NovelToon NovelToon
KUTUKAN MAUT PADMINI

KUTUKAN MAUT PADMINI

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Misteri / Horor / Tumbal / Iblis / Balas Dendam
Popularitas:105.4k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

Padmini, mahasiswi kedokteran – dipaksa menikah oleh sang Bibi, di hadapan raga tak bernyawa kedua orang tuanya, dengan dalih amanah terakhir sebelum ayah dan ibunya meninggal dunia.

Banyak kejanggalan yang hinggap dihati Padmini, tapi demi menghargai orang tuanya, ia setuju menikah dengan pria berprofesi sebagai Mantri di puskesmas. Dia pun terpaksa melepaskan cintanya pergi begitu saja.

Apa yang sebenarnya terjadi?
Benarkah orang tua Padmini memberikan amanah demikian?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

14 : Penemuan

Padmini menyaksikan reka ulang tayangan hunian lambang kedamaian, saksi bisu keharmonisan sebuah keluarga, tengah porak-poranda ditata ulang sesuai keinginan para manusia durjana. Yang paling menyakitkan, belasan pigura gambar kedua orang tua beserta dirinya dibakar, piagam hasil kepintaran otak, perjuangan diiringi doa dan tangisan dihancurkan.

Dendam itu bukan cuma tumbuh dan bertunas, tapi mengakar kuat dalam sanubari.

Kemudian satu video singkat kembali ditampilkan, sampai Padmini kehilangan kata-kata cuma bisa menangisi. “Ka_kang ….”

Dia bersyukur kekasih hatinya masih hidup, tapi sungguh tidak tega melihat sosok yang sebelumnya gagah, tergolek di atas pelepah berdaun pisang segar. Tangis Padmini kian menyesakkan dada, prianya – rela berkorban nyawa sampai mengalami luka bakar yang jelas akan meninggalkan bekas cacat seumur hidupnya.

Keadaan Rahardi sungguh memprihatinkan. Luka bakar itu membutuhkan penanganan khusus tim medis bukan mengandalkan obat-obatan tradisional dan perawatan terbatas.

“Rukmi!” Dia bangkit beriringan dengan dendam dihatinya membara. Dirinya mengajukan permintaan dari syarat yang telah dipenuhinya – mempersembahkan tumbal.

Hantu wanita penjaga Lembah menyeringai tipis, dapat dirasakan olehnya – letupan emosi Padmini. Tekad dan keinginan tak dapat ditawar-tawar dan diganggu gugat.

Ada harga yang harus dibayar, dan si gadis kehilangan segalanya itu tak peduli. Memilih jalan sesat sebagai perantara membalas mereka para manusia bejat.

“Bukan aku yang memulai, tapi kalianlah yang mematik percikan dendam itu! Bersiaplah menanggung resiko atas skenario kotor ciptaan kalian sendiri!” Cincin emas polos di jari manisnya diputar-putar, seringainya terlihat keji.

“Kau menghargaiku dengan lembaran dua puluh ribu, dan cincin tipis ini Bambang – sudah sepatutnya kubalas kemurahan hatimu itu bukan?”

Padmini pun tahu perihal pernikahan siri Bambang dan Sundari, seminggu sebelum mereka menjalankan rencana terkutuk itu.

Lembah sepi, sunyi, dihuni makhluk halus dan juga hewan buas – menjadi saksi lahirnya pribadi baru penuh kelicikan, matinya hati nurani tergantikan oleh angkara murka. Padmini, telah menjelma layaknya dewi kematian!

***

Keesokan harinya. Langit baru saja terang, beberapa wanita bergelar ibu – bersamaan pergi ke sungai hendak mencuci pakaian anggota keluarga mereka.

Saat ini musim kemarau, sumur-sumur penduduk mulai mengering. Sehingga air sungai menjadi sumber utama mencuci dan juga mandi.

Ember-ember berisi pakaian kotor, diletakkan di papan yang sudah disusun dan disanggah tiang kayu di tanam pada dasar sungai. Kegiatan mencuci pun dimulai.

Sambil menyikat pakaian, empat sosok wanita itu saling bercengkrama membahas tentang gosip terhangat saat ini.

“Beruntung ya Padmini mati ataupun minggat. Kampung Hulu menjadi aman tenteram tak tercemari oleh perbuatan laknat gadis binal itu!” Tangannya sibuk mengikat, mulutnya pun tak kalah sibuk menghujat.

“Aku puas kali sewaktu melihat pria bejat itu dilahap api! Sayang saja jasadnya raib bak ditelan bumi!” sahut wanita bertapian kain jarik.

Kedua perempuan lainnya cuma menyimak. Batin mereka bergejolak antara menyoraki atau masih mempertahankan rasa empati.

“Eh, apa itu?!” teriak salah satu wanita bermulut pedas.

“Mana?”

“Itu yang mengambang, mulai hanyut kesini!”

Kegiatan mencuci baju pun terhenti. Keempat wanita berdiri di ujung papan. Mata mereka dari melotot hingga menyipit mencoba mencari tahu sesuatu aneh.

“Akh! Mayat! Itu mayat!” pekik wanita mengenakan kain jarik.

Hueg!

Seseorang muntah-muntah kala jasad bisa dibilang hancur tersangkut di dahan pohon terendam air, dekat dengan tempat cuci baju.

“Tolong! Ada mayat! Tolong!”

Jeritan serentak para ibu-ibu menarik perhatian pejalan kaki yang hendak pergi ke ladang.

“Mana? Mayat siapa?!”

Dua orang bapak-bapak berkemeja lusuh tidak dikancing, celana kolor, menuruni tangga tanah.

“Itu! Ya ampun aku tak sanggup melihatnya! Usus atau apa itu yang melambai-lambai!” Sekujur badannya merinding, jari telunjuknya bergetar.

“Astaga! Panggil warga lainnya!” Pria membawa arit menaiki pohon kayu yang tumbuh di tepian sungai, batang dan daunnya menjulur ke air.

Para warga pun berdatangan setelah diberi tahu tentang penemuan menggemparkan. Anak-anak kecil yang biasa mandi disungai ikut penasaran.

Byur!

Dua orang pemuda masuk ke dalam sungai, berusaha mengevakuasi mayat yang belum diketahui identitasnya. Sambil menahan jijik, menggunakan kain sarung, sosok tersangkut itu pun diangkat naik ke papan cucian pakaian.

Mayat yang mulai membengkak ditelentangkan – telinga hilang satu, ada luka lebar dan menganga di kepala. Kedua pergelangan tangan buntung, wajah tercabik-cabik sampai hidung tak lagi berbentuk. Daging pipi seperti dicakar kuku tajam, mulut koyak.

Setiap yang melihat menahan napas, mata mereka bersamaan turun ke bawah – isi perutnya nyaris bersih, tertinggal usus koyak dan tak lagi melengkung seperti melingkar.

“Bapak!” teriak remaja laki-laki yang mengenali jasad ayahnya. Badannya menggigil dan luruh, menjerit-jerit keras tapi takut mau mendekap.

“Kirman! Astaga Kirman!” Beberapa orang pun mulai mengenali setelah menelisik lebih lama lagi.

“Apa mungkin ini ulah Buaya?” pertanyaan itu mendapatkan tanggapan beragam.

“Sungai ini aman dari hewan buas. Sebelumnya mana ada yang diserang apalagi hilang!” sanggah lainnya.

“Siapa yang meninggal? Siapa?”

Juned dan Bambang mendekat, begitu melihat mayat mengerikan mereka langsung buang muka.

“Pak Kirman, Kang! Dari semalam dicariin dikira nongkrong di warung kopi, ternyata mati mengenaskan! Lantas bagaimana ini, Kang?” tanya pemuda yang tadi masuk ke dalam sungai.

“Gotong ke rumahnya! Biar kami pergi melapor ke kantor kelurahan di desa Wening.” Bambang langsung berbalik badan.

Jasad Kirman pun dibungkus kain sarung dan digotong, diiringi tangisan pilu putranya.

“Cih! Kau menangisi Setan berwujud manusia! Bodoh sekali!” Padmini yang mengintip di lorong rahasia, mendengus jijik. Kemudian dia berbalik badan hendak melakukan rencana lainnya.

.

.

Rumah Kirman dipadati oleh pelayat dan ada juga pak lurah berumur empat puluh lima tahun.

Semua orang beranggapan sama, Kirman dimangsa hewan buas.

Pak lurah yang bijaksana dan terkenal begitu peduli kepada warganya – memerintahkan para pemuda menyusuri sungai menggunakan sampan dayung.

Hari itu juga setelah korban dimakamkan, lebih dari sepuluh orang mendayung perahu tradisional menyusuri sungai besar. Lebih dari dua jam, tapi tak ada tanda-tanda kalau sungai itu dihuni predator mematikan.

Pohon-pohon yang dahan dan akarnya masuk ke dalam sungai pun disisir, tetap hasilnya nihil.

Sampai menjelang sore hari, penyisiran sungai dihentikan. Para anak kecil beranjak remaja dilarang mandi di sungai. Orang tua diminta mengawasi buah hati mereka.

Teror pertama mulai dirasakan warga kampung Hulu. Hati mereka gelisah, dan ketakutan sedikit demi sedikit mulai menghantui.

***

“Tak ada hubungannya kematian tua bangka itu dengan rencana pesta pernikahanku! Aku tak mau mengalah cuma dikarenakan ada yang meninggal, Pak!” Sundari memekik, wajahnya memerah.

“Lempar saja segepok uang agar muncung mereka diam!” pekiknya lagi.

Sumi pun setuju, tak sudi dirinya menunda pesta mewah yang mau diselenggarakan seminggu lagi.

Tanpa mereka sadari, seseorang tengah menyusup di kediaman mewah itu seraya memanggul kapak.

.

.

Bersambung.

1
Eli Rahma
lautan eek...🤣🤣🤣
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
tambang emas🤣🤣
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
berhamburan tai🤣🤣
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
🤣🤣🤣siap siap tujuh hari tujuh malam tuh bau syedap
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
🤣🤣🤣🤣
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
cerek itu kaya teko gitu ya
Secret Admire
Istri durhaka kamu Sundari, suami minta tolong lagi sakit perut disuruh ngesot... hiks ... astaghfirullah ...
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝⧗⃟ᷢʷˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
hahaha.. plot twist banget ini Thor, bukannya di serang makhluk halus, malah berak massal pestanya si sundari🤣🤣🤣🤣
Secret Admire
😄😄benar benar penuh teriakan ya Sundari, bukan teriakan pujian tapi 😄 teriakan mules, sakit perut, berebut WC, masih banyak lagi kan teriakan yang membuat pesta ramai😄
Secret Admire
😄😄😄 diluar prediksi BMKG 😄😄😄
Wanita Aries
Habislah kau sumi dikeroyok warga 🤣🤣🤣🤣 jadi mambu tele rumah yg ditinggalin
Mawar Hitam
Ki Dalamgkah yang meminta jawaban
Ayudya
asyeeeeekkkkk pesta yg meria dengan bau kotoran 🤣🤣🤣🤣🤣
imau
para warga desa tetangga kah ini yang dtg pakai Obor?
Alvin Ananda
mantap bener kak cublik pestanya
imau
wkwkwk 😂 gimana nasibnya ikan lele, mati atau kekenyangan 🤣
Alvin Ananda
waah g jadi pesta kecirit semua bau
🍒⃞⃟🦅Amara☆⃝𝗧ꋬꋊ
Ya ampun thor, kepikir aja sih alur ini😁,pesta meriah diharapkan ,tapi bencana kotoran manusia lah yang tertuai🤣,
Bab ini di jamain readersmu mules semua ,mata berkaca kaca, gigi kering kebanyakan ngakak...
wes angel ....angel tenan nebak jalan pikiran thor Cublik ..
henhao ....joss gandos tenan.
FLA
haaa puas sekali rasanya, pesta yg amat sangat meriah bukan🤣
Reni
yeeee ada pesta ta* 😅🤣😂 astaga g nyangka cublik dapat ide dari mana kau astofirulloh 😅🤣😂😅🤣 kawinan orang kau bikin hancur , g bisa bayangin baunya huekkkkkk 🤮🤮🤮🤮🤮🤮
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!