⛔ jangan plagiat ❗❗
This is my story version.
Budayakan follow author sebelum membaca.
Oke readers. jadi di balik cover ungu bergambar cewek dengan skateboard satu ini, menceritakan tentang kisah seorang anak perempuan bungsu yang cinta mati banget sama benda yang disebutkan diatas.
dia benar-benar suka, bahkan jagonya. anak perempuan kesayangan ayah yang diajarkan main begituan dari sekolah dasar cuy.
gak tanggung-tanggung, kalo udah main kadang bikin ikut pusing satu keluarga, terutama Abang laki-lakinya yang gak suka hobi bermasalah itu.
mereka kakak-adik tukang ribut, terutama si adik yang selalu saja menjadi biang kerok.
tapi siapa sangka, perjalanan hidup bodoh mereka ternyata memiliki banyak kelucuan tersendiri bahkan plot twist yang tidak terduga.
salah satunya dimana si adik pernah nemenin temen ceweknya ketemuan sama seseorang cowok di kampus seberang sekolah saat masih jam pelajaran.
kerennya dia ini selalu hoki dan lolos dari hukuman.
_Let's read it all here✨✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daisyazkzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
•Pelaku•
"Jane, apa ini?"
Ditemukan sebuah foto dan sepatu yang lagi-lagi ditempel lekat di dalam loker Zyle. Anggota OSIS dan beberapa guru sampai turun tangan mengenai masalah yang cukup serius ini.
Entahlah apa sebenarnya maksud dan tujuan gila si pelaku yang diduga adalah Biya Namia. Guru-guru meminta maaf atas kecelakaan yang melibatkan keamanan siswa. Terutama kepada keluarga Zyle.
Dia menjadi target pelaku tanpa alasan yang jelas bahkan dicelakakan. Diduga pelaku menyimpan dendam.
setelah kabar tentang kasus tersebut tersebar kemana-mana, Biya menghilang tanpa jejak apapun, sama sekali tidak bisa dihubungi pihak sekolah seolah tidak pernah ada sebelumnya.
Sekarang Zyle sudah membaik setelah melewati masa-masa kritis dimana ia sempat tidak bernafas. Tubuhnya ditemukan oleh Camar saat sedang ingin menanyakan kabar Najinu.
"Aku jadi merasa nggak enak."
"berhenti merasa bersalah. Bukan karena Lo."
Najinu menatap foto itu. "Jadi ini Devano...ya.." ia mengingat nama yang disebut Zyle.
terdiam.
Jane sampai merinding. foto yang ditemukannya di dalam loker sepatu itu adalah foto editan kasar Biya yang ditempelkan potongan foto Devano di sebelahnya. Bukan satu atau dua, melainkan tujuh buah foto yang diedit sama.
seolah dengan foto itu, Biya sengaja menunjukkan obsesinya pada Devano. namun, Zyle menjadi penghalang.
Najinu menatap Jane. "Sebenarnya...di hari kedua aku sekolah, Biya memberiku surat." tukas Najinu, serius.
Jane menoleh, sedang pusing dengan beberapa kegiatan, kasus ini malah muncul. "surat apa?"
"Yah....semacam...surat cinta?" Najinu menunduk. "Aku menolaknya berkali-kali."
"Maniak cowok ganteng ya dia? Ckckck." gumam Jane jengkel. "Haaahh...kasian si Zyle."
kemarin saat menjenguk sang sahabat, Jane benar-benar bisa melihat bekas cekikan dilehernya. Seperti kalung rantai. Orang gila mana yang membunuh karena cowok? Jane masih tak habis pikir.
tapi Zyle moodnya seimbang. Dia kesal tapi tidak terlalu marah, karena dia bilang, Biya begitu karena merasa dikucilkan dan sering diganggu.
"mm...Jane...Devano itu orang seperti apa?" tanya Najinu.
"Kenapa jadi nanya tentang dia? Gue sih gak terlalu Deket. Tapi..." Jane berfikir sejenak. "pokoknya kalo Lo liat iklan-iklan sekolah kita, pasti ada dia. Terus, dia itu.."
Berkali-kali Najinu menatap foto tadi. Biya membuatnya muak, tapi yang ia lihat adalah Devano.
penampilannya rapi dan sering memakai jaket luaran. Dia berambut agak cokelat, warna matanya pun senada. Namun hidungnya yang mancung dan tubuhnya yang tinggi proposional, menandakan dia jelas bukan murid biasa. Apalagi wajahnya memiliki garis rahang agak tajam, tegas, disertai ekspresi datar yang terkesan dewasa.
Najinu langsung tahu kalau kemungkinan besar dia ini adalah murid populer. Makanya Biya sama sekali tidak bisa mendekati karena terhalang jarak.
"Gak kalah ganteng lah." ucap Jane. "menurut gue beda tipe tapi sama cakepnya elo."
"masa?"
"Yoi. Pokoknya dia itu lebih ke vibes anak kuliahan sibuk gitu..." Jane melirik Najinu. "kalo elo kan remaja banget gayanya."
"iya ya? Aku juga merasa begitu. Memangnya sedekat apa dia dengan Zyle?" tanya Najinu lagi.
Karena jam istirahat dan Jane kebetulan kosong, dia jadi bisa ngobrol lama. "hmm...Deket sih...Deket. walaupun mukanya diem begitu, tapi aslinya baik, agak jarang bercanda. Kalo si Zyle usil ke dia biasa diceramahin."
Najinu tertawa. "Zyle usilnya dari dulu ya?"
"Jangan nanya. asal Lo tau dia pernah mecahin kaca jendela kepsek. Pernah kabur pas dihukum, pernah blablabla..." Jane mengutarakan semua kenakalan Zyle yang diingatnya.
"Jane, apa Zyle pernah suka dengan seseorang?"
Jane menatap tajam. "kenapa? Lo mau ambil dia?" "kayaknya dia pernah naksir Ryan.."
"Ryan? Siapa lagi itu?..."
"teman kecilnya, meninggal karena kecelakaan beberapa bulan lalu. udah lama." kata Jane.
Najinu berpikir, kemungkinan Zyle masih tetap menyimpan rasa sehingga sulit melupakan, apalagi kembali menyukai orang lain.
"Lucu ya. Meskipun dia begitu, banyak banget yang suka berteman dengannya." Najinu tersenyum.
"Kata gue wajar sih. Soalnya Zyle itu asik, supel banget anaknya walaupun agak-agak bandel."
Najinu terus menyimak dalam diam. Tentang kepribadian Zyle dan sejak kapan sifatnya bisa seceria itu. Jane bilang, sejak dulu dari mereka bersekolah dasar, awal pertemuan dengan Ryan yang membuat Zyle lebih terbuka dan terwarnai.
Jane juga bercerita panjang tentang Devano, terutama prestasinya, yang membuat Najinu agak merasa rendah diri. Entahlah, dari ceritanya saja dia begitu sempurna.
Sedangkan Najinu?
***
"CUKUP! AYAH! AKU MUAK!!"
satu tamparan lagi mendarat di pelipis Najinu. Berdarah, botol itu melukainya.
"AYAH GILA! BRENGS*K!!"
"Ha? Apa katamu? kamu berani menyumpahi ayahmu ini?" Sang ayah semakin mendekat, tersenyum miring dengan tongkat golf di tangan.
Najinu takut, ingin berlindung, namun kemana ia harus berlari? Pada siapa? Pemuda itu berdiri, mundur, kemudian menendang pintu dengan kasar sebelum dirinya kembali mendapat pukulan menyakitkan.
Ia terus berlari, tak sadar langkahnya sampai di depan gerbang rumah mereka, tanpa ragu Najinu memaksa keluar walaupun semua orang perumahan akan tahu rahasianya.
'BRAK!'
kakinya lecet, terasa perih. Namun ia beringsut bangun dan lagi-lagi terjatuh akibat suara klakson mobil yang mengejutkannya.
Mobil itu berhenti, sang pengemudi keluar. Seorang bapak yang kelihatan awet muda dengan setelan santai. "Kamu kenapa?" tanya bapak itu, terheran melihat luka di sekujur tubuh Najinu.
Dari dalam mobil, sang putri si bapak juga ikut keluar, tanpa sandal memakai baju rumah sakit. "Najinu, Lo kenapa?"
Itu Zyle, baru pulang dari rumah sakit setelah dirawat sepekan penuh. Malah lagi-lagi melihat sisi Najinu yang seperti ini.
"Ayah, itu temen Zizi. Namanya Najinu." kata Zyle pada ayahnya.
Tak lama, gerbang rumah Najinu dibuka paksa, keluar seorang pria berwajah merah padam dengan tongkat golf yang langsung berusaha menyeret lengan Najinu.
"Jangan!! Jangan ayah!! Tolong!!" Najinu berteriak, meronta.
Zyle terpaku melihat pemandangan yang menurutnya mengejutkan ini. Namun ayahnya segera memegang lengan Najinu, "pak, anak anda kenapa?"
"bukan urusan bapak. Ini anak saya." kata orang itu kesal.
Ayah Zyle mengencangkan genggamannya, "Ini namanya kekerasan pak." ucap beliau tegas. "Meskipun saya tidak kenal bapak, tapi jelas sekali bapak menyiksanya. ini sudah keterlaluan."
Sementara bunda langsung keluar mobil dan membawa Zyle pergi dari sana tanpa sempat berkata apapun pada Najinu.
Saat malam semakin larut, barulah ayah Zyle pulang ke rumah. beliau menceritakan kalau ternyata ayah sang anak adalah pemegang data-data rahasia kantor perusahaan mainan robot-robot mini yang benci anaknya menjadi idola dan memaksa si anak (Najinu) untuk menjadi bintang iklan perusahaan agar mendapat uang lebih banyak untuk nanti meniru robot-robot perusahaan versi murah lewat data rahasia tersebut.
saat keributan terjadi, Najinu mencuri semua rekaman kamera pengawas dari laptop ayahnya dan membawa bukti kekerasan itu ke pihak berwajib. para petugas polisi pun datang melerai, sang ayah dibawa ke kantor untuk diinterogasi panjang. Sementara Najinu diberi penenang oleh dokter. Dan insiden itu berakhir dengan kabar bahwa sang ayah mendapat hukuman penjara serta dipecat selamanya.
Selama liburan, Zyle tidak main dengan Najinu. Khawatir dia masih terpukul.
Ada banyak teori yang muncul di kepalanya tentang pemuda itu. Termasuk arti senyum Najinu.
Kini dia tinggal sendirian, mengelola harta ayahnya. Dan Najinu, jauh dari keluarga besar yang lain.
***