NovelToon NovelToon
Anak Yang Tidak Diakui

Anak Yang Tidak Diakui

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Lari Saat Hamil / Single Mom / Anak Genius
Popularitas:146k
Nilai: 5
Nama Author: Ayumarhumah

MOHON MAAF
TAHAP REVISI
Pernikahan siri antara Nirmala Wongso dan juga Seno Aji Prakoso membuahkan hasil seorang anak laki-laki yang tidak pernah diakui oleh Seno, karena ia takut keluarga besarnya akan tahu tentang aibnya yang diam-diam menikahi gadis pelayan di club malam.

Setelah dinyatakan hamil oleh dokter Seno mulai berubah dan menyuruh Nirmala untuk menggugurkan kandungannya jika masih tetap ingin menjadi istrinya.

Namun Nirmala memilih jalan untuk mempertahankan buah hati dan meninggalkan kemewahannya bersama dengan Seno.

Penasaran?? ikuti jalan kisah Nirmala yang penuh dengan lika-liku kehidupan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35

Di dalam ruang operasi bunyi monitor terus saja berbunyi dengan nada cepat lalu melambat, membuat semua orang yang ada di ruangan seolah ikut menahan nafas. Keringat menetes di pelipis Airin, meskipun ruangan ini ber AC. Tangannya cekatan menjepit pembuluh yang robek, sementara perawat mengulurkan peralatan tanpa menunggu perintah panjang.

“Tekanan darah naik sedikit… tapi masih belum stabil!” seru salah seorang perawat.

Airin menggigit bibir bawahnya di balik masker. “Tambah dosis obat penopang! Jangan biarkan ia kehilangan kesadarannya!”

Jarum suntik kembali disuntikan ke pembuluh kecil Alula, monitor sempat mengeluarkan nada panjang. "Beeeep ....,"

Semua orang di ruangan ini dibuat syok seolah berhenti bergerak jantung mereka berdegup kencang, Airin segera melakukan tindakan cepat.

"Tidak! Kompresi dada sekarang!" perintahnya tegas, namun penuh wibawa.

Seorang asisten segera menekan dada Alula sementara Airin mulai menyiapkan alat kejut. "Clear ...!" tubuh mungil itu sedikit terangkat dengan hentakan listrik, setelah itu bunyi monitor terdepan lagi. "Beep ... beep ... beep."

Suara monitor terdengar pelan, namun itu semua mampu membuat semuanya orang yang ada di ruangan ini menghempaskan napas lega.

Airin meremas sarung tangannya sendiri, seolah memberi semangat kepada pasien dihadapannya itu. "Kau harus bertahan jangan kalah ya Dek," ucap Airin suaranya pelan sarat dengan doa.

Beberapa menit kemudian grafik di monitor sudah menunjukkan tanda stabil tapi tidak sempurna, namun masih terlihat adanya harapan.

“Luka sudah terkontrol. Selesai jahit! Segera pindahkan pasien ke ruang pemulihan intensif,” ucap Airin tegas, meski suaranya terdengar serak oleh lelah.

Pintu ruang operasi terbuka perlahan. Airin keluar lebih dulu, masih mengenakan masker, wajahnya setengah tertutup namun jelas terlihat semburat letih di matanya.

Di koridor, semua tubuh serentak beranjak dari duduknya, Nirmala langsung melangkah mendekat ke Airin menanyakan keadaan Alula.

"Nak Airin gimana kondisi Alula," ucapnya, dengan suara yang bergetar dan pipi yang sudah dipenuhi oleh air mata.

Airin menurunkan maskernya perlahan, menghela napas panjang. “Operasi berjalan lancar, perdarahan berhasil kami hentikan. Tapi…” ia berhenti sejenak, membuat semua orang menahan napas. "Kondisinya masih kritis. Alula butuh pengawasan intensif 24 jam.”

Nirmala langsung menutup wajah dengan kedua tangannya, tubuhnya gemetar menahan tangis lega sekaligus cemas.

Sementara Alaska mengepalkan tangannya lebih kuat, sorot matanya tajam tapi kini basah. Ia melirik pintu operasi, lalu berbisik lirih, “Bertahanlah, Dik… kau tidak boleh pergi sekarang.”

Sedangkan Seno terduduk lemas, pandangannya kosong. Nadira berdiri kaku di sampingnya, namun kali ini tidak ada satu kata pun keluar dari bibirnya. Yang terdengar hanyalah isakan tertahan dan suara roda brangkar yang mendorong tubuh Alula keluar, menuju ruang pemulihan.

"Anakku, kau harus kuat, Nadira ...," ucapan Seno beralih kepada istrinya. "Kau sudah puas membuat anak kami melawan maut seperti itu Ha!" kali ini amarah Seno mulai memuncak.

Nadira hanya terdiam, namun dibalik diamnya itu tangannya mengepal, tatapannya mengarah ke arah Nirmala dengan tatapan begitu sengit.

Kau tahu, semua ini gara-gara kamu, seharusnya kamu dan anakmu ini tidak usah datang di kehidupan kami!" cetus Nadira.

"Stop ... Nadira!" sentak Seno. "Jangan kau lempar kesalahan ini kepada mereka, bukannya aku sudah bilang seribu kali kalau kau mau marah ... marah saja sama aku jangan libatkan mereka, selama ini mereka sudah menghindar cukup lama," ucap Seno dengan tatapan tajamnya.

Nadira mendengus, matanya menyipit penuh amarah. “Kau selalu membelanya, Seno. Lihat akibatnya sekarang, anak kita hampir mati! Dan kau malah memihak mereka?”

Seno menoleh cepat, sorot matanya tajam menusuk. “Diam, Nadira! Jangan butakan hati dengan kebencianmu. Kalau kau masih punya hati sebagai ibu, seharusnya kau memikirkan keselamatan anakmu, bukan terus mencari kambing hitam!”

Nadira terdiam seketika, kata-kata itu seperti tamparan keras. Bibirnya bergetar, namun tak satu pun kalimat mampu keluar. Tangan yang semula mengepal kini gemetar, wajahnya pucat pasi.

Seno menarik napas panjang, lalu menutup mata sejenak. “Cukup sudah. Aku tidak ingin satu kata pun keluar lagi darimu malam ini. Fokus kita hanya satu, Alula harus selamat.”

Koridor itu mendadak hening. Hanya suara roda brankar yang semakin menjauh terdengar, membawa tubuh Alula ke ruang pemulihan.

Alaska menahan rahangnya yang mengeras, sorot matanya masih menusuk Nadira, tapi ia memilih bungkam. Nirmala menggenggam lengannya pelan, memberi isyarat agar tak lagi terpancing.

"Sudah Nak, ayo kita pergi sebentar," ucap Nirmala mengajak putranya itu sedikit menjauh dari Seno dan Nadira.

Sementara Seno terduduk dengan lemas, menundukkan kepala dengan wajah letih. Nadira hanya berdiri kaku, kedua matanya berkaca-kaca, namun penuh dengan bara yang ia sembunyikan dalam-dalam.

"Jangan bahagia dulu wanita licik," gumamnya lirih.

☘️☘️☘️☘️

Brankar berhenti di depan pintu bertuliskan Ruang Pemulihan Intensif. Dua perawat segera memindahkan tubuh Alula ke ranjang dengan hati-hati. Kabel monitor kembali dipasang, suara beep… beep… terdengar teratur namun masih rapuh.

Ruangan itu hening, hanya lampu redup dan aroma antiseptik yang menusuk hidung. Tabung oksigen berdiri di sisi ranjang, masker menutupi wajah pucat Alula. Tangan mungilnya masih dipenuhi jarum infus, kulitnya dingin saat Nirmala menggenggamnya erat.

“Ya Allah… kuatkan dia…” bisik Nirmala, air matanya menetes membasahi punggung tangan putrinya.

Alaska berdiri kaku di ujung ranjang, sorot matanya tak lepas dari grafik monitor yang naik-turun tipis. Rahangnya mengeras, tubuhnya seakan siap menerjang apa pun yang mengancam adiknya itu.

Tiba-tiba, monitor berbunyi lebih cepat. Beep… beep… beep…!

Alula menggeliat lemah, kelopak matanya bergetar seperti berusaha terbuka.

“Pasien ada respon!” seru salah satu perawat, buru-buru mendekat.

Nadira menunduk, wajahnya dekat dengan anaknya. “Nak… ini Mami… dengar suara Mami, Nak?” suaranya bergetar penuh harap.

di saat keadaan genting seperti ini, Nadira sempat merasa bersalah di dalam hatinya, hanya saja ego dan dendam dihatinya mengalahkan semuanya.

"Ayo Nak ... bangun kau harus bertahan," bisik Nirmala, untuk pertama kalinya kedua wanita itu berhadapan memberi semangat kepada seorang anak yang sedang melawan rasa sakitnya.

Akhirnya Alula membuka mata setipis garis, bibirnya bergerak samar. Nafasnya berat, tapi jelas ia mencoba berkata sesuatu.

"Mami ... Tante ...," suaranya tercekat hampir tak terdengar.

Keduanya menahan isak, Namira menggenggam tangan kanan Alula sementara Nadira duduk dengan tatapan yang menunduk.

"Nak, Mami ada di sini cepat sembuh," ucap Nadira.

Alula mengangguk, namun di balik semua itu tatapannya menuntut sebuah pertanyaan yang masih bersemayam di dalam hati. "Mi ... tolong jangan sa-kiti Tan ....," ucapnya tercekat.

Monitor kembali berbunyi tidak stabil, membuat perawat segera memeriksa kondisinya. “Tekanan darah turun lagi!” seru mereka.

“Cepat stabilkan pasien!” Airin kembali mengambil alih, suaranya tegas tapi wajahnya jelas menegang.

Nirmala menoleh ke arah Alaska, air matanya semakin deras. “Nak… gimana ini, tekanan darahnya menurun lagi.

Sementara Alaska menatap tajam, ke arah Nadira, hatinya benar-benar tidak terima jika sesuatu yang buruk terjadi terhadap Alula.

Bersambung ....

Malam ... Semoga suka ya ...

1
Bak Mis
semoga Alaska bisa memaafkan ayahnya
khadizah thea
pingin Airin dan Alaska ke jenjang nikah
Ani Basiati
lanjut thor
Bak Mis
kalau ingin hidup nya lebih baik tenang kedepan nya maafin aja
Bak Mis
akhirnya pulang selamat walaupun ada yg luka "
Bak Mis
lanjut lagi
Bak Mis
lanjut
Bak Mis
semoga berhasil dan pulang dgn selamat
Bak Mis
semoga berhasil dan balik utuh buat keluarga nya
Bak Mis
semoga slalu bahagia kalian berdua
🌸ReeN🌸
kakak mu luka alula, tolong bantu alaska
🌸ReeN🌸
semiga alaska selamat, ngrti juga kl di daerah konflik gitu ya
Ani Basiati: lanjut thor
total 2 replies
jekey
😭😭😭😭😭
juwita
jgn" ada campur tangan Sadewa tugas Alaska
🌸ReeN🌸
semangat airin, alaska pasti baik2 aja
🌸ReeN🌸
semoga gak ada apa2 ya ditempst tugasnya alaska
🌸ReeN🌸
semangat alaska....hati2 takutnya pak sadewa bertinda ke airin pas kamu gak ada
Bak Mis
kalau gitu udah nikah kan aja mereka berdua,gak usah banyak bertele "nya, entar bosan cerita nya yg itu"aja'
🅰️Rion bee 🐝
" almarhum "apa seno sudah meninggal ???
🅰️Rion bee 🐝: ouhh okey kirain beneran meninggal karna gk kuat ngadepin kenyataan 😄
total 2 replies
Les Tary
Alaska Airin semoga hub lancar jaya😄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!