NovelToon NovelToon
Selir Alam Gaib

Selir Alam Gaib

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Iblis / Kutukan / Hantu / Tumbal
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Maple_Latte

Sinopsis:
Liora, seorang gadis muda, dipaksa menjadi pengantin pengganti tanpa mengetahui siapa calon suaminya. Namun saat tirai pernikahan terbuka, ia terseret ke dalam Azzarkh, alam baka yang dikuasai kegelapan. Di sana, ia dinikahkan dengan Azrakel, Raja Azzarkh yang menakutkan, dingin, dan tanpa belas kasih.

Di dunia tempat roh jahat dihukum dengan api abadi, setiap kata dan langkah bisa membawa kematian. Bahkan sekadar menyebut kata terlarang tentang sang Raja dapat membuat kepala manusia dipenggal dan digantung di gerbang neraka.

Tertawan dalam pernikahan paksa, Liora harus menjalani Upacara Pengangkatan untuk sah menjadi selir Raja. Namun semakin lama ia berada di Azzarkh, semakin jelas bahwa takdirnya jauh lebih kelam daripada sekadar menjadi istri seorang penguasa neraka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EP: 21

Udara di lorong-lorong Pengadilan Azzarkh terasa dingin dan berat, seperti diselimuti kabut dari jiwa-jiwa yang belum sepenuhnya mati. Pilar-pilar hitam menjulang, diukir dengan simbol-simbol neraka kuno yang seolah hidup dalam cahaya merah samar.

“Putri, kau benar-benar luar biasa. Dan… kau juga sangat baik,” puji Dreya dengan mata berbinar. Suaranya menggema lembut di antara dinding batu.

Liora menoleh, tersenyum kecil. “Jangan puji aku seperti itu, Dreya. Aku jadi malu.”

Pipinya bersemu ringan, seolah sedikit warna bisa menembus pucat khas penghuni dunia bawah.

“Tapi apa yang dikatakan Dreya itu benar, Putri,” sahut Vaelis lembut. “Kau bijaksana, aku pun mengagumimu.”

Liora tertawa kecil, tapi jantungnya berdegup. Ia tak terbiasa menerima pujian. Di istana bawah, kelembutan adalah kelemahan, dan kehangatan dianggap nyaris dosa. Tapi di sisi dua dayang setianya, ia merasa seperti manusia kembali.

Langkah mereka berhenti ketika suara berat langkah-langkah mendekat. Dari pintu besar Azzarkh, Raja Azrakel keluar bersama rombongannya. Bayangannya memanjang di lantai batu, gelap dan berwibawa.

Liora dan kedua dayangnya segera menunduk dalam hormat.

Raja Azrakel berjalan dengan langkah terukur. Setiap geraknya membawa hawa yang membuat udara sekitarnya seolah membeku. Ia mengenakan jubah hitam berhiaskan rantai perak yang berkilau redup, mata hitamnya seperti jurang yang menelan cahaya.

Namun ketika ia melintas di depan Liora, langkahnya sempat melambat. Tatapannya menajam, lalu sesaat kemudian, melembut, hanya sepersekian detik, tapi cukup untuk membuat dada Liora bergetar.

Tidak ada kata yang terucap, tapi di kedalaman kesadarannya Liora mendengar gema halus seperti bisikan:

“Hari ini kau tampak berwibawa, Putri Liora.”

Pipinya memanas. Ia bahkan tak tahu apakah itu nyata atau hanya ilusi pikirannya sendiri. Tapi untuk sesaat, dunia di sekitarnya senyap, hanya ada detak jantungnya dan bayangan sang Raja yang menjauh perlahan.

“Putri Liora, kalau begitu saya pamit,” suara Kaelith memecah diam. Ia memberi hormat ringan sebelum melangkah pergi.

Liora memandangnya. Wajah Kaelith begitu sempurna, dingin, tegas, nyaris tak menyisakan sisi lembut. Mata peraknya seperti baja yang memantulkan jarak antara dirinya dan dunia.

Andai saja aku bukan selir Raja… mungkin aku akan mencoba menaruh hati padanya, pikir Liora tanpa sadar.

Namun langkah Kaelith tetap mantap, tanpa sedikit pun menoleh. Sorot matanya kosong, seolah dirinya telah meninggalkan perasaan di masa lalu.

Ia bukan pria yang bisa terguncang oleh pesona siapa pun. Ia hanya penjaga gerbang neraka, terikat oleh sumpah dan kesetiaan yang membunuh cinta.

Liora menarik napas panjang. Dingin sekali dunia ini, batinnya. Tapi saat menoleh pada Vaelis, ia menangkap sesuatu. Tatapan dayangnya itu menegang sesaat saat Kaelith lewat.

Ada luka yang bersembunyi di balik ketenangan Vaelis. Luka yang dalam, dan lama.

Ada sesuatu di antara mereka, gumam Liora pelan dalam hati.

Sesampainya di kediaman, cahaya lilin neraka bergetar di sepanjang dinding. Bayangan mereka menari di lantai batu seperti jiwa-jiwa yang resah.

“Vaelis,” panggil seorang pelayan perempuan, menunduk sopan. “Nyonya Veyra memanggilmu ke aula pelatihan.”

Vaelis menunduk, lalu berjalan pergi dengan langkah anggun. Begitu bayangannya lenyap, Liora menatap Dreya.

“Dreya,” panggilnya perlahan.

“Ya, Putri?” Dreya membungkuk ringan.

“Aku ingin menanyakan sesuatu… tentang Vaelis dan Kaelith.”

Pertanyaan itu membuat Dreya terdiam. Ia menggigit bibir, tampak ragu. Tapi Liora menatapnya dengan lembut, penuh rasa ingin tahu yang tulus.

Akhirnya Dreya menarik napas panjang, menunduk lebih dalam.

“Sebenarnya… dulu mereka adalah sepasang kekasih, Putri.”

Liora membelalak. “Kekasih?”

Dreya mengangguk pelan. “Ya. Mereka saling mencintai. Tapi segalanya berakhir ketika Kaelith diangkat menjadi Penjaga Gerbang Neraka.”

“Kenapa harus berpisah?” tanya Liora, nada suaranya meninggi sedikit. “Menjadi penjaga gerbang bukan berarti kehilangan hak untuk mencintai, bukan?”

Dreya menatap lantai, lalu menjawab lirih, “Penjaga gerbang tidak boleh mencintai siapa pun. Tidak boleh menikah. Itu peraturan lama yang dibuat oleh Raja terdahulu.”

Liora terdiam. Suasana menjadi berat. Suara api lilin terdengar seperti rintihan.

“Setelah Kaelith menerima tugas itu,” lanjut Dreya, “dia memohon pada Vaelis agar melanjutkan hidupnya. Tapi Vaelis… menolak. Ia memilih mengabdi di istana. Ia bilang, lebih baik hidup tanpa cinta daripada hidup tanpa kesetiaan.”

“Dan dayang istana pun tidak boleh menikah?” tanya Liora, meski sudah menduga jawabannya.

Dreya mengangguk lirih. “Kami semua terikat sumpah yang sama, Putri. Sumpah pengabdian, tanpa cinta, tanpa keluarga.”

Liora menatapnya lama. Hatinya bergejolak.

“Jadi… di dunia bawah ini, mereka yang berkuasa boleh mencintai, tapi mereka yang melayani harus menelan kesepian?”

Dreya tak menjawab.

Liora menggenggam gaunnya kuat-kuat. “Keadilan macam apa itu? Bahkan di dunia manusia pun, cinta masih dianggap anugerah. Tapi di sini, cinta adalah dosa.”

“Putri,” Dreya berkata pelan, “aturan itu sudah ada ribuan tahun. Tidak ada yang berani menentangnya.”

Liora menatap Dreya dengan tatapan tajam namun bergetar. “Mungkin karena tak ada yang pernah mencoba.”

Beberapa jam kemudian, Vaelis kembali dari aula. Ia tampak letih, tapi masih sempat tersenyum lembut pada Liora.

“Ada apa, Putri? Mengapa memandangku seperti itu?” tanyanya heran.

Liora tersenyum samar. “Tidak, aku hanya baru sadar, kau sangat cantik, Vaelis.”

Vaelis tersipu, wajahnya sedikit memerah. Dreya tersenyum melihatnya, tapi di mata Liora, senyum itu terasa getir.

Ia tahu kini, di balik senyum Vaelis, ada hati yang hancur oleh aturan yang tak masuk akal.

Saat malam turun, Liora duduk di balkon kamarnya. Dari kejauhan, istana Raja tampak seperti benteng dari obsidian, menjulang di tengah lautan api biru. Udara di sana dingin, tapi juga hidup.

Ia menatap langit bawah yang gelap, tanpa bintang, tanpa bulan. Dunia bawah tidak mengenal cahaya, hanya nyala api yang tak pernah padam.

“Kalau cinta adalah dosa…” bisiknya pelan, “maka biarlah aku berdosa.”

“Dreya, pernahkah kau mencintai seseorang?”

Pertanyaan itu membuat Dreya tertegun. Tangannya sedikit bergetar. “Pernah, Putri,” jawabnya akhirnya, suara nyaris tak terdengar. “Tapi cinta di dunia bawah hanya membuat orang menderita.”

“Lalu kau berhenti mencintai?”

Dreya menatapnya. Mata cokelat gelap itu menyiratkan luka lama. “Tidak, Putri. Cinta berhenti padaku.”

Liora memejamkan mata.

Semua orang di dunia bawah hidup dengan luka yang sama, mencintai sesuatu yang tak boleh mereka sentuh.

Keesokan harinya, suasana aula utama dipenuhi aroma dupa. Raja Azrakel memimpin sidang singkat, membahas disiplin para penjaga gerbang. Liora hadir di sisi kanan ruangan, berdiri di antara bangsawan neraka lain.

Ketika nama Kaelith disebut, pandangan semua orang tertuju padanya, dingin, kaku, sempurna. Ia menunduk pada Raja tanpa ekspresi.

Liora memperhatikan, dan di sudut aula, ia melihat Vaelis berdiri di antara pelayan lain. Wajahnya tegar, tapi matanya bergetar pelan ketika menatap Kaelith.

Hanya satu detik. Tapi Liora melihatnya.

Ia menatap Raja Azrakel yang duduk di singgasana batu hitam, wajahnya tak tergoyahkan, seperti dewa yang menciptakan aturan hanya untuk menonton manusia hancur karenanya.

Dan entah dari mana keberanian itu datang, Liora melangkah maju.

“Yang Mulia,” ucapnya lantang.

Aula mendadak senyap. Suara gemerisik berhenti. Semua mata memandang ke arahnya.

Raja Azrakel menatapnya tajam. “Ada apa, Putri Liora?”

Liora menegakkan bahu. “Saya ingin menanyakan sesuatu. Tentang peraturan yang melarang para penjaga dan pelayan istana untuk mencintai.”

Sorot mata Raja menajam. “Itu bukan urusanmu.”

“Justru karena bukan urusanku, aku ingin tahu kenapa,” sahut Liora mantap. “Cinta bukan kelemahan, tapi kekuatan. Jika mereka mampu mencintai, bukankah itu berarti hati mereka masih hidup?”

Beberapa bangsawan bergumam, terkejut dengan keberaniannya. Dreya dan Vaelis saling berpandangan khawatir.

Azrakel berdiri perlahan, tubuhnya menjulang. Suaranya dalam, menggetarkan ruangan.

“Cinta adalah sumber kehancuran, Putri. Di dunia bawah, kesetiaan tidak boleh dikotori oleh perasaan pribadi.”

“Kesetiaan tanpa hati hanyalah perbudakan,” balas Liora pelan. “Apakah itu yang Anda inginkan dari rakyatmu?”

Suasana menjadi tegang. Kaelith menatap lantai, seolah enggan terlibat. Vaelis menahan napas.

Azrakel melangkah turun dari singgasana, mendekati Liora. Udara di sekitar mereka terasa berat.

Ia berdiri tepat di hadapan sang Putri, mata hitamnya menembus dalam.

“Kau bicara seolah memahami dunia ini,” ujarnya dingin. “Tapi cinta… telah menelan lebih banyak jiwa daripada api neraka sendiri.”

Liora menatapnya tanpa gentar. “Mungkin karena tak ada yang berani memurnikannya.”

Senyum tipis muncul di bibir Raja, samar tapi mengerikan. “Kau berani menantang aturan dunia bawah, Putri?”

Liora menunduk hormat, tapi suaranya tegas.

“Jika aturan itu menghapus cinta… maka ya, aku akan menantangnya.”

Untuk sesaat, waktu seolah berhenti.

Tatapan mereka bertaut, dingin dan panas, seperti dua kutub yang saling menolak tapi tak bisa berpisah.

Akhirnya Raja berbalik, jubah hitamnya berayun. “Kau bicara terlalu berani untuk seseorang yang belum tahu harga dari pemberontakan.”

Liora tersenyum tipis. “Mungkin sudah waktunya seseorang membayarnya, Yang Mulia.”

Azrakel berhenti di ambang pintu, menatapnya sekali lagi sebelum pergi. “Kau akan menyesal, Liora.”

“Lebih baik menyesal karena berjuang,” balasnya pelan, “daripada menyesal karena diam.”

Ketika sidang berakhir, Dreya berlari kecil menghampiri Liora. “Putri! Kau hampir saja dihukum!”

Liora tersenyum, meski hatinya masih berdebar. “Aku tidak bisa diam, Dreya. Aturan itu harus diubah. Cinta bukan dosa.”

Vaelis menatapnya dengan mata berair. “Putri… kenapa Anda melakukan itu?”

Liora menggenggam tangannya lembut. “Karena tidak ada seorang pun yang seharusnya hidup tanpa cinta, Vaelis. Bahkan di dunia bawah.”

Dreya menunduk, menahan air mata. “Kalau begitu… kami akan ikut bersamamu, Putri.”

Liora menatap kedua dayangnya, tersenyum. Dalam hati, ia tahu jalan ini berbahaya.

Tapi api kecil sudah menyala di hatinya, api yang tak akan padam.

Jika dunia bawah menolak cinta, maka Liora sendiri yang akan mengubahnya.

Meski harus berhadapan dengan Raja Azrakel… atau dengan neraka itu sendiri.

1
Cucu Doank
liora dah mulai berubah , 😄
Cucu Doank
bagus, akhirnya keadilan di tegakkn..
Kustri
☕teman u/menulis thor
Kustri
☕💪💪💪
Lyza Yessy
bs gak ya sang raja jd bucin😁
Lyza Yessy
semangat up ya kak author 💪💪💪😊😊
Irsyad layla
tolong diperiksa lagi typonga ya thor
Lyza Yessy
aku tunggu up nya thor, semangat up nya ya thor💪💪😊
Kustri
☕semangat UP yaa
Kustri
👍👉👉👉
Kustri
hehee... kirain pengen balik ke dunia nyata, ealah malah betah

krn di dunia nyata kamu g diperhatikan, g disayang
Kustri
kira" yg diperjuangkan apa yaa🤔

apa mungkin bgmn cara'a spy kembali ke dunia sebenar'a, bgtukah thor🤭💪
Kustri
apa liora dijadikan tumbal🤔😩
Lyza Yessy
d tunggu up nya thor
Maria Mariati
hellehhhh 🤣🤣🤣
Ririn Wati
great
Ben Aben
goodddddddd......
Syifa Nabila
suka semua novel karya author
Nanda
🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟
M.S Inisial
menarik Thor, genre baru y thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!