NovelToon NovelToon
Janji Di Atas Bara

Janji Di Atas Bara

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Balas Dendam / Cinta Terlarang / Percintaan Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama / Keluarga
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Miss Ra

"Janji di Atas Bara" – Sebuah kisah tentang cinta yang membakar, janji yang teringkari, dan hati yang terjebak di antara cinta dan dendam.

Ketika Irvan bertemu Raisa, dunia serasa berhenti berputar. Cinta mereka lahir dari kehangatan, tapi berakhir di tengah bara yang menghanguskan. Di balik senyum Raisa tersimpan rahasia, di balik janji manis terselip pengkhianatan yang membuat segalanya runtuh.

Di antara debu kota kecil dan ambisi keluarga yang kejam, Irvan terperangkap dalam takdir yang pahit: mempertahankan cintanya atau membiarkannya terbakar menjadi abu.

"Janji di Atas Bara" adalah perjalanan seorang pria yang kehilangan segalanya, kecuali satu hal—cintanya yang tak pernah benar-benar padam.

Kita simak kisahnya yuk, dicerita Novel => Janji Di Atas Bara
By: Miss Ra

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Ra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 14

Pagi itu, pernikahan Raisa berlangsung.

Tanpa senyum, tanpa cahaya di matanya, gadis itu digiring oleh para sahabat wanitanya menuruni tangga.

Dengan adat keluarga yang khas, tubuhnya diluluri, disirami air bunga, lalu dihias dengan henna di tangannya. Semua yang hadir tersenyum bahagia_kecuali Raisa.

Ia hanya diam. Tak bisa menentang keputusan sang Papa, tak mampu menolak pernikahan dengan pria pilihannya.

Sementara di tempat lain, Irvana masih terbaring dalam ruangan gelap dengan wajah dan tubuh penuh luka. Hanya secercah cahaya dari celah kecil di dinding yang menembus ke wajahnya.

Ia diam. Tenang di luar, tapi di dalam dadanya, badai tak berhenti bergemuruh.

Anak buah Dharma berjaga ketat di depan pintu gudang tua itu. Mereka diperintahkan untuk memastikan Irvana tidak kabur, tidak menggagalkan pernikahan Raisa.

Di sisi lain kota, Darwis sudah kehilangan akal.

Sejak semalam ia mencari Irvana ke mana-mana_ke rumah teman, ke tempat nongkrong, bahkan ke bengkel tempat anak itu sering memperbaiki motornya.

Tak ada.

Bahkan Gilang, yang biasanya tahu semua tempat Irvana bersembunyi, hanya bisa menggeleng pasrah.

Menjelang sore, pesta usai.

Tawa tamu perlahan reda, lampu-lampu pelaminan mulai dipadamkan. Hari itu juga, setelah prosesi selesai, Raisa dibawa pergi oleh suaminya. Bulan madu ke Dubai_ begitu cepat, begitu jauh.

Sore itu, di gudang gelap, mata Irvana akhirnya terbuka. Ia menoleh ke sekeliling, napasnya berat, tubuhnya sakit di setiap inci.

Lalu seolah tersadar oleh sesuatu, matanya melebar.

Raisa.

Hari ini Raisa menikah.

Dengan sisa tenaga, ia berdiri, menahan nyeri di tubuhnya, dan berteriak.

"Raisaaa!"

Suaranya menggema di ruangan kosong itu, membentur dinding lalu kembali padanya.

Tak ada jawaban. Hanya gema, dan luka.

Irvana berjalan sempoyongan menuju pintu. Ia dorong kayu lapuk itu dengan sekuat tenaga sampai terbuka sedikit, cukup untuk tubuhnya lolos keluar.

Udara sore menampar wajahnya.

Udara sore terasa menusuk kulit, tapi Irvana tak peduli. Langkahnya tertatih, darah kering menempel di kemeja lusuhnya. Jalanan yang ia lintasi terasa jauh, seolah setiap langkah mempertebal kenyataan: ia terlambat.

Ketika akhirnya tiba di depan rumah Raisa, senja hampir tenggelam. Rumah itu kini sunyi_tak lagi ramai seperti yang ia bayangkan. Sisa-sisa pesta masih berserakan: bunga melayu di pelataran, pita yang terlepas dari kursi, kain putih yang berkibar ditiup angin.

Beberapa pekerja sedang membereskan dekorasi. Salah satu dari mereka, seorang pelayan pria yang mengenalnya, tiba-tiba menoleh dan terperanjat.

"Irvana?" suaranya gemetar, menatap tubuh Irvana yang berlumuran darah. "Kau-- kenapa bisa seperti ini?"

Irvana tak menjawab. Bibirnya pecah, napasnya terengah. Satu-satunya kata yang keluar dari mulutnya hanya, "Raisa--di mana Raisa?"

Pelayan itu menatapnya lama, seolah ragu untuk menjawab.

"Nona Raisa sudah pergi," katanya akhirnya. "Bersama suaminya. Mereka berbulan madu ke Dubai."

Kata-kata itu jatuh pelan, tapi menghantam keras di dada Irvana. Dunia seolah berhenti. Segalanya menjadi hening.

Kakinya lemas. Tubuhnya jatuh berlutut di aspal yang panas, namun yang ia rasakan hanya dingin_dingin yang menusuk sampai ke tulang.

Air mata menetes tanpa bisa ia tahan. Sakit di tubuhnya tak sebanding dengan sakit di dalam dada.

Ia mendongak menatap langit, yang kini mulai berwarna oranye tua, lalu berteriak sekuat tenaga, seolah berharap suaranya bisa menembus langit, menembus jarak ribuan kilometer yang kini memisahkannya dari gadis itu.

"Raisaaaa!"

Suaranya menggema, mengguncang udara yang mulai gelap.

Dan di tengah kesunyian itu, Irvana tersungkur. Antara luka, kehilangan, dan cinta yang tak sempat ia perjuangkan sampai akhir.

**Kembali ke kehidupan Irvana yang sekarang**.

Hidup Irvana sudah berakhir, setidaknya begitu yang ia yakini.

Setiap harinya setelah pernikahan Raisa hanya diisi oleh botol-botol kosong, puntung rokok, dan amarah yang tak pernah padam. Cinta yang beberapa tahun lalu menumbuhkan hidupnya, kini berubah jadi racun yang perlahan membunuhnya dari dalam.

Raisa telah pergi.

Dan satu-satunya hal yang masih membuatnya bernapas hanyalah dendam.

Sore itu, kabar tentang Roy sampai ke telinganya. Pria itu\_yang dulu ikut menghancurkan hidupnya\_telah kembali dari persembunyian. Tanpa banyak pikir, Irvana langsung melangkah.

Di sisi lain kota, Roy baru saja tiba di rumah tuanya yang lama kosong. Ia duduk di tepi kasur berdebu, menarik napas panjang. Belum sempat menenangkan diri, suara ketukan pintu terdengar.

Sekali. Dua kali.

Pelan, tapi berat.

Roy berdiri dan membuka pintu.

Seketika\_

**BUGH**!

Sebuah tinju mendarat tepat di wajahnya, keras, membuat tubuhnya terhuyung dan jatuh ke lantai. Pandangannya buram, darah langsung mengalir dari hidung. Saat menengadah, di ambang pintu berdiri sosok yang paling ia takuti.

Irvana.

Matanya merah, wajahnya kusut penuh luka. Bajunya kumal, rambut berantakan, dan jambang di wajahnya tumbuh liar\_seolah ia sudah lama berhenti peduli pada dirinya sendiri.

Roy mundur, menyeret tubuhnya ke belakang.

"Irvan... aku mohon... maafkan aku," suaranya bergetar, nyaris tak terdengar. "Aku hanya menjalankan perintah Tuan Dharma. Aku tidak punya pilihan\_"

Belum sempat kalimatnya selesai, Irvana sudah menarik kerah bajunya dan menghantamkan tinju ke rahangnya lagi.

**Dugh**!

Roy terhempas ke sisi tempat tidur, tubuhnya menggeliat kesakitan.

Mata Irvana kosong. Tak ada ampun di sana. Hanya dendam yang membara.

Tinju berikutnya mendarat di dada, di perut, di wajah. Setiap pukulan terdengar seperti luapan tahun-tahun penyesalan yang tak pernah diucapkan.

Roy berteriak.

Tapi Irvana tak berhenti.

Dan ketika amarahnya mencapai puncak, Irvana memutar lengan kanan Roy dengan kasar.

Krek!

Tulangnya patah.

Jerit Roy menembus udara malam, menggema di rumah tua itu.

Irvana berdiri mematung. Napasnya berat. Matanya menatap kosong ke arah pria yang tergeletak tak berdaya di lantai.

Hanya diam.

Tak ada kemenangan di wajahnya. Tak ada kelegaan. Yang tersisa hanya kehampaan\_dan rasa kehilangan yang tak lagi bisa disembuhkan.

~~

Beberapa jam kemudian, Dharma berdiri di ruang rumah sakit bersama beberapa penjaga dan dua orang polisi. Tatapannya tajam mengarah pada Roy, yang kini duduk bersandar di ranjang pasien. Tangannya digips, diikat ke leher dengan kain penyangga. Wajahnya pucat, mata memerah karena nyeri dan takut.

"Sepertinya Anda harus lebih berhati-hati dengan pria itu, Tuan Dharma," ujar salah satu polisi, berdiri sedikit di belakangnya. Suaranya tenang, tapi sarat peringatan. "Dendamnya tidak akan padam sampai dia mendapatkan kembali putri Anda."

Dharma tak menjawab. Ia hanya diam, pandangannya tetap tertuju pada Roy yang kini tampak rapuh, berbeda jauh dari sosok arogan yang dulu bekerja padanya. Ada rasa kesal, tapi juga ketakutan yang tak mau ia akui.

Hening itu pecah ketika seorang pesuruh berlari masuk, napasnya tersengal-sengal. Wajahnya panik, keringat membasahi pelipisnya.

"Tuan-- Irvana sedang mengamuk di halaman rumah," katanya terengah-engah. "Saya sudah mencoba menghentikannya, tapi dia malah semakin menjadi-jadi. Dia melempar botol ke depan pintu, bahkan hampir melukai Satpam."

Dharma berbalik cepat. Wajahnya menegang, urat di pelipisnya menonjol.

"Apa?" suaranya berat, nyaris seperti geraman.

Polisi yang berdiri di belakangnya saling pandang, bersiap mengikuti. Sementara Roy hanya bisa menunduk, wajahnya pucat pasi.

Dharma mengepalkan tangan. Ia tahu amarah Irvana tak main-main. Sejak dua tahun lalu, sejak hari pernikahan itu, nama Raisa selalu menjadi bayang-bayang yang menghantui setiap malamnya.

...----------------...

**Next Episode**...

1
Deyuni12
dikit amaaaaat
Miss Ra: siaaaap
total 3 replies
Deyuni12
complicated
oh cintaaaa
Deyuni12
sungguh memilukan
Deyuni12
hadeeeeh
kumaha ieu teh atuh nya
Kutipan Halu
mampir kak, mampir jg ya ke karyaku "DIMANJA SAHABAT SENDIRI"☺☺
Deyuni12
lanjuuuut
Jee Ulya
Tapi kalau kebanyakan naratifnya, aku nggak bisa nafas. hihi😁
Jee Ulya
Nyampeee, Aromanyaaa nyampe siniii kaaaak😍😍😍
Jee Ulya: luv banyaak banyaaak
total 4 replies
Jee Ulya
😭😭😭😭 bagus bangettt
Jee Ulya
Aaah diksinyaaaa bikin meleleeeh 😭😭😭
Deyuni12
agaiiiiiin
Deyuni12
lagiiiiii
Deyuni12: d tungguuuu
total 2 replies
Deyuni12
makin penasaran dengan kisah cinta mereka n juga mungkin dendam d masa lalu antara kedua org tua mereka,,hm
lanjut
Deyuni12
hancurkaaaaan
Deyuni12
cinta 🥺🥺🥺
Deyuni12
huft 🥺🥺
Deyuni12
pertikaian dua sahabat kental,berujung kepahitan yg d dapat irvana,,hm
Deyuni12
jeng jeng jeeeng
badai akan segera d mulai
Deyuni12
memadu kasih
hm
lanjut
Deyuni12
hm
haruskah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!