NovelToon NovelToon
Melahirkan Anak Rahasia CEO

Melahirkan Anak Rahasia CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Single Mom / Anak Kembar
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: Nanda wistia fitri

Menginjak usia 20 tahun Arabella zivana Edward telah melalui satu malam yang kelam bersama pria asing yang tidak di kenal nya,semua itu terjadi akibat jebakan yang di buat saudara tiri dan ibu tirinya, namun siapa sangka pria asing yang menghabiskan malam dengan nya adalah seorang CEO paling kaya di kota tempat tinggal mereka. Akibat dari kesalahan itu, secara diam-diam Arabella melahirkan tiga orang anak kembar dari CEO tersebut

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nanda wistia fitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Selamat kan Anakku

Air mata terus menetes di pipinya, doa-doa lirih tak henti terucap memohon keselamatan bagi buah hatinya. Sementara itu, sopir taksi melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, membelah jalan raya yang lengang malam itu.

Tak ada sepatah kata pun terucap di sepanjang perjalanan. Hanya suara mesin mobil dan detak jantung yang berpacu dengan waktu. Dua puluh menit terasa seperti seabad, hingga akhirnya mereka tiba di rumah sakit.

Tanpa membuang waktu, sang sopir berlari masuk, berteriak meminta pertolongan. Arabella, dengan tubuh penuh darah dan langkah tertatih, tetap berusaha berjalan sendiri. Pelukannya tak pernah lepas dari bayi-bayi kecil itu.

“Dokter… tolong selamatkan anak-anakku,” suaranya parau, penuh harap, sebelum tubuhnya hampir ambruk di hadapan tim medis.

Para perawat segera mendorong ranjang darurat, membantu Arabella berbaring sambil berusaha melepaskan pelukan eratnya pada ketiga bayi mungil itu. Namun, Arabella menolak melepaskan begitu saja, tangannya gemetar tapi masih kuat menahan.

“Tenang, Bu… kami akan merawat mereka. Percayalah pada kami,” ucap salah seorang perawat lembut sambil berusaha mengambil bayi dari gendongannya.

Dengan berat hati, Arabella menyerahkan satu per satu buah hatinya. Air matanya kembali jatuh, namun sorot matanya tegas seakan berpesan: selamatkan mereka, apapun yang terjadi.

Suasana di IGD semakin tegang. Dokter muda yang menangani tampak panik melihat kondisi Arabella yang kehilangan banyak darah. “Siapkan oksigen! Hubungi dokter spesialis anak, cepat!” serunya lantang.

Tiga inkubator kecil sudah dipanaskan, perawat sigap membawa bayi-bayi itu ke dalamnya. Tangisan lirih bayi kembar terdengar, memenuhi ruangan, membuat dada Arabella terasa sesak namun sekaligus lega karena tanda mereka masih bernafas.

Sementara itu, kesadaran Arabella mulai kabur. Nafasnya tersengal, tubuhnya kian lemah. Dengan sisa tenaga, ia menggerakkan bibirnya, berbisik pelan, “Anak-anakku… bertahanlah…”

Dokter menatap layar monitor dengan wajah serius. Angka-angka vital Arabella menurun cepat. “Kita hampir kehilangan pasien ini!” teriaknya.

Di ruang IGD, suasana terus menegangkan. Darah tak berhenti mengalir, membuat para perawat berlarian menyiapkan kantong transfusi. Dokter yang memimpin penanganan sampai hampir kehilangan harapan, matanya berkaca-kaca melihat tubuh Arabella yang begitu rapuh kurus, pucat, seakan setiap tulang terlihat jelas di balik kulit tipisnya.

“Pasien kehilangan terlalu banyak darah! Cepat tambah satu kantong lagi!” serunya sambil berjuang menstabilkan kondisi Arabella.

Sementara itu, ketiga bayi kembarnya ditangani di ruangan neonatal. Dua bayi laki-laki tampak lemah namun masih menangis pelan. Tetapi bayi perempuan si bungsu terbaring diam, nyaris tanpa suara. Perawat berusaha keras memompa oksigen kecil di wajah mungilnya, berharap keajaiban datang.

“Ini bayi kembar tiga… laki-laki, laki-laki, dan satu perempuan,” ucap seorang perawat dengan suara bergetar. “Tapi mereka semua malnutrisi parah.”

Dokter mengangguk singkat, wajahnya semakin tegang. “Kita selamatkan semuanya. Jangan biarkan ada yang hilang malam ini.”

Namun, di tengah perjuangan itu, tim medis menyadari sesuatu tidak ada satupun tanda pengenal di tubuh Arabella. Tidak ada KTP, tidak ada kartu keluarga, bahkan tidak ada tas atau ponsel. Dia datang hanya dengan tubuh ringkihnya dan tiga bayi mungil di pelukan. Identitasnya menjadi misteri.

Berjam-jam berlalu. Setelah sekian kali nyaris kehilangan denyut nadi, Arabella akhirnya membuka matanya perlahan. Cahaya lampu putih menembus pandangannya yang kabur. Nafasnya masih berat, tapi ia sadar.

“Anak-anakku…” bisiknya lemah, air mata mengalir di sudut matanya.

Dokter yang mendampinginya menarik napas panjang, lega sekaligus bingung. “Ibu… tolong tenang dulu. Anda sudah melewati masa kritis. Tapi… siapa nama Anda? Kami butuh identitas Anda untuk proses administrasi…”

Arabella hanya terdiam. Bibirnya bergetar, tubuhnya menggigil, seolah ada beban berat yang tak bisa ia ungkapkan

Arabella menutup mata sejenak, menahan rasa sakit di tubuhnya yang masih lemah. Tidak… mereka tidak boleh tahu. Ayah dan ibu Catherine jika mereka tahu aku di sini, aku akan benar-benar hancur. Air matanya mengalir tanpa suara, sementara dokter menunggunya dengan penuh kesabaran.

Setelah beberapa saat, satu nama akhirnya muncul di benaknya. Leo… hanya Leo yang bisa aku percayai.

Dengan suara serak, Arabella berbisik, “Hubungi… Leo. Dia sepupuku… dari pihak ibu.”

Dokter mengangguk, lalu segera meminta perawat mencatat informasi itu untuk menghubungi Leo. Ada secercah harapan di mata Arabella, meski tubuhnya masih rapuh.

Sementara itu, jauh di kediaman keluarga Julian Edward, suasana mencekam. Julian duduk di ruang kerja megahnya dengan wajah dingin, ditemani Vania yang tampak puas seolah semuanya berjalan sesuai rencana.

“Cari Arabella. Gunakan semua cara, aku tidak peduli berapa banyak uang yang harus keluar. Dia tidak boleh ditemukan orang lain terlebih dahulu,” perintah Julian dengan suara berat.

Beberapa anak buah langsung mengangguk dan bergerak cepat. Mereka tahu konsekuensi jika gagal.

Nenek Emma yang duduk di sudut ruangan hanya bisa menghela napas panjang. Keriput di wajahnya semakin dalam, sorot matanya penuh kesedihan. Ia tahu betul cucunya, Arabella, adalah korban dari ketidakadilan yang terus menimpanya sejak Vania masuk ke keluarga ini.

Dengan suara lirih, nenek Emma bergumam, “Kalian sudah terlalu jauh menindas Arabella… dia hanya ingin hidup tenang. Tuhan, lindungilah cucuku…”

Di dua tempat yang berbeda, dua nasib saling berpacu Arabella yang berjuang mempertahankan hidup bersama bayi-bayinya, dan keluarga Julian yang berusaha menghapus jejaknya demi menjaga nama besar perusahaan

1
tia
update lebih banyak Thor
tia
lanjut dobel up thor
tia
tumben belom thor
tia
lanjut thor
tia
lanjut Thor,,, semakin seru 👍
tia
lanjut thor cerita ny bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!