menatap ke depan, menaiki tangga menuju ke atas, membawaku ke baris kedua yang biasanya jika di mall, tempat duduk bagian atas sering penuh tapi bioskop yang satu ini malah kosong.

Lalu ia menarikku ke salah satu kursi di sampingnya. Semuanya terjadi begitu cepat sampai-sampai kepalaku hampir menabrak wajahnya, dan kami nyaris berciuman. Aku langsung mundur, menatapnya.

Aku ingin menampar wajahnya karena smirk yang tak hilang-hilang itu. Tapi aku juga sadar… dari jarak sedekat itu, Rayga benar-benar terlihat seperti sebuah karya seni. Tatapan matanya, lekuk wajahnya, senyumnya—semuanya membiusku. Dan saat ia tersenyum, aku merasakan perasaan aneh yang membuat jantung ku berdetak kencang.

Apa ini? Apakah aku punya riwayat jantung mendadak? Gumam ku yang perlahan menyentuh dadaku.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!