Juminten dan Bambang dari namanya sudah sangat khas dengan orang desa.
Kisah percintaan orang desa tidak ada bedanya dengan orang kota dari kalangan atas hingga bawah.
Juminten, gadis yang ceria dan supel menaruh hati kepada Bambang kakak kelasnya di sekolah.
Gayung bersambut, Juminten dan Bambang dijodohkan oleh kedua orangtua mereka.
Pernikahan yang Juminten impikan seperti di negeri dongeng karena dapat bersanding dengan pria yang dia cintai hancur berkeping-keping. Disaat Juminten berbadan dua, Bambang lebih memilih menemui cinta pertamanya dibandingkan menemaninya.
Apakah Juminten akan mempertahankan rumah tangganya atau pergi jauh meninggalkan Bambang dan segala lukanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elsa Mulachela, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15
Sampailah Eka dan Juminten di rumah Juminten.
"Assalamualaikum, Emak! Bapak!" Teriak Juminten dengan besarnya frekuensi suara sebesar 75 dB. Padahal normalnya telinga manusia mendengarkan suara teriakan 40-60 dB. Bayangin aja gimana menggelegarnya 😱
"Di dalem mbak, lagi bikinin Mbak Juminten adek katanya! Haha.." Jawab Rizky, karyawan Udin yang sedang main monopoli di depan rumah.
"Ngomong aneh-aneh! anak Emak cukup Juminten, Justin sama Putra. Udah nggak nambah lagi!" sungut Juminten sambil ikut duduk di depan menemani mereka.
"Loh tak kira Mbak dah lupa sama Justin. Kan dah punya guling hidup!" goda Dimas, karyawan Udin yang sedang tanding monopoli dengan Rizky.
"Nih ya Mas-Mas, Juminten kasih tempe! Justin tuh ibaratnya mata kiri Juminten. Jumi nggak bakal bisa melek sempurna, kalau nggak bersatu tanpa mata kanan."
"Gini amat ya hawa nya manten baru, bikin merinding! Bahas nya udah ke mata!"
"Lebih merinding lagi kalo bahasnya sampe ke dada. Bikin nyesek malahan! "
"Neng, kalo berani jatuh cinta harus berani patah hati!"
"Bang, itu bibirnya ada apa?"tanya Juminten pada Rizky.
"Nggak ada apa-apa, Neng?"
"Masa? Kok kalo ngomong pedes. Ada cabenya kali. Udah ah Jumi buru-buru, takutnya Bambang masih kangen ma Jumi."
"Ciye.." Goda mereka.
"Lah itu di belakang, Mas Bambang nya di gandeng dong! Kayak gini!" Goda Dimas sambil mempraktekkan tangan yang bergandengan.
"Eh, iya lupa. Kenalin bapak-bapak ini kakak ipar juminten namanya Eka."
"Lah suami barunya dimana?"
"Lagi ada urusan! Biasa, Orang sibuk! Cari duit banyak. Biar bisa buat pamer! Hidup sekarang tuh jamannya semua perlu bukti! Nggak ada bukti berarti Hoax! "
"Bener banget omongan Neng Jumi. Buat status WhatsApp ahh.. "
"Tapi, tetap hati-hati Neng! Diawasin suaminya, apalagi masih muda!"
"Lalalala.. Juminten nggak mau dengerin. Kabur ah, minta di siram es kali ya obrolannya biar adem.. "Juminten berlari masuk ke dalam rumah sambil menutup kedua telinganya.
"Hahaha.." Mereka tertawa melihat Juminten kabur dari obrolan.
Juminten masuk ke dalam rumah, membiarkan kakak iparnya di serbu 2 laki-laki rese di depan rumah.
Juminten melangkah ke dalam kamarnya, menghirup baunya, memeluk bantal gulingnya.
Cepet banget ya kamar, Jumi dah harus ninggalin hawa ini. Makasih udah nemenin Jumi selama 16 tahun. Jumi pasti kangen rasa ini. Jumi udah jadi bini orang, Jumi udah nggak bakal bisa sebebas dulu, nggak bisa ngebo disini lagi !
Puas bernostalgia dengan kamarnya. Juminten mulai memasukkan buku, alat tulis juga seragam sekolahnya. Entah mengapa air mata ikut meneteskan di dalam tasnya, menangisi takdir dirinya yang harus menikah muda.
Bismillah, Jumi yakin bisa bahagia. Pasti Emak sama Bapak juga nggak gegabah mutusin nikahin Jumi.
Rohaya memasuki kamar Jumi, terkaget melihat anaknya menangis, "Jum, kenapa lu nangis?"
"Emak!" teriak Juminten sambil memeluk Emaknya.
"Eh, kenapa nak? Lu di apain sama Bambang?"
Juminten menggelengkan kepalanya.
"Terus kenapa?" Rohaya mengelus punggung dan rambut anaknya.
"Juminten takut, Mak! "
"Takut kenapa?"
"TAKUT GAGAL JADI ISTRI NYA BAMBANG, MAK!" Teriak histeris Juminten. Menangis tersedu dipelukan Emaknya.
Rohaya berusaha menahan air matanya agar Juminten tidak makin kalut dengan keputusannya, berharap keputusannya dengan suami benar untuk anak semata wayangnya. "Nak, percaya Emak sama Bapak ya. InsyaAllah, Juminten kuat jalani ini. Juminten bisa tanpa Bapak sama Emak. Anak emak kuat, Anak Emak ceria. Emak doain rumah tangga Jumi sakinah mawaddah warahmah sama Bambang. Kalau Jumi ngerasa nggak bahagia sama Bambang, pintu rumah kebuka lebar buat Juminten. Emak siap peluk juminten kapanpun. "
Gak juminten doang yang mewek, author juga mewek weh 😭
"Mak, Jum. Udah malem nak buruan balik. Bambang pasti dah nungguin di rumah." ucap Udin.
Juminten menganggukkan kepalanya. Mengambil tisu untuk menghilangkan air matanya.
"Udah selesai,Jum?" tanya Eka. Melihat mata Juminten dan Emaknya sembab, membuatnya tak berani menanyakan alasan penyebabnya.
"Udah Abang, maaf lama!"
"Mak, pak kita pamit dulu ya! " Eka menyalimi kedua orang tua Juminten.
"Titip Juminten ya, Nak. Tolong bantu awasin ya!" Ucap Udin sambil menepuk punggung Eka.
"Iya, siap pak. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
🍓🍓🍓🍓
Alarm Juminten berbunyi tepat pukul 4 pagi. Juminten segera bangun tidur. Dilihatnya Bambang tidur dengan membelakanginya. Guling yang membatasi mereka berdua masih di tempatnya.
"Bambang semalem pulang jam berapa? Kok Jumi nggak tahu?" monolog Juminten.
Di lihatnya sepatu dan jaket ojek berserakan di lantai bawah. Jumi menarik nafas panjangnya. Bismillah, Yok Bisa Yok!
Juminten mengambil jaket juga sepatu suaminya, lalu meletakkannya di tempat seharusnya.
Juminten mandi lalu sholat subuh, dibukanya seluruh jendela rumah juga pintu rumah.
"Hari pertama tanpa Emak ma Bapak. Hari pertama sekolah dengan status istri Bambang. Hari ke 8 tanpa Justin juga Putra. Oke, semangat!"
Juminten memanaskan lauk yang dimasak kemarin malam, memindahkan nasi sisa semalam dan memasak nasi untuk makan siang, membuat kopi juga teh hangat karena Juminten belum tahu selera Bambang juga Eka.
Juminten merendam baju yang di ambil dari TPS kemarin, di rendam di mesin cuci tanpa sabun.
"Oke sudah jam 5,waktunya bangunin Bang Eka sama Bambang!"
Tok!
Tok!
.
Tok!
"Abang! bangun, Bang! Udah maghrib, Bang! Bangun, Bang! Bang! Cepetan, Bang!"
Cklek!
Terlihat muka kaget Eka.
"Kita tidur semalaman?"
"Iya, Bang. Bangun gih udah jam 5 tuh. Habis ini maghrib!"
Eka pun masuk ke dalam kamar, mandi dan bersiap meminta maaf pada rekannya karena belum masuk kerja.
Tapi, Eka melihat ponselnya jam 05.10.
Jam 05.10? Bukannya maghrib jam 17.10? Asem! Gue dikibulin Jumi ! Haha..
.
Sedangkan Jumi beralih membangunkan suaminya.
" Mbang, bangun! Mbang, sekolah! Mbang di cariin bu kantin tuh, penghasilannya berkurang 1 mangkok gegara gak ada kamu! Bambang!"
"Apa sih? Berisik ah!"
"SEKOLAH BURUAN! KEBURU DITUTUP GERBANGNYA! LU MAU DI SURUH NYANYI INDONESIA RAYA SELAMA SEJAM SAMBIL BERDIRI TENGAH LAPANGAN SEPAK BOLA!" Teriak Juminten di telinga Bambang.
" Iya, aku mandi. Jangan bikin budeg!"
"Seragam udah aku siapin diatas meja! Bukunya disiapin juga nggak?"
Bambang menganggukkan kepalanya.
Juminten pun mendorong Bambang ke kamar mandi yang di dalam kamar.
"Mandi, gih! Bau rokok bajumu!"
"Iya bawel, ah!"
"Ayo, Aku nggak mau telat sekolah!"
"Iya, Jumi!"
Juminten pun menata sprei juga bantal guling. Lalu ke kamar Eka yang sudah terbuka,
"Ab-ang! Au sakit!" Eka langsung mencubit hidung Juminten.
"Au Au. Jumi salah apa bang?"
"Salah nya abang di kibulin!"
"Haha. . Abang sih udah tau subuh nggak mau bangun."
"Eh! Eh! mau ngapain masuk kamar abang?"
"Mau bersihin kamar abang! Awas minggir! Juminten nanti telat nih, Abang ke meja makan sana sama Bambang!"
"Awas jangan aneh-aneh area la-"
"Area JOMBLO Haha. Buset kamar isi foto ma mantan semua!" gerutu Juminten sambil membersihkan kamar.
"Berisik! Udah buruan bersihin katanya takut telat!"
Eka memperhatikan semua tingkah laku juminten. Eka menahan senyumnya melihat Juminten menggerutu sambil membersihkan.
"Oke, beres!"
"Makasih ya, Mbok!"
"Sama-sama, Pangeran kodok!"
"Kurang ajar!"
"Udah ayok sarapan, Jumi habis ini berangkat ma bambang. Disuruh ke meja makan malah berdiri disini!"
Setelah membersihkan kamar Eka, Juminten masuk ke kamarnya untuk melihat suaminya. Terlihat Bambang sudah rapi memakai seragam sekolahnya.
Juminten pun mengambil pomade di atas bufet. Mengoleskan pomade pada rambut Bambang dengan senyum ceria.
"Jangan dibentuk aneh-aneh!" Bambang memperingatkan dengan mode judesnya.
"Yaudah, Jumi bagian oles doang. Sisir sendiri gih!"
"Hmm.."
"Udahan? Ayo sarapan!"
"Emang masak? Kapan masak?"
"Semalem masaknya, yuk udah ditunggu Bang eka!"
Bambang jgn galau gitu,noh Rena sdh siap jd masa depanmu. tinggal kedipkan matamu buat othor. biar bisa dpt daun muda😁✌️🏃🏃🏃💨💨💨💨