Tumbuh menjadi anak pembantu semenjak kecil, tidak membuat Rifan malu. Dia justru merasa beruntung, selain dibiayai sekolah oleh majikan, Rifan bahkan diperbolehkan bersahabat dengan Alisha, nona mudanya.
Namun satu insiden karena candaan merubah segalanya. Ketika rasa penasaran berubah jadi petaka berkelanjutan. Rifan dan Alisha ketagihan tidur bersama, padahal mereka sudah sama-sama punya kekasih. Sampai suatu hari, ibunya Rifan berhasil memergoki kelakuan putranya dengan sang nona muda, saat itulah Rifan dipaksa pergi dari rumah. Tapi apakah itu akan jadi akhir hubungan Rifan dan Alisha? Tentu saja tidak.
"Kembalilah padaku dan jadilah simpananku." Alisha.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter ¹⁴ - dating
Wajah Rifan seketika memerah. Ucapan Alisha benar-benar menohoknya, sebab memang pada kenyataannya cewek itu sering berpakaian seperti itu.
“Kenapa, Fan? Pikiranmu mesum ya kalau lihat aku?” goda Alisha sambil tersenyum.
“Lupakan! Kita langsung belajar aja!” sahut Rifan cepat, berusaha mengalihkan topik sambil pura-pura sibuk membuka buku. Alisha hanya terkekeh pelan melihat reaksi gugupnya itu.
Mereka pun mulai belajar bersama seperti biasa. Namun kali ini, Rifan sulit fokus. Setiap kali Alisha menatapnya atau tersenyum, jantungnya berdetak tak karuan. Belum lagi, pakaian yang dikenakan Alisha membuat pikirannya mudah tergoda.
Bayangan-bayangan yang tak seharusnya muncul mulai melintas di kepalanya, dan Rifan segera menegur dirinya dalam hati.
“Apa yang aku pikirkan! Berhenti, Fan! Jangan tergoda!” batinnya keras. Ia memejamkan mata sejenak, mencoba menenangkan diri. Namun saat membuka mata, Alisha sudah menatapnya dengan ekspresi menggoda.
“Kenapa, Fan? Dari tadi kamu kelihatan gelisah banget. Udah, jangan ditahan,” ucap Alisha dengan nada bercanda.
“Kau harusnya bersyukur aku berusaha menahannya. Apa kau malah mengharapkan sebaliknya?” balas Rifan dengan nada setengah kesal, setengah menahan diri.
“Iya. Karena itulah yang diinginkan hatiku,” balas Alisha jujur. “Aku pengen bisa dekat sama kamu terus. Tapi kalau kamu nggak izinkan, ya aku nggak bisa apa-apa.”
Rifan hanya memutar bola mata, berusaha kembali fokus pada buku di depannya.
“Huh! Capek…” gumam Alisha, lalu ia merebahkan diri dan menjadikan paha Rifan sebagai bantal sambil tetap membaca.
Diam-diam, Rifan melirik ke bawah. Pemandangan itu membuat dadanya sesak. Ia mencoba menahan diri, tapi rasa penasaran dan gejolak di dadanya semakin sulit dikendalikan.
“Sial…” umpatnya pelan. Ia mengambil buku dari tangan Alisha, lalu dengan dorongan emosi yang tak tertahan, ia mencium gadis itu.
Rifan akhirnya menyerah. Ia tahu, sebesar apa pun ia mencoba menjaga jarak, kehadiran Alisha selalu membuatnya kehilangan kendali.
Namun Alisha tidak langsung membalas ciuman itu. Ia justru menahan dada Rifan dan mendorongnya sedikit menjauh. Rifan terkejut, sempat berpikir Alisha sedang mengerjainya.
Tapi kekhawatiran itu sirna saat Alisha berkata dengan lembut, “Kalau kamu menyentuhku, itu artinya kamu setuju kalau kita berpacaran.”
Senyum tipis muncul di wajah Rifan. Ia menatap gadis itu dan menjawab pelan, “Sepertinya seorang babu nggak bisa menolak keinginan majikannya.”
Alisha tersenyum puas, lalu menarik Rifan kembali mendekat. Mereka kembali berciuman, kali ini dengan perasaan yang lebih dalam. Tak ada lagi ragu, tak ada lagi jarak.
Kedekatan itu perlahan membawa mereka tenggelam dalam kehangatan. Di sela ciuman dan pelukan, Rifan membelai wajah Alisha, sementara gadis itu menatapnya dengan mata yang lembut dan penuh makna.
Keduanya sama-sama larut dalam perasaan yang semakin kuat. Hanya napas mereka yang terdengar, berpadu dengan detak jantung yang semakin cepat.
Alisha lalu berdiri dan menarik tangan Rifan, mengajaknya masuk ke kamarnya yang bersebelahan dengan ruang belajar.
“Kunci pintunya,” ucapnya pelan.
Rifan menurut. Saat ia berbalik, Alisha sudah berdiri di hadapannya dengan senyum malu-malu. Ada keheningan di antara mereka sebelum akhirnya keduanya saling mendekat, berpelukan, dan berbagi kehangatan yang tak lagi bisa ditahan.
Hari itu, mereka sepakat untuk menjalin hubungan. Tidak ada lagi perasaan yang ditutupi, tidak ada lagi batasan yang menggantung di antara mereka.
Di tengah keheningan sore itu, Rifan dan Alisha saling memeluk dengan erat, membiarkan hati mereka berbicara lebih banyak dari kata-kata.
Setiap kali bersama, dunia terasa berhenti berputar. Hanya ada mereka berdua, Rifan dan Alisha, yang larut dalam cinta dan perasaan yang telah lama tertahan.
Kematian, kelahiran, rezeki, nasib, hingga jodoh itu semua telah ditetapkan sebelumnya dalam garis takdir manusia dan tidak diketahui oleh siapapun, kecuali Allah SWT...✌️
Ketetapan Allah SWT kepada setiap makhluk-Nya sejak zaman manusia diciptakan, meliputi baik dan buruk nasib, hingga bagaimana hidup dan matinya manusia.
Jadi dapat dikatakan bahwa apa yang akan, sedang dan sudah terjadi di hidup manusia itu semuanya sebenarnya sudah digariskan oleh Allah SWT...🤫
Pada akhirnya menyesal karena telah menyia²kn org yg dgn tulus mencintaimu apa adanya...😥😰
Terlebih jika kalian tidak dapat bersama karena beragam alasan tertentu. Misalnya saja karena perbedaan ataupun masalah lainnya yang akhirnya membuat kalian memutuskan pergi ke jalan masing-masing.
Namun sekali lagi keadaan menuntut kalian agar satu sama lain benar-benar mengikhlaskan karena tak bisa bersama.
Ketika kamu sudah bisa merelakan segala sesuatu yang kamu senangi, di situlah kamu sudah belajar ikhlas.
Belajar untuk merelakan dan ikhlas akan membuatmu lebih dewasa dan mampu kembali menatap masa depan tanpa beban masa lalu...🤧😭