Sesama Author tolong saling menghargai, dilarang mampir jika hanya skip skip saja dan baca setengah-setengah, 🙏
Sebuah pernikahan harus didasari oleh kejujuran dan rasa saling percaya, tapi apa jadinya jika seorang Suami selalu berbohong kepada Istrinya dan lebih memilih menuruti semua keinginan Orang tua serta Keluarganya dibandingkan dengan keinginan Sang Istri?
Yuni selalu berharap jika Sang Suami bisa menjadi sandaran untuk dirinya, tapi ternyata semua itu hanya menjadi angan-angannya saja, karena Hendra bahkan tidak pernah membela Yuni ketika dia dihina oleh keluarga Suaminya sendiri.
Akankah Yuni bertahan apabila keluarga Sang Suami selalu campur tangan dalam rumah tangganya?
Baca kisah selengkapnya dalam Karya saya yang berjudul 'Suamiku Boneka keluarganya'.
Mohon dukungannya untuk Karya-karya receh saya, 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rini Antika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Yuni menghela napas panjang sebelum menjawab pertanyaan Mama Meti. Dia sudah bisa menebak jika Ibu Mertuanya tersebut pasti akan memberikan sindiran pedas ketika mengetahui Yuni dan keluarga kecilnya akan pergi liburan.
"Kami mau mengajak Anak-anak pergi ke Taman bermain Ma," jawab Yuni.
"Sepertinya kamu sudah kebanyakan uang ya, makanya kamu ingin menghambur-hamburkan uang Hendra," sindir Mama Meti.
Yuni tidak mau berdebat di depan kedua Anaknya, jadi dia hanya diam meski pun pada kenyataannya semua itu tidak seperti yang Mama Meti tuduhkan.
"Ma, kalau begitu kami pamit dulu ya," ucap Yuni dengan mencium punggung tangan Mama Meti, kemudian Yuni menyuruh Denis dan Nadira mencium punggung tangan Mama Meti juga.
Pada saat Hendra ikut mencium punggung tangan Mama Meti, Mama Meti kembali angkat suara.
"Hendra memangnya kamu mau pergi ke mana pake ikut cium tangan segala?"
"Hendra mau mengantar Yuni sama Anak-anak, Ma. Sudah lama kami tidak pergi bersama," jawab Hendra.
"Tidak bisa, sekarang juga kamu harus mengantar Mama ke rumah Teman."
Hendra sebenarnya ingin sekali menolak permintaan Mama Meti, tapi dia tidak mungkin melakukan semua itu, karena Ibu kandungnya tersebut pasti akan marah.
"Yuni, maaf ya Mas tidak bisa mengantar kalian pergi ke Taman bermain. Kapan-kapan Mas pasti akan mengantar kalian," ucap Hendra dengan memberikan Nadira kepada Yuni.
Degg
Jantung Yuni rasanya berhenti berdetak mendengar perkataan Hendra. Senyuman yang mengembang pada bibirnya lenyap seketika, karena lagi lagi Hendra kembali membuatnya kecewa.
"Mas tidak perlu mengucapkan janji jika pada akhirnya Mas tidak bisa menepatinya," ucap Yuni dengan mata berkaca-kaca.
Yuni ingin sekali menangis, tapi dia berusaha tegar di depan kedua Anaknya.
"Yun, Mas benar-benar minta maaf. Mas tidak bermaksud membuat kamu kecewa," ucap Hendra dengan lirih.
Mama Meti tersenyum penuh kemenangan karena dirinya sudah berhasil mencegah Hendra ikut pergi ke Taman bermain.
Dasar perempuan kampung, jangan bermimpi bisa menguasai Anakku, karena aku tidak akan tinggal diam saja, ucap Mama Meti dalam hati.
Denis langsung menangis ketika mendengar perkataan Hendra, apalagi dia ingin sekali pergi ke Taman bermain.
"Ayah pembohong, Ayah tidak sayang kami," teriak Denis kemudian berlari ke dalam kamar.
"Denis, maafin Ayah, Nak." ucap Hendra yang tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Yuni meminta ijin kepada Hendra untuk mengajak kedua Anaknya pergi ke Taman Bermain, dan Hendra hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Hendra, sebaiknya sekarang juga kita pergi ke rumah Teman Mama," ujar Mama Meti.
Mama Meti menarik tangan Hendra yang masih diam mematung, sedangkan Hendra hanya bisa pasrah mengikuti keinginan Ibu kandungnya tersebut.
"Lagi-lagi kamu selalu membuat kami merasa kecewa Mas," gumam Yuni dengan menitikkan air mata ketika melihat kepergian Hendra, Mama Meti, dan Elsa.
Yuni menghampiri Denis yang tengah menangis di dalam kamar, kemudian Yuni memeluk tubuh Denis untuk menenangkan putra sulungnya tersebut.
"Denis sayang, Denis jangan nangis ya. Kita akan tetap pergi ke Taman bermain kok," ucap Yuni dengan mengelus lembut kepala Denis.
"Tapi Bu, Denis ingin pergi bersama Ayah juga. Denis ingin sekali mencoba naik mobil Ayah."
Yuni merasa tidak tega mendengar perkataan Denis, tapi dia terus berusaha membujuk Denis supaya mau pergi ke Taman bermain meski pun tanpa Hendra.
"Kapan-kapan kita pasti bisa pergi ke Taman bermain bersama Ayah, nanti Ibu juga bakalan minta Ayah supaya mengajak Denis jalan-jalan memakai mobilnya," ucap Yuni dengan tersenyum untuk menutupi kesedihannya.
Denis akhirnya bersedia pergi ke Taman bermain, tapi saat Yuni dan kedua Anaknya melewati ruang keluarga, langkah kaki Yuni terhenti karena mendengar perkataan Rani.
"Yuni, kalian mau pergi ke Taman bermain kan? Kalau begitu kamu sekalian bawa Bagus dan Indah gih."
Yuni menghela nafas panjang mendengar perkataan Kakak iparnya tersebut, apalagi kesabarannya menghadapi keluarga Hendra sudah benar-benar habis.
"Maaf Kak, Yuni tidak bisa mengajak Bagus dan Indah."
"Apa maksud kamu? Bisa bisanya kamu menolak permintaanku !!" teriak Rani.
"Apa Kak Rani tidak lihat kalau aku membawa dua Anak yang masih kecil? Jadi aku tidak mungkin bisa menjaga Bagus dan Indah," tutur Yuni.
"Kak Rani juga tidak ada pekerjaan kan? Kenapa bukan Kak Rani saja yang mengajak Bagus dan Indah pergi ke Taman bermain," sambung Yuni kemudian melangkahkan kakinya ke luar dari dalam rumah.
Rani begitu geram karena sekarang Yuni sudah berani melawan perintahnya, bahkan Rani terus berteriak untuk meluapkan emosinya.
"Dasar perempuan kampung, bisa bisanya kamu menolak perintahku. Lihat saja nanti, aku pasti akan mengadukan kamu kepada Mama dan Hendra," teriak Rani, tapi Yuni sama sekali tidak menghiraukannya.
......................
Pada saat Yuni dan kedua Anaknya sedang menunggu angkot di pinggir jalan, tiba-tiba sebuah mobil mewah berhenti di hadapan mereka.
Pengemudi mobil mewah tersebut tidak lain adalah Bayu, dan Bayu bergegas turun dari dalam mobilnya untuk menghampiri Yuni.
Sebenarnya diam diam Bayu meminta salah satu Anak buahnya untuk mengawasi Yuni, makanya Bayu tau jika Hendra tidak jadi pergi bersama Yuni, karena Anak buah Bayu melihat Hendra pergi bersama Mama Meti dan Elsa.
"Yuni, sedang apa kamu di sini?" tanya Bayu.
"Aku sedang menunggu angkot untuk mengajak Denis dan Dira pergi ke Taman bermain. Kamu sendiri kenapa bisa berada di sini?"
"Aku tadi kebetulan lewat. Oh iya, apa mereka berdua Malaikat kecil kamu?" tanya Bayu dengan tersenyum ketika melihat Denis dan Nadira.
"Iya Bay, ini adalah kedua Malaikat kecilku. Denis sama Dira salim dulu sama Om Bayu," ujar Yuni.
Denis dan Nadira mencium punggung tangan Bayu, lalu Bayu berjongkok untuk mengsejajarkan tubuhnya dengan Denis.
Bayu memeluk tubuh Denis serta mengelus lembut kepalanya dengan sayang, apalagi entah kenapa Bayu langsung jatuh hati ketika melihat kedua Anak Yuni.
"Jagoan boleh tidak kalau Om yang mengantar Denis, Ibu dan Dira ke Taman bermain?" tanya Bayu.
"Makasih banyak Om, tapi Denis bagaimana Ibu saja," ucap Denis dengan melihat ke arah Yuni.
"Bay, kami mendingan naik angkot saja. Kami tidak mau merepotkan kamu."
Yuni tau betul jika selama ini Denis ingin sekali naik mobil yang bagus, tapi selain Yuni tidak ingin merepotkan Bayu, dia juga harus menjaga batasan dengan lawan jenis meski pun Yuni dan Bayu sudah lama berteman.
"Yun, aku sama sekali tidak merasa direpotkan. Kemarin aku sudah bilang ingin mentraktir kamu dan Anak-anak makan. Kamu itu adalah Sahabatku, jadi Anakmu adalah Anakku juga," ucap Bayu.
*
*
Bersambung
emang agak lain pak Ibrahim ini
semangat thor
semangat thor asli kesel banget gue sama Hendra dia itu bukan bodoh lagi iiiiiiiiihhhhhhh kesel banget awas luu Hendra habis kau