NovelToon NovelToon
Pemain 999

Pemain 999

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / TKP / Romansa / Trauma masa lalu / Permainan Kematian
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Halo Haiyo

Marina Yuana Tia, dia menyelesaikan permainan mematikan, dan keluar sendiri dalam waktu sepuluh tahun, tetapi di dunia nyata hanya berlangsung dua minggu saja.

Marina sangat dendam dan dia harus menguak bagaimana dan siapa yang membuat permainan mematikan itu, dia harus memegang teguh janji dia dengan teman-temannya dulu yang sudah mati, tapi tak diingat keluarga mereka.

Apakah Marina bisa? Atau...

ayo baca guys

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Halo Haiyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29. Secantik apa?

Bab 29

"Marina... Tunggu aku... "

"Marina.. "

"Kamu marah? "

"Tidak."

"Tapi kok jalannya cepet? "

"Gak boleh? "

Hana diam, dia tak lagi banyak omong. Langsung berjalan disamping sahabatnya.

"Bagaimana soal tantangan Vivi tadi? Jangan kamu masuki ke hati ya, dia emang suka gitu. "

"Biasanya aku nolak aja sih, " Lanjut Hana. Tapi tidak bagi Marina, dia merencanakan sesuatu dalam otaknya.

"Aku ikut. "

"Apa? "

"Kamu ikut? Gak salah denger nih aku! Beneran kamu ikut!! Beneran!!! "

"Hm, " Jawab gadis itu apa adanya, dia langsung jingkrak lompat-lompat sendiri, bahagia senangnya, sampai memeluk tubuh Marina erat.

"Yeay! Akhirnya aku ada temannya!! Makasih banget lho teman~"

"Hm, "

"Tapi... "

"Apalagi? "

"Begini, bagaimana kamu dandannya? Kamu punya make-up di rumah? Punya baju bagus? Kamu tau tidak kalau Vivi itu orang kaya? Selain itu dia pasti punya banyakngaun cantik, terus make-up nya lengkap banget. " Kata Hana bersemangat.

Dia menunggu jawaban Marina, tapi tatapan gadis itu terus melihat ke wajahnya, Hana jadi bingung sendiri. "Ke-kenapa? "

"Kenapa lihat wajahku? "

"Jangan bilang kamu? "

"Aku pinjam punyamu, bisa kan? Kita sahabat kan? "

'Wah kamu licik sekali Marina... ' pikir Hana, dia mengelus dada, disaat-saat begini saja perempuan itu minta bantuan padanya.

"Oke lah, ayo langsung ke rumah ku aja. Kita telepon supir ku, tunggu disini ya... "

.

.

.

Mobil avanza milik Hana berhenti didepan rumah mewahnya, dia sendiri juga anak kaya tapi tidak terlalu sombong hingga dia bisa pamer kekayaannya.

Marina membuka pintu mobil sendirian, sedangkan sang supir membukakan pintu untuk majikannya.

"Ayo kamu baru mengunjungi rumah ku kan? "

"Masuk aja, "

"Kamu duluan, aku mau ngomong dulu bentar sama supir ku. "

Marina mengangguk, dia berjalan dahuluan masuk ke dalam gerbang yang tak menghalangi jalan. Dia melihat area perumahan yang begitu fantastis dimatanya, bisa dia lihat begitu banyak tanaman yang sedap dipandang.

"Oke, ayo masuk dulu ke dalam, habis ini jam 2 kan? Kita harus cepat, gak boleh telat. "

Di kamar Hana, gadis itu menyuruh Marina duduk di depan cermin. Marina melihat banyak sekali make-up di depan cermin Hana, tapi tak sekalipun Marina tau kalau Hana pernah memakai riasan apapun saat berangkat sekolah, berbeda dengan anak orang kaya lain.

"Kenapa lihat aku terus? "

"Hm, ini punya mu sendiri? "

"Iya, tapi gak pernah aku pakai. "

"Eh tapi jangan berpikir aneh-aneh ya, ini masih baru. Exp nya masih lama juga, jadi jangan takut wajah rusak. "

Marina tak menjawab, wajahnya diberi air untuk membersihkan wajah lalu poni yang menghalangi mata sedikit membuat Hana risih sendiri.

"Rambut kamu semakin panjang ya, habis kamu pulang kampung, "

Marina memegang rambutnya sendiri, memang ia sadar miliknya terlalu panjang, hingga yang kemarin berlubang karena terkena tembakan juga sudah tumbuh lagi.

'Apa ini efek dari keabadian ku? '

Pikirnya mulai menulis hal penting itu ke dalam memori.

Hana mengeluarkan jepit rambut untuk sahabatnya, dia kuncir rambut panjang Marina sampai hanya memperlihatkan wajah pucat gadis itu.

"Sebenarnya kamu cantik lho, cuma ketutup rambut aja. "

"Oh-"

"Cuma oh aja? "

"Makasih." Jawab Marina, untung dia peka. Hana tersenyum senang, dia mengeluarkan foundation dan dia ratakan dengan beauty blender.

"Kamu pintar juga, tak masuk ke ekstra make-up? "

"A-aku... "

"Aku sedikit tak suka. "

"Oh~" Marina tak terlalu penasaran, dia membiarkan wajahnya dijadikan bahan riasannya.

Dia ingin tau seberapa jauh profesionalnya Hana merias wajahnya yang hanya bermodalkan kulit putih.

.

.

.

"Oke buka bibirmu, "

"Aa~"

"Oke tutup bibirmu, kecap sedikit, dan biarkan jangan dirusak. "

Marina membuka mata, dia terkejut dengan hasil akhir yang Hana buatkan untuknya. Dia sekali lagi melihat dari jarak lebih dekat, cermin didepannya tak berbohong.

Bahkan dia yang gadis dingin, jadi terkagum-kagum.

"Tunggu... Ini benar aku? "

"Iya, memang, "

"Bagaimana? " Tanya Hana meminta pendapat. Marina melihat seluruh wajahnya, pori-pori kecil jadi tertutup, semuanta cocok di wajahnya, entah mengapa pada saat itu seolah Marina melupakan semuanya.

"Ini sangat cantik, terimakasih Hana. "

Hana langsung terdiam, baru dia dengar perkataan tulus itu setelah lama dia tak dengar dari bibir Marina, mungkin sejak gadis itu izin pulang kampung setelahnya sifat Marina seolah berubah 360° derajat, sangat-sangat berbeda.

Tapi mendengar Marina mengucapkan kata terimakasih yang sangat tulus padanya, Hana ikut tersenyum juga.

"Sama-sama... Ayo kita ganti baju mu, "

"Apa ini tak kan luntur? "

"Tenang saja, tenang saja, "

"Gak bakal kok! " Kata Hana memberikan jempol, dia yang mencari jodoh tapi lebih memilih mempercantik Hana yang ikut tantangan dengan Vivi.

.

.

.

"Halo Vi, "

"Oh halo, " Vivi menyambut teman-temannya yang baru datang, kurang dua orang lagi. Perempuan itu tak melihat mereka dimanapun, sudah mereka tunggu disini bahkan sudah hampir jam dua.

Temannya memuji kecantikan Vivi. "Kamu cantik banget hari ini Vi, gaun yang kamu pakai cocok banget, gak kayak kita... "

"Iya bener, padahal kan cuma karaoke, ke restoran, pakai biasa aja kan bisa? "

"Hehe... " Tawa Vivi, dia menunggu kedatangan Marina dan Hana masih belum kunjung datang. Teman-temannya sampai mengetuk jalanan dengan kaki mereka, "disini kita sebenarnya ngapain sih? "

"Tunggu mereka berdua lah. "

"Ck, lama. "

"Duluan aja ngapa, ya kan Vi? "

"Kamu aja yang menang, daripada kamu bayarin Marina satu juta, "

"Kamu terima? Tinggal aja... "

Marina menggeleng, dia tak mau mengingkari janji. 'Kurang dua menit lagi, kalian harus datang kalau enggak aku pergi, '

Saat mereka capek-capek menunggu, mereka sudah memantapkan diri akan pergi dari sana. Tapi mereka dicegah oleh mobil hitam yang melaju sangat kencang, bahkan melebihi kecepatan sonic.

"Terimakasih pak, "

"Sama-sama neng, "

Mobil Hana pergi begitu saja, semua orang melongo tak menyangka. Hana melihat handphonenya, dia tersenyum kecil. "Kita sudah datang, pas jam 2 gak telat kan? "

Marina mengelus keringat, apa yang baru saja dia lihat tadi? Dia mau muntah, untung saja riasan dan gaun cantiknya bertahan dengan semua itu.

"Waw, tadi itu mobilmu Hana, cepet banget~"

"Iya dong, tadi juga aku udah bilang sama supir ku, kalau dia cepat akan ku naikkan gajinya, ku bilangin ke papa aku, gitu, "

"Waw~" Mereka kagum sendiri.

Vivi membola mata lebar melihat seseorang dibalik Hana, dia menaruh anak rambut ke gagang telinga, matanya ikut bertatapan ke Vivi.

'Marina... Apa itu Marina? '

Tatapan tajamnya masih belum hilang, tapi gadis itu memakai cat eye contact lenses. Sangat cantik, hingga Vivi sendiri tak ingat lagi kalau dia juga berusaha berdandan cantik.

"Waw Marina! Itu kau! "

"Sumpah aku tak melihat ada perbedaan sama sekali dengan dirimu yang biasanya, "

"Waw~"

Vivi langsung menatap pentolannya tajam.

"Kalian memihak siapa hah? "

"Ma-maaf Vi, tapi jujur saja Marina lebih menarik. "

Bersambung...

1
Fanchom
silakan komen atau report kalau ada salah kata penulisan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!