Tepat di hari pernikahan, Ayana baru mengetahui jika calon suaminya ternyata telah memiliki istri lain.
Dibantu oleh seorang pemuda asing, Ayana pun memutuskan untuk kabur dari pesta.
Namun, kaburnya Ayana bersama seorang pria membuat sang ayah salah paham dan akhirnya menikahkan Ayana dengan pria asing yang membantunya kabur.
Siapakah pria itu?
Sungguh Ayana sangat syok saat di hari pertama dia mengajar sebagai guru olahraga, pria yang berstatus menjadi suami berada di antara barisan murid didiknya.
Dan masih ada satu rahasia yang belum Ayana tahu dari sang suami. Rahasia apakah itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tria Sulistia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15 Kencan
Brrmm… brrrmm…
Suara deru motor mengagetkan Ayana yang sedang menunggu bis di halte sekolah. Reflek dia menoleh ke arah pengendara sepeda motor sport berwarna biru yang behenti di dekatnya.
Ayana menyipitkan mata memandang pengendara yang tampaknya masih menjadi pelajar, terbukti dari celana abu-abu yang dipakainya.
Lalu pengendara motor itu menaikan kaca helm dan menerbitkan senyum semringah.
"Bu Aya, yuk pulang!"
"Elang," pekik Ayana kaget. Kemudian dia tengok kanan kiri untuk memastikan tak ada orang yang melihat mereka berdua. "Motor siapa itu, Lang?"
"Ya motor aku lah," jawab Elang santai.
"Tapi bagaimana bisa? Kamu dapat dari mana itu motor? Kamu nggak nyolong kan?"
"Bu, sudah. Tanyanya nanti kalau di rumah. Mau hujan nih," Elang mendongak sekilas melihat awan kelabu yang menggantung di atas langit.
Ayana menghembuskan nafas berat sebelum akhirnya dia naik di belakang Elang.
"Pegangan, Bu Aya!"
"Nggak mau!"
"Ya sudah. Jangan salahkan aku ya?"
Elang melajukan motor dengan kencang membuat Ayana yang duduk di belakang ketakutan. Meskipun begitu, Ayana enggan untuk memeluk perut Elang.
Tiba-tiba motor berhenti mendadak, menjadikan tubuh Ayana terhuyung ke depan menabrak punggung Elang.
"Lang, kamu sengaja ya?" geram Ayana melotot pada Elang yang terkekeh.
"Kan aku sudah bilang. Pegangan!"
Ayana mendengus sekaligus memberengutkan bibir tapi dia tetap saja menuruti perintah Elang. Lengan Ayana melingkar di perut Elang yang tersenyum senang.
"Nah, gitu dong."
Detik berikutnya, Elang kembali melajukan motor sampai mereka tiba di rumah.
Mata Elang melihat kontak yang di genggam Ayana ketika turun dari motor. Lantas dia pun bertanya, "Apa itu, Ay?"
"Nggak tahu. Dari ibu," jawab Ayana masih dengan bibir yang manyun. "Oh ya, Lang. Kira-kira Farel bakal bisa jaga rahasia kita nggak ya?"
Ya, setelah Farel mendengar pembicaraan Ayana dan Elang, mereka pun akhirnya jujur kalau mereka telah menikah. Mulanya Farel syok dan tidak percaya mengetahui temannya sendiri menikah dengan seorang guru.
Tapi meskipun begitu, Farel telah berjanji untuk merahasiakan pernikahan Ayana dan Elang serta tidak akan memberitahu siapapun. Sekalipun itu Abian yang notabennya adalah teman mereka juga.
"Aku percaya Farel nggak akan bilang ke siapa-siapa kok," kata Elang yang sekarang sedang memutar kunci pintu rumah.
"Ini semua gara-gara kamu sih."
Elang membulatkan mata melirik Ayana. "Kok aku yang disalahkan?"
"Ya, kamu kan cowok dan aku cewek. Jadi kalau ada apa-apa, kamu yang salah dan aku yang benar."
Elang menghela nafas sambil menarik salah satu ujung bibirnya. "Terserah kamu saja deh."
Elang dan Ayana sama-sama masuk ke dalam rumah. Ayana duduk di sofa berniat untuk membuka kotak pemberian sang ibu.
Sedangkan Elang lebih memilih masuk ke dalam kamar.
Ayana membuka lapisan kertas yang membungkus kotak tersebut. Lalu dibukanya kotak itu yang berisi sesuatu benda berbahan kain.
Karena penasaran, Ayana mengambil benda itu lalu merentangkannya tinggi-tinggi. Tepat saat itu juga, Elang keluar dari kamar dan langsung tercengang melihat benda yang sedang digenggam Ayana.
Sebuah lingerie merah dengan model super seksi dan bahan seperti setipis saringan santan menggantung di depan Ayana yang kebetulan menghadap ke arah Elang.
"Wow, Aya. Baru juga mau bilang, kalau aku ingin penilaian senam lantai," ucap Elang tersenyum. "Yuk kita senam di ranjang. Aku push up di atas badan kamu ya?"
Sontak Ayana mendelikan mata, lingerie merah di tangannya dia hempas secara kasar ke lantai. Lalu berkacak pinggang dengan menampilkan wajah garang.
"Elang, jangan macam-macam ya! Aku mana mau berhubungan badan sama bocah bau kencur seperti kamu," Ayana mendengus lalu melangkah melewati Elang.
Namun, secepat mungkin Elang menyambar tangan Ayana. Membuat ayunan kaki wanita itu terhenti.
"Tapi aku cinta sama kamu, Ay. Bisakah kamu juga membuka hati untuk aku?"
Ayana memutar badan untuk melayangkan tatapan tajam nan menghunus ke bola mata Elang. Dia menghempaskan tangan agar terbebas dari cengkraman Elang lalu mendorong dada pemuda itu kuat-kuat.
"Cinta?" Ayana tertawa sumbang. "Bocah kecil kaya kamu mending belajar yang rajin deh. Jangan dulu mikir cinta-cintaan! Jadi murid saja kamu kurang bertanggung jawab, apalagi harus berperan jadi suami aku."
Ayana berbalik dan meneruskan langkah kaki menuju kamar. Sebelum itu, dia tutup pintu kamar rapat-rapat agar Elang tidak membuntutinya.
Sementara Elang berdiri sendirian di ruang tamu sambil menghela nafas panjang. Dia berusaha untuk tetap acuh.
Namun, ucapan Ayana memang ada benarnya. Selama dia sekolah, dia tidak pernah serius, lebih terkesan bermain-main, dan bahkan sering kali bolos sekolah bersama Abian.
Sore beranjak menuju malam. Ayana dan Elang masih saling mendiamkan satu sama lain.
Meskipun sedang bersitegang, tapi Ayana tetap memasak nasi goreng untuk Elang. Sebab Ayana merasa kasihan jika Elang makan dengan mie instan terus.
Hening. Itulah satu kata yang menggambarkan suasana makan malam kali ini. Hanya suara dentingan sendok yang beradu dengan piring.
Setelah menghabiskan makanannya, Elang bangkit berdiri dan mengambil tas ransel yang tergelak di kaki meja.
"Kamu mau kemana?" tanya Ayana yang melihat Elang memakai hoodie hitam.
"Aku mau bertemu dengan Diva."
"Diva?" Ayana menyipitkan mata curiga. "Jangan bilang kamu mau one night stand sama dia!"
Elang hanya mengangkat bahu. "Bukannya kamu nggak cinta sama aku? Terus kenapa kalau aku mau one night stand sama Diva? Cemburu?"
"Apa?"
Ayana tertawa. Meski tawa Ayana terdengar jelas seperti dipaksakan. Dia memalingkan muka lalu menyeringai.
"Mana mungkin aku cemburu. Aku cuma tanya saja, Elang. Ya sudah sana. Semoga malammu menyenangkan," ucap Ayana dengan penekanan pada kata 'menyenangkan'.
"Ya, sudah. Aku pamit mau one night stand dulu."
Elang berjalan melewati pintu depan tanpa menoleh ke belakang sedikitpun. Padahal andai saja Elang menoleh, dia akan melihat wajah murka Ayana dengan mata melotot dan nafas yang menderu cepat.
Elang menaiki motornya dan melajukan menuju jalanan.
Sedangkan Ayana yang meradang tentu saja tak mau tinggal diam. Dia bergegas mengambil jaket sambil memesan taksi online.
Untung saja taksi online yang dipesan Ayana datang cepat, sehingga dia dapat membuntuti motor Elang yang memang melaju dengan kecepatan lambat.
"Terus ikuti motor itu ya, Pak?"
"Baik, Mbak!"
Pandangan Ayana tertuju hanya pada motor Elang yang berada di depan sana seraya menahan perasaan yang semakin tidak karuan.
Ayana mendengus kesal saat motor Elang berhenti di sebuah kelab malam. Dari dalam taksi, Ayana melihat Elang masuk ke dalam kelab yang ramai oleh orang-orang dewasa dan tentu saja wanita malam berpakaian seksi.
"Bagaimana, Mbak? Mau turun di sini?" tanya si sopir taksi.
"Ehmm" Ayana menggaruk tengkuk, bimbang harus ikut masuk ke dalam kelab atau tidak. Lalu dia akhirnya memutuskan untuk menunggu Elang keluar.
"Kita tunggu sebentar nggak apa-apa kan, Pak?"
"Iya, nggak apa-apa, Mbak."
Rupanya tak lama setelah itu, Elang keluar dari kelab dengan menggandeng tangan Diva. Ayana mengepalkan tangan kuat saat melihat Elang yang melepas hoodie nya untuk diberikan pada Diva yang memakai gaun kurang bahan.
"Jadi dia serius kencan sama Diva."