Tak pernah terbayangkan dalam hidup Selena Arunika (28), jika pernikahan yang ia bangun dengan penuh cinta selama tiga tahun ini, akhirnya runtuh karena sebuah pengkhianatan.
Erlan Ardana (31), pria yang ia harapkan bisa menjadi sandaran hatinya ternyata tega bermain api dibelakangnya. Rasa sakit dan amarah, akhirnya membuat Selena memutuskan untuk mengakhiri pernikahan mereka dan memilih hidup sendiri.
Tapi, bagaimana jika Tuhan mempermainkan hidup Selena? Tepat disaat Selena sudah tak berminat lagi untuk menjalin hubungan dengan siapapun, tiba-tiba pria dari masalalu Selena datang kembali dan menawarkan sejuta pengobat lara dan ketenangan untuk Selena.
Akankah Selena tetap pada pendiriannya yaitu menutup hati pada siapapun? atau justru Selena kembali goyah ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna_Ama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 27
Satu minggu berlalu sejak Selena menginjakkan kakinya dirumah Erlan untuk mengambil barang-barang nya yang tertinggal dirumah itu dan hari ini akhirnya tiba juga sidang perdananya bersama Erlan.
Selena tiba di gedung pengadilan sekitar pukul delapan kurang, dia hanya ditemani oleh Lily. Sedangkan, papa Riza masih ada urusan diluar kota dan mama Jana tidak bisa ikut menemani karena harus menghadiri rapat penting dengan para dewan partai.
Udara pagi masih terasa dingin, tapi telapak tangannya justru sebaliknya, terasa hangat karena gugup yang terselip sejak berangkat dari rumah tadi.
Hari ini, Selena hanya mengenakan blouse putih simpel yang dimasukkan ke celana formal hitam yang dipadukan dengan outer tipis cokelat muda. Rambutnya diikat rapi setengah ke belakang, bukan karena ingin tampil sempurna saat dipengadilan tapi karena ia tidak ingin terlihat berantakan di hari penting ini.
Setelah turun dari mobil, Selena dan Lily bergegas melangkahkan kakinya menuju ruang sidang. Sepanjang menyusuri lorong terlihat cukup ramai, dan ketika sampai di depan ruang tunggu ternyata Bu Ratna sudah berdiri menyambut kedatangannya.
“Selena,” panggil Bu Ratna sambil tersenyum tipis. Wanita itu mengenakan setelan formal abu-abu gelap, rambut disanggul rapi seperti biasa. “Kamu baik?”
Selena mengangguk pelan. “Baik, Bu. Cuma… ya, begitulah.”
“Wajar,” jawab Bu Ratna lembut. “Hari seperti ini memang terasa sedikit berat. Tapi, tidak apa-apa kita akan lewati bersama.”
Selena hanya mengangguk-anggukkan kepala nya sebagai balasan. Lily yang berdiri samping Selena, merangkul lembut lengan perempuan itu seolah memberi dukungan dan semangat.
Kemudian, Bu Ratna mengajak Selena dan Lily untuk duduk dikursi panjang didepan ruang tunggu. Selena segera duduk dan diikuti oleh Lily yang juga duduk disebelah kanan, sedangkan Bu Ratna duduk di sebelah kiri Selena seraya membuka map cokelat berisi dokumen.
“Sebelum dipanggil, aku jelasin singkat ya,” ujar Bu Ratna. “Sesi pertama nanti kita serahkan berkas tambahan dan jawaban terakhir dari pihak kamu. Tidak lama kok. Setelah itu, hakim akan memastikan bahwa kalian berdua tetap pada keputusan awal.”
Selena mengangguk-anggukkan kepalanya, mencoba menyimak ucapan Bu Ratna meskipun pikirannya tidak fokus sama sekali. “Dan aku cuma jawab pertanyaan yang perlu, kan Bu?”
“Betul. Jangan terlalu detail. Jawab seperlunya saja, Sel". Jawab Bu Ratna
Di tengah percakapan itu terdengar suara langkah kaki seseorang berjalan mendekat. Selena tidak perlu menoleh, ia sudah tau siapa orang itu.
Erlan berhenti tepat beberapa langkah dari mereka.
“Selena,” sapa Erlan pelan.
Selena hanya mengangguk singkat, tanpa menoleh menatap kearah Erlan. Begitu juga dengan Lily, perempuan itu hanya melengos kesal melihat kedatangan calon mantan suami sahabatnya itu.
Sedangkan, Bu Ratna langsung berdiri dan menyambut Erlan dengan formal. “Silakan duduk, Pak Erlan. Pengacara Anda belum datang?”
“Sudah. Dia lagi masih ditempat parkir,” jawab Erlan.
Mendengar itu, Bu Ratna hanya mengangguk-anggukkan kepalanya paham dan tak lagi banyak bertanya. Suasana menjadi sunyi sejenak.
Hingga tak berselang lama kemudian, terdengar petugas yang memanggil nama mereka.
“Pihak Erlan dan Selena, silakan masuk.”
Selena menelan ludah sebelum berjalan masuk. Sedangkan, Erlan melangkah lebih dulu bersama pengacaranya. Dari belakang, punggung pria itu terlihat sedikit membungkuk, seperti seseorang yang sedang memaksakan diri untuk terlihat tegar.
Selena berdiri dari duduknya dan segera menyusul masuk. Ia mengedar menatap sejenak sekeliling ruangan mencari keberadaan Bu Ratna.
Setelah itu, Selena segera mendekat dan duduk di kursinya. Ia menarik nafas panjang mencoba menetralkan degup jantungnya yang berdetak tak beraturan. Bu Ratna yang duduk disebelah Selena mencondongkan tubuh sedikit.
“Kita jawab seperlunya saja, tidak perlu terlalu tegang. Kamu tidak sendirian.”Bisik Bu Ratna
Selena mengangguk pelan.
Ketika hakim memasuki ruangan, semua berdiri. Dan di momen itu, Selena sempat melirik ke Erlan. Hanya sepersekian detik, tapi cukup untuk melihat wajah tampan Erlan. Sorot matanya terlihat kosong, seperti seseorang yang sedang menyembunyikan badai kecil di dalam dada. Tapi, tetap dipaksakan untuk tetap tenang.
Sidang dimulai.
Dan untuk pertama kalinya sejak semuanya runtuh, mereka kembali duduk berdampingan tapi bukan sebagai pasangan, melainkan sebagai dua orang yang sedang melepaskan apa yang dulu pernah mereka bangun bersama.
Majelis mulai hakim mencatat sesuatu sebelum mengangkat wajah menatap pihak Selena dan Erlan bergantian.
"Baik. Karena penggugat dan tergugat masing-masing hadir bersama kuasa hukumnya dan dinyatakan siap memberikan keterangan, sidang kita lanjutkan."
Suara ketukan palu kecil terdengar, pelan tapi membuat seluruh ruangan seperti menahan napas.
Hakim ketua membuka berkas gugatan. “Saudari Selena Arunika.. Benar ini gugatan Saudari yang diajukan melalui layanan peradilan elektronik pada tanggal sekian?”
Selena menegakkan badan lalu mengangguk. “Benar, Yang Mulia.”
Bu Ratna menambahkan dengan nada sopan, “Semua dokumen telah kami unggah termasuk kronologi, bukti percakapan, dan bukti pendukung lainnya Yang Mulia.”
Hakim ketua mengangguk tanpa komentar berlebihan. Kemudian ia mengalihkan pandangan ke Erlan.
“Saudara Erlan Adinata… dalam mediasi sebelumnya Anda menyatakan menerima gugatan cerai ini tanpa keberatan. Apakah keterangan itu tetap sama di persidangan hari ini?”
Erlan menarik napas perlahan. Bahunya turun sedikit, seperti ada sesuatu yang berusaha dilepas.“Benar, Yang Mulia. Saya menerima.”
“Tidak ada permintaan hak asuh, tidak ada keberatan terkait harta bersama, tidak ada tuntutan lain?”
Erlan menggeleng. “Tidak ada, Yang Mulia.”
Hakim anggota di sisi kanan menimpali, suaranya lebih dingin. “Saudari Selena, apakah ada yang ingin Saudari tambahkan? Penjelasan lisan, klarifikasi, atau perubahan pada gugatan?”
Selena menggeleng pelan.“Tidak ada, Yang Mulia. Semua sudah tercantum.”
Hakim anggota di kiri mencondongkan badan sedikit, memeriksa lembar kronologi.
“Baik. Majelis mencatat bahwa alasan perceraian adalah perselisihan yang tidak dapat didamaikan dan adanya pelanggaran komitmen rumah tangga. Apakah kedua pihak membenarkan?”
"Benar, Yang Mulia.” Jawab Selena dan Erlan bersamaan
Mendengar itu, Majelis hakim saling bertukar pandang singkat. Lalu hakim ketua menutup berkas perlahan.
“Karena perkara ini tidak memiliki objek sengketa lain, tidak memerlukan saksi tambahan, dan kedua pihak menyampaikan keterangan yang konsisten, maka sidang langsung kami lanjutkan ke tahap pengucapan putusan.”
Selena refleks menggenggam lututnya dan Erlan menelan ludahnya susah payah. Kedua Pengacara hanya mengangguk dan duduk dengan diam tanpa banyak berkomentar apapun lagi.
Hakim mengetuk palu sekali. "Sidang diskors lima menit. Majelis bermusyawarah.”
Semua orang berdiri. Erlan menundukkan kepala tidak berani menatap Selena. Sedangkan, Selena tetap diam, memeluk tasnya erat mencoba untuk menenangkan diri sembari menunggu harap-harap cemas keputusan akhir dari majelis hakim.
Lima menit yang terasa seperti setengah hari. Lalu, tak lama kemudian pintu dibuka kembali.
Majelis hakim masuk. Semua kembali duduk.
Hakim ketua membuka halaman terakhir berkas itu.
“Baik.. perkara nomor sekian, atas nama penggugat Selena Arunika dan tergugat Erlan Adinata…" Ia berhenti sejenak, menatap kedua orang itu bergantian. ".... Majelis memutuskan untuk mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya. Menyatakan perkawinan para pihak putus karena perceraian.”
Hakim mengetuk palu terakhir kali.
“Sidang selesai.”
Begitu palu belum diketuk, suasana seketika langsung berubah. Ruang sidang yang tadi penuh tegang seperti kehilangan udara sedikit demi sedikit, kini berubah menjadi lengang dan lega.
Selena meremas ujung map di pangkuannya lalu menarik napas dalam dan menahannya sejenak sebelum kembali mengembuskannya perlahan, seperti ingin memastikan dadanya benar-benar sudah lega sekarang.
Di sisi lain, Erlan tak bergerak. Kedua bahunya turun pelan, seakan ada beban yang akhirnya jatuh tapi meninggalkan nyeri. Ia menunduk menatap lantai rahangnya terlihat mengencang lalu melemas lagi.
Tak ada kata keluar dari mulutnya. Hanya helaan napas berat dan pandangan kosong yang terselip rasa kalah, atau mungkin penyesalan yang datang terlambat.
Selena melirik singkat ke arahnya. Bukan untuk memastikan apa-apa, hanya refleks dari seseorang yang pernah saling berbagi hidup. Setelah itu ia kembali menatap ke depan, mencoba menjaga diri agar tidak terseret suasana.
.
.
.
Jangan lupa dukungannya gengsss ! Like, vote dan komen...
Hai Buna mau jelasin dikit ya…
Kenapa sidang Selena dan Erlan bisa cuma sekali terus langsung keluar putusan?
Karena kasus mereka termasuk kategori yang sederhana. Mereka nggak punya anak, nggak ada sengketa harta yang harus diperdebatkan, dan dua-duanya juga hadir tanpa menolak perceraian. Sebelumnya mediasi juga sudah dijalani dan dinyatakan gagal, jadi majelis hakim nggak perlu mengulang proses itu lagi.
Kalau situasinya kayak gini, sidang biasanya hanya dipakai untuk memastikan data, alasan perceraian, serta mendengar pembenaran singkat dari kedua pihak. Karena nggak ada hal yang harus diperiksa lebih dalam, hakim bisa langsung menjatuhkan putusan di hari yang sama.
Jadi bukan dipersingkat, tapi memang kasusnya bersih, jelas, dan tidak ada yang dipersengketakan.
Makanya cukup satu sidang saja untuk dinyatakan resmi bercerai.
Jadi kalo diantara kalian ada yang paham tentang hukum dan ada kesalahan dalam cerita Buna ini, maaf yaa... Buna hanya riset dari Mbah Gogo 🙏🏻🙏🏻🙏🏻
seperti diriku jika masalah keungan tipis bahkan tak ada bayangan
Maka lampirku datang 🤣🤣🤣
dan sekarang datang