Hanya menceritakan tentang dua sejoli yang awalnya sebatas teman sekelas yang sering menganggu dan di ganggu, kemudian berakhir menjadi sepasang kekasih yang sulit di pisahkan, entah alasan apa cowok bernama lengkap Jendra Natawiratama tiba-tiba jatuh cinta pada gadis sekelasnya yang bernama Aprilia Yuswan atau kerap di sapa Lia. Banyak hal yang terjadi setelah mereka menjadi sepasang kekasih, mulai dari hal Absurd nya Jendra pada Lia sampai orang ketiga yang terus mencoba merusak hubungan mereka.
Apakah mereka bisa menghadapi segala lika-liku hubungan nya? Bagaimana cara mereka berdua saling menguatkan? Dan bagaimana kelanjutan hubungan mereka? Ikuti kisah mereka sampai tuntas ya..
See you.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon felyaklueva, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 14. Tapir komuk
"ASSALAMUALAIKUM... YA AHLI KUBUR" ucap Jendra memberi salam kala dirinya memasuki kelas Lia. Namun netra nya, tak melihat keberadaan pacarnya di bangku tempat duduk Lia seperti biasanya.
"Waalaikumsalam... Wahai sesama ahli kubur" sahut seorang lelaki yang sedang sibuk menggambar di papan tulis. Dia Panji.
"Nji.. mana Lia?" Jendra menanyakan keberadaan pacarnya pada Panji.
Lantas Panji menghentikan kegiatannya sejenak, lelaki berambut ikal itu tiba-tiba merogoh sakunya seperti sedang mencari sesuatu. Alis Jendra bertautan bingung dengan apa yang di lakukan panji.
"Gak tau Jen, Lia kagak ada di saku gue" canda Panji setelah selesai merogoh sakunya.
"Yee kambing, di kata cewek gue permen bisa lo masukin ke dalem saku" kata Jendra sembari menepuk pundak Panji.
Si panji cuma nyengir, lantas Jendra pun melangkahkan kakinya ke setiap sudut kelas. Ternyata Lia bersama Aini sedang duduk selonjoran pada sudut bangku paling belakang sebelah kiri, dengan pandangan gadis itu tak lepas dari ponsel yang di pegang Aini. Jendra pun menghampiri dan tanpa aba-aba, kantong berisi makanan itu ia simpan di samping Lia. Sembari lelaki itu merebahkan tubuhnya dengan paha Lia menjadi bantalan kepalanya.
"Anteng banget neng, sampe pacar ganteng lo ini gak di gubris salam nya" ucap Jendra mendongak menatap Lia, meski hanya bibir plumpy gadis itu yang terlihat.
"Waalaikumsalam..udah shut, gue lagi asik nonton jangan ganggu gue dulu" timpal Lia menunduk menyuruh Jendra diam sejenak, namun yang namanya Jendra mana mau dia diam. Bisa meriang dia, kalau sehari cuma diem doang.
"Lagi nonton film apa emangnya? Fokus banget tuh muka" tanya Jendra kembali.
"Kita lagi nonton film komedi, itung-itung hilangin bayangan scene film dari si Novi" timpal Lia dengan tangan kanannya menyambar kantong plastik pemberian Jendra, lalu mengambil isinya.
Jendra baru sadar, pantesan aja dia ngerasa ada yang kurang dari lingkup pertemanan Lia. Ternyata Mak lampir satu gak ada di samping ke dua gadis itu.
"Mak lampir lo turutin, terus kemana sekarang tuh Mak lampir?" Ujar Jendra sambil bertanya.
"Tuh.. orangnya lagi tidur di bangkunya, dia sendiri yang Nge rekomendasikan tuh film. Tapi dia sendiri juga yang kena sawan, iya kan Li?" Aini ikut menimpali sambil menunjuk bangku Novi, sembari gadis itu juga berucap pada Lia dan di beri anggukan oleh temannya yang lagi asik mengunyah makanannya. Sementara Aini masih sibuk memilah bungkusan mana yang mau ia ambil pada kantong makanan Lia, sebab mereka sangat suka saling berbagi makanan.
Jendra hanya ber-Oh saja sembari mengangguk, ia terus saja memandangi wajah fokus Lia yang sedang menonton. Dengan kedua pipinya mengembung lucu sembari mengunyah makanannya, membuat Jendra terkekeh melihat pemandangan itu. Sontak ia merogoh ponsel di dalam sakunya, dan diam-diam memotret wajah Lia tanpa di ketahui gadis itu.
"Lumayan, buat takut-takutin marmut di rumah gue" gumam Jendra sembari terkekeh.
Asik melihat-lihat hasil jepretannya, suara notifikasi ponsel mengalihkan perhatian nya. Saat di cek ternyata ada telepon masuk dari teman bobrok nya. Si Arkan.
"Jen, tugas dari Bu aam suruh menggambar kumpulin hari ini"
"Umur setua ini, emang masih boleh menggambar? Gambar apaan?"
"...."
"Serah lo Jen, mau seisi dunia Lo gambar juga gue gak bakal larang, paling kalau lo dah Keos gue yang bakal bacain yasinan paling kenceng"
"Oke, thanks brother"
Jendra mematikan telepon sepihak, serta memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku. Tugas dari Bu aam ada-ada aja, beliau ini ngajar mapel kesenian. Tapi setiap pertemuan, kalau gak melukis ya menggambar. Kali-kali kek memahat patung. Jendra kan pengen coba. Sebelum mengumpul kan niat untuk belajar, nampaknya lelaki itu melamun sejenak. Ia terpikir lupa membawa alat menggambar.
"Yang, Lo bawa pensil warna gak?" Tanya Jendra pada Lia dengan kembali mendongak.
Lia menunduk dan menatap wajah Jendra sebelum menjawab, "kayanya ketinggalan deh" timpalnya.
Sebelum Jendra hendak bangun, Aini tiba-tiba menyahut "aku bawa Jen, ambil aja sana di tas" sahut nya.
"Gue pinjem bentaran, yang gue balik kelas dulu ya" ujar Jendra pada Aini sembari pamit pada Lia dan di angguki oleh gadis itu.
Jendra pun terbangun dari rebahan nya dan mulai menuju kursi Aini, yang kebetulan sebangku dengan si Novi. Ketika hendak mengambil pensil warna di dalam tas Aini, terlihat Novi tengah tidur pulas dengan komuk yang menurutnya menjijikan.
"Tapir, komuk" Jendra menahan tawanya.
Dan dengan segala ide jahil Jendra, dia pun kembali mengambil ponselnya dan memotret wajah Novi yang tertidur. Lelaki itu pun keluar dari kelas sang pacar sembari tersenyum puas setelah membawa pensil warna serta aib Novi, hari ini dia punya bahan sticker gambar komuk nya Novi buat di sebarkan ke grup teman-temannya.