Leticia Nathania yang sering di panggil Cia adalah gadis yang sangat cantik dan selalu ceria. Cia selalu di kelilingi oleh orang-orang baik yang sangat menyayanginya. Namun semuanya berubah ketika Cia terpaksa menikahi Carlo karena di jodohkan oleh almarhum kakeknya.
Awalnya Cia ragu menikah dengan Carlo karena melihat sikap pria itu yang terlihat sombong. Tapi akhirnya Cia bersedia juga menikah dengan pria itu karena orang tuanya berusaha dengan keras meyakinkannya. Orang tuanya mengatakan kalau cinta itu akan tumbuh setelah menikah.
Setelah menikah, Cia tinggal satu atap dengan mertuanya. Dan itu bukanlah hal yang mudah, terlebih mertuanya tidak menyukai kehadiaran Cia sebagai menantu.
"Cia, kamu bersenang-senang seharian di kamar dan membiarkan Ibu dan adik bekerja, maksud kamu apa?" tegas Carlo membuat Cia sangat kaget.
Pasalnya Cia yang mengerjakan semua pekerjaan rumah seharian.
Tiba-tiba saja air mata Cia menetes tanpa di minta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MartiniKeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Yang Menikah seharusnya...
"Kak Carlo! Apa yang kakak lakukan?"
Cia langsung berlari, dan menarik Carlo menjauh. Cia berhasil menariknya, meskipun setelahnya dia terdorong dan jatuh ke lantai.
"Ticia." Damian mendorong cepat kursi rodanya melewati Carlo yang hanya diam melihat Cia terjatuh.
"Aku nggak papa kak, makasih." Cia bangun dari duduknya dan sempat melihat wajah Damian yang terdapat beberapa luka. "Kak, kenapa kamu memukul kak Damian?"
"Bukan urusan kamu!"
"Kamu benar-benar jahat. Tega sekali pada saudara sendiri."
"Kamu tidak perlu ikut campur, karena kamu hanyalah baby sister Damian."
"Kamu sungguh pria kejam." Ucap Cia dengan air mata yang sudah menetes.
Cia berbalik badan dan menemukan semua orang ada di sana, menatap ke arahnya. Tanpa mengeluarkan kata apapun, Cia pergi dari sana, bahkan dia tidak memperdulikan omelan Meri.
PLAK!
Farhan langsung menampar Carlo, hingga membuat yang lain terkejut.
"Sudah aku katakan berkali-kali, jangan membuat masalah sama Damian. Kau mau papamu ini dalam masalah?" teriak Farhan sambil menarik kerah baju Carlo.
"Kenapa papa selalu membelanya? Papa takut pada si lumpuh itu? Apa yang papa takutkan? Lihatlah baik-baik! Dia cuma pria lumpuh yang tidak bisa melakukan apa-apa." Teriak Carlo dengan suara yang cukup keras.
PLAK!
Farhan menampar Carlo lagi. "Sebaiknya tutup mulutmu itu, kalau tidak aku akan mengusirmu dari rumah ini," ancam Farhan dengan amarah berdenyut dalam dirinya seperti detak jantung.
Mata Meri terbelalak lebar melihat Farhan yang begitu tega ingin mengusir putranya.
"Pa, apa yang kau lakukan? Demi si lumpuh itu kau tega ingin mengusir putra kita? Jangan-jangan kau masih mencintai Diana!" Tebak Meri yang tidak terima Carlo di perlakukan seperti itu.
PLAK!
Farhan juga menampar Meri. "Tutup mulutmu itu! Kau dan putramu sama aja."
"Farhan, sebaiknya kau beritahu putramu apa yang terjadi. Kalau tidak akan aku buat dia lumpuh sama sepertimu," ancam Damian yang kemudian meninggalkan mereka.
"Pa, apa sebenarnya yang terjadi? Kenapa si lumpuh itu selalu mengatakan itu?" tanya Carlo dengan kedua mata membulat.
"Ini semua gara-gara mamamu. Jadi sebenarnya, yang seharusnya menikah dengan Cia adalah Damian bukan kamu. Cia di jodohkan bukan karena kakeknya punya hutang, tapi karena kakek Darto yang selalu membantu kakekmu hingga dia menjadi sukses. Kakek Darto juga meninggal karena menyelamatkan kakekmu, jadi kakekmu dan kakek Darto sudah berteman dari kecil. Kakekmu merasa berhutang banyak pada kakek Darto, makanya dia membuat perjodohan itu. Sebelum kakek Darto meninggal, dia sudah berpesan pada Damian secara langsung. Kebetulan saat itu Damian ber usia sembilan tahun. Dia meminta Damian agar menjaga Cia, dan menjadi suami yang baik untuk Cia nantinya." Terang Farhan menjelaskan.
"Terus kenapa kalian selalu mengatakan padaku kalau kakek Darto punya hutang banyak pada kakek?" tanya Carlo semakin penasaran.
"Agar Cia tidak pergi dari rumah ini, soalnya kamu dan mamamu kan tidak menyukainya. Kalau dia pergi maka kita tidak jadi mendapatkan tanah kakek yang ada di tengah kota. Kakek mengatakan, kalau dia akan memberikan harta warisan lebih banyak untuk cucunya yang menikah dengan Cia, dan tanah yang ada di tengah-tengah kota rencananya mau di berikan pada Cia." Kata Farhan lagi.
"Benar, sayang. Kami sengaja melakukan ini untukmu, agar kau mendapatkan tanah itu. Coba pikirkan baik-baik, tanah itu sangat banyak, di jual sedikit saja sudah membuat kita kaya raya. Apa kau tidak ingin memiliki tanah itu? Rencananya setelah kita mendapatkan semuanya, baru kita usir Cia." Kata Meri sembari menatap putranya.
"Kenapa kalian tidak memberitahuku dari awal sih? Tahu gitu aku akan pura-pura mencintainya."
"Tidak perlu pura-pura mencintainya, yang penting kamu sudah menjadi suami Cia. Jika nanti kakek menyuruhmu menceraikan Cia, maka jangan pernah mau. Lalu setelah itu kakek pasti akan terpaksa memberikan apa yang dia janjikan kepadamu," sahut Meri. Dia masih tidak setuju kalau Carlo mendekati Cia.
"Lalu kenapa papa harus menamparku di depan si lumpuh itu sih?" tanya Carlo dengan kesal.
"Iya, papa juga tega sekali menampar mama," rengek Meri yang kemudian menunjukan wajah cemberut.
"Apa kamu tidak tahu kalau orang tuanya Diana adalah orang kaya? Perusahaan mereka bekerja sama dengan perusahaan kita. Itu pun dulu mereka mau berhenti bekerja sama dengan perusahaan kita, mereka marah karena aku menyakiti putrinya, lalu papaku sampai memohon pada mereka agar kerja samanya tidak di hentikan. Akhirnya mereka masih mau bekerja sama dengan perusahaan kita, mengingat papaku selalu baik pada mereka." Kata Farhan.
Meri dan Carlo semakin terkejut mendengarnya, pantas saja Damian berani mengancam mereka.
"Kalau begitu, kalau nanti kakek memintaku agar menceraikan Cia, maka aku tidak akan mau menceraikannya. Walaupun kakek memaksa, aku tetap tidak akan mau. Kecuali tanah itu sudah jadi milikku baru aku setuju menceraikannya," ujar Carlo sembari tersenyum licik.
"Kamu memang anak yang pintar," puji Meri seraya tersenyum.
Sedangkan di kamar, Cia bergegas mengganti pakaiannya, niat hati ingin beristirahat di rumah dia urungkan. Mood nya benar-benar hancur, begitupun dengan hatinya.
Dia memutuskan untuk pergi ke toko kue milik ibunya untuk menyibukkan diri, sepertinya itu hal yang dia butuhkan saat ini.
Dia hanya sedih mendengar omongan Carlo, karena pria itu tidak pernah menganggapnya sebagai istrinya. Pertama di anggap sebagai seorang pembantu, lalu sekarang di anggap sebagai baby sister atau mungkin semua orang menganggapnya begitu.
Jujur, dia ikhlas merawat Damian selama ini. Meskipun sikapnya sedikit aneh. Tapi terlepas dari itu, mungkin sikapnya sedikit aneh karena dia kurang kasih sayang dari keluarganya. Dia jarang mendapatkan perhatian dari orang sekitarnya, itu yang pernah Damian katakan padanya.
Damian banyak menceritakan banyak hal saat keduanya sedang berdua, entah itu di meja makan, di depan TV, di halaman belakang, di balkon kamar Damian dan masih banyak lagi.
Sekarang ini hanya Damian lah orang yang paling dekat dengannya dibandingkan dengan yang lain, termasuk suaminya sendiri.
Setelah selesai mengganti baju dengan model terusan di atas lutut, warna putih dengan pita melingkar indah di pinggang rampingnya, rambut yang dia biarkan tergerai, dan high hell yang berwarna senada yang menyempurnakan penampilannya, lalu Cia keluar dari kamarnya.
"Ticia," Keberadaan Damian di depan pintu kamarnya cukup mengejutkannya.
"Ticia, kamu mau pergi?" tanya Damian sembari menatap wanita itu.
" Kak Damian bikin kaget aja." Cia mengelus dadanya dan kemudian lanjut bicara. "Aku mau ke toko kuenya mama, kak."
"Katanya tadi nggak ke mana-mana?"
"Aku,,, sekalian mau sendiri dulu kak." Matanya langsung memicing saat menyadari sesuatu. "Itu juga kenapa lukanya belum di obatin?"
" Damian menggelengkan kepala, "Di obatin Ticia boleh nggak?"
Cia tidak menjawab, kembali dia dibuat tidak tega untuk menolak permintaan damian.
Terima kasih ya krn sudah mampir, jangan lupa like dan komentarnya ya kakak2, biar author tambah semangat nulisnya😊