Hanya demi uang, Celline rela menjual dirinya pada seorang CEO perusahaan besar yang bernama James Chandra. James hanya menginginkan seorang anak. Dia rela membayar seorang wanita untuk melahirkan seorang anak sebagai penerus untuknya.
Jika Celline dapat melahirkan seorang anak untuk James, maka Celline akan mendapatkan uang sebesar 1 milyar Rupiah dari James. Dan Celline bisa keluar dari rumah pamannya.
Semenjak orangtua Celline meninggal dunia akibat kecelakaan, Celline harus tinggal bersama dengan keluarga om-nya yang tidak pernah memperlakukan dirinya secara manusiawi. Mereka selalu saja menyiksa Celline baik secara fisik maupun psikis. Kalau Celline tidak mau menurut apa yang mereka katakan dan inginkan.
Bagaimakah kisah Celline bisa bertemu dengan James? Dan bagaimanakah cara Celline bisa keluar dari rumah om-nya itu? Apakah Celline bisa merubah sikap dingin James pria itu? Ikuti perjalanan hidup Celline yang penuh dengan lika-liku kehidupan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evita Lin 168, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
“Pakai ini!”
James mengulurkan sebuah gaun berwarna hitam. Mulanya Celline ragu untuk memakai gaun itu, akan tetapi sorot mata itu seolah memaksanya, tanpa mau mendengar kata penolakan dari Celline.
Beberapa saat kemudian, Celline keluar dan pelayan menyibak tirai yang menjadi pemisah ruang ganti.
Di sana sudah ada James yang menunggu sambil duduk dan memainkan handphonenya. “Perfect!” Gumam James.
Sedangkan Celline sendiri terlihat kurang nyaman dengan apa yang dia kenakan. Ini adalah pertama kalinya dia memakai pakaian seperti gaun ini.
Celline sangat terlihat cantik sekali memakai gaun itu. Hanya saja gaun ini terlalu mahal untuk Celline pakai. Dia malah merasa takut kalau nanti merusak gaun yang indah itu. Gaun itu terlihat elegant dan mahal.
Celline juga takut berlama-lama memakainya. Takut masuk angin, karena ada lubang di bagian belakang gaun itu. Sebenarnya dia merasa sangat tidak nyaman, namun James pasti akan marah-marah, kalau dirinya menolak memakainya.
Setelah dari butik, James kembali mengajak Celline ke tempat yang tidak pernah didatangi oleh gadis itu.
*****
Di sebuah salon kecantikan……………….
“Tolong make-up dia.” Perintah James.
Perias itu tersenyum ramah pada James. Sepertinya dia terpesona akan ketampanan James. Setelah James pergi, perias professional itu pun langsung melakukan tugasnya.
“Nona, mau ke pesta apa? Gaunnya cantik sekali.”
“Oh, aku juga tidak mengerti.”
“Ah, so sweet! Kamu mau dilamar ya? Tampan sekali pacarnya!”
Celline hanya memaksakan untuk senyum, penuh kepahitan. Pria itu suami yang hanya mencintai kekasihnya saja. Kalau mengingat akan hal itu, wajah Celline langsung berubah jadi sedih.
Hampir satu jam wajah Celline dirias. Paras ayu yang biasanya natural tanpa polesan bedak dan lipstick itu langsung jadi berubah.
“Rajin-rajin perawatan dan dandan ya! Asli kamu sudah cantik. Wajah kamu harus sering dirias.” Kata perias itu.
Celline hanya tersenyum kaku.
“Coba kamu berdiri.” Perias itu membantu Celline berdiri dan merapikan gaunnya.
“Coba kamu putar sedikit. Sekarang kamu terlihat sangat cantik sekali.”
Celline menurut saja diminta untuk berputar.
“Bagaimana? Kamu sudah terlihat cantik, kan? Aku saja yang perempuan sangat iri sama kamu.”
“Ah, kakak bisa saja. Bajunya yang cantik, kak.” Kata Celline dengan nada rendah hati. Meskipun sebenarnya dia juga merasa sangat takjub melihat penampilannya yang sekarang.
Saat kedua orang itu asyik berbincang dengan Celline memutar tubuhnya di depan kaca, tak jauh dari sana ada sepasang mata yang mulai terpesona melihat penampilan Celline.
Mata James tak beralih dari pemandangan yang sedap di hadapannya itu. Celline yang biasanya tampil apa adanya, sekarang membuat hati pria itu jadi tersenyum sendiri. Sekarang malah membuat hati pria itu jadi kesetrum. Apalagi, sekarang melihat penampilan Celline dengan make-up membuatnya bertambah terpesona.
“Apa sudah selesai?” Tanya James sambil melangkah ke arah Celline. Tidak ingin larut dalam pesona Celline, karena sekarang waktunya sudah sangat mendesak.
Celline menjawab dengan anggukan kepalanya. “Ambil ini!” James mengulurkan paperbag dengan gambar ikon handphone.
“Ini apa, tuan?”
“Handphone. Sangat merepotkan kalau mau menghubungimu. Sambil menunggu tadi, aku mampir ke outlet handphone.”
Celine membuka paperbag berwarna coklat itu. Dilihatnya handphone yang sama persis seperti iklan yang ada di televisi.
“Terima kasih, tuan.”
James hanya mengangguk, seperti biasa tanpa ekspresi di wajahnya.
*****
Hotel Asia adalah hotel termewah yang ada di kota ini. James dan Celline kini sedang berjalan masuk ke dalam suatu acara yang sedang diselenggarakan di sana.
Berkat bakat professional Benny, James dan Celline dapat masuk ke dalam hotel itu tanpa kendala satu pun. Seperti tamu VIP, mereka dipersilahkan masuk dengan pintu terbuka. Bahkan, sebuah karpet merah sudah dipersiapkan untuk menyambut pasangan itu.
Setelah mereka masuk ke dalam dan membaur bersama dengan orang-orang penting di sana. Mata James memindai seluruh ruangan. Dia sedang mengincar Tuan George.
James harus bertemu dan menandatangani perjanjian baru dengan Tuan George. Pokoknya ini sangat penting untuk kelangsungan perusahaan Chandra.
Kalau James tidak bisa bekerjasama dengan Tuan George, maka perusahaan keluarganya itu mungkin akan berada diambang masalah.
Lama James melirik ke kanan dan ke kiri seperti sedang mencari sesuatu. Saat melihat Tuan George, pria itu langsung melangkah dan mengejar konsultan dari Melbourne itu.
“Kamu tunggu di sini saja. Aku segera kembali.” Pesan James pada Celline, saat dia hendak mengejar Tuan George.
Celline yang kini tampil dewasa dan elegan itu ditinggal seorang diri. Seperti orang tersesat, Celline bingung mau menunggu dimana.
“Hai…..!” Sapa seorang pria, yang membuat Celline terkejut karena di tempat asing ini ada yang menyapa dirinya.
Celline pun hanya menjawab dengan senyuman tipis, karena dia tidak mengenal pria yang menyapanya barusan.
“Lagi sendirian?” Tanya pria asing itu dengan dasi kupu-kupu di lehernya. Kalau dilihat sekilas, pria itu mirip dengan aktor yang terkenal.
“Tidak. Saya bersama dengan seseorang.” Kata Celline. Dia mau kalau pria asing itu tidak lagi mengajaknya berbicara, karena dia mulai merasa tidak nyaman.
“Oh, kamu sedang bersama dengan kekasihmu?”
Pria itu mengulas senyumnya. “Ayo, kita duduk di sana saja. Jangan berdiri saja. Kakimu pasti sudah lelah.” Ajak pria itu. Ada nada perhatian di setiap ucapannya itu.
“Tidak. Terima kasih.”
“Ayolah! Aku sangat senang bisa berkenalan dengan gadis secantik dirimu.” Puji pria itu dengan bibir tersenyum pada Celline.
Tampan dan juga sangat sopan. Hanya saja, Celline tidak mau dekat-dekat dengannya. Nanti James bisa marah pada dirinya lagi.
“Saya di sini saja. Tidak apa-apa.” Lagi-lagi Celline menolaknya.
Dengan gemas pria itu menarik lengan Celline. Setelah itu menarik kursi yang ada di sana.
“Duduklah.”
Karena memang sudah lelah, akhirnya Celline pun memilih untuk duduk.
“Siapa namamu? Kenalkan, nama saya David.” Pria itu mengulurkan tangannya pada Celline.
Tak enak saat orang mengajaknya berkenalan, Celline pun menyambut uluran tangan itu. “Celline.”
“Hanya Celline? Namamu pendek sekali.”
Celline hanya tersenyum tipis.
“Namamu cantik, secantik orangnya.”
“Terima kasih.”
“Ini kartu nama saya. Senang berkenalan dengan wanita secantik kamu.”
Celline mengambil dan membaca kartu nama yang diberikan David padanya. “Dokter David? Ternyata dia seorang dokter.” Kata Celline dalam hati.
“Tuan seorang dokter?” Tanya Celline kepo.
“Jangan panggil tuan. Panggil nama saja.” Ujar David tersenyum lepas.
“Celline…..!”
Saat dua orang itu sedang bercanda, tiba-tiba saja James datang dengan perasaan tak suka. Baru ditinggal sebentar saja, Celline sudah didekati cowok.
“Cih!” Desis James kesal.
“Ayo ke sini!” James menarik paksa Celline dari tempat duduknya.
David hanya bisa memperhatikan saja tanpa bisa berbuat apa-apa. “Oh, ternyata simpanan om-om.” Kata David dalam hati.
*****
Di tempat yang berbeda, James membawa gadis itu ke tempat yang sepi. Mereka terhalang dengan meja besar kue yang tinggi, sehingga tidak terlihat dari luar.
“Celline, aku bawa kamu ke sini bukan untuk bercengkrama dengan lawan jenis. Kamu sudah menikah sekarang. Jangan bertingkah seperti wanita murahan yang suka dekat dengan semua pria.”
Mendengar ucapan James barusan, Celline jadi sakit hati. Namun, dia hanya diam saja.
“Apa kurang yang aku berikan padamu selama ini? Kalau iya, aku akan menambahnya besok.” Kata James dengan nada merendahkan.
“Jangan keluarkan air mata palsumu itu lagi!”
James melirik mata Celline yang sudah mulai berkaca-kaca. Celline tidak jadi menangis, dia hanya menahan dadanya yang sesak. Apapun yang James katakan, meskipun itu sangat menyakitkan bagi Celline, akan dia pendam sendiri.
“Tidak bisakah kamu setia dengan satu pria saja, Celline?”
Kenyataannya kalau Celline mau menikah dengan pria itu hanya karena dirinya diberi uang yang banyak. Tidak ada pembenaran atas apa yang dia lakukan, karena dia memang menjual dirinya.
“Kenapa kamu diam saja? Apa setelah bisa melahirkan anakku nanti, kamu akan melakukan hal yang sama dengan pria lain di luar sana?”
Sebenarnya James hanya cemburu melihat Celline dekat dengan pria lain. Tapi, dia malah memprovokasi Celline dengan menghina dan mencelanya. Seolah-olah Celline wanita hina yang pantas diperlakukan seperti itu.
Celline menjadi kesal, karena James terus menyayat hatinya lewat lidahnya yang tajam itu. Celline akhirnya berani melawan James.
Bersambung……