Vito Bramana seorang lelaki tampan berusia 28 tahun,seorang abdi negara. Vito telah lama mengabdi pada negara dan itu adalah cita cita nya. Nindy Nugraha Seorang gadis cantik bertubuh mungil,dengan mata sipit,hidung mancung,dan bibir mungil. Nindy adalah seorang relawan,butuh perjuangan untuk bisa menjadi seorang relawan. Hingga pada akhirnya tugas mempertemukan Vito dan Nindy dan perjalanan mereka dimulai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Risti rika safitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nindy hilang
Malam ini semua orang ikut berbahagia. Mendengar kabar jika Nindy dan Vero lulus tes beasiswa diseoul. Mereka semua menguca6 selamat kepada ke dua gadis itu.
"Saya tidak menyangka nin! Kamu lulus dari ribuan peserta itu" ucap rafael tersenyum lebar
"Ah apa lagi saya dok saya juga tidak menyangka dengan semua ini" sahut Nindy
Saat ini mereka sedang duduk berkumpul diluar. Cuaca malam ini sedikit sejuk. Mungkin mau hujan.
"Jadi nanti sehabis dari sini kamu lagi terbang ke Korea?" Tanya Rafael
"Iya dok saya langsung ke sana" jawab Nindy
Entah mengapa Vito merasa senang saat Nindy akan tinggal dikorea dalam waktu yang cukup lama. Waktu mereka disini kan sudah tidak lama lagi. Hanya menunggu beberapa warga yang lagi dalam proses penyembuhan.
( Ini aku percepat ya! Biar ga lama dipapua aja alurnya!)
Mereka terus mengobrol sampai lupa waktu. Tak terasa kini jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari. Mereka langsung masuk untuk beristirahat.
Nindy yang merasa ingin buang air kecil pun langsung menuju toilet belakang. Ia pergi sendirian karena toilet nya masih berada didalam hanya saja dekat dengan pintu belakang.
Tidak Nindy sadari ternyata ada beberapa orang yang sedang mengintai dirinya. Mereka mengendap masuk ke dalam.
Ceklek!
BUGH!
Orang tersebut langsung memukul tengkuk leher Nindy. Nindy pun jatuh pingsan. Orang tersebut menggendong Nindy bak karung beras.
"Ayo cepat! Sebelum kita ketahuan!" Ucap pria tersebut
Sedangkan didalam kamar Vero mengernyitkan dahi saat tidak melihat Nindy dibelakangnya. Ia pun berpikir ah! Mungkin Nindy ketoilet. Karena sudah mengantuk Vero langsung tertidur.
\~
"Sssh" ringis Nindy
Kepalanya terasa berat dan sakit sekali. Ia membuka matanya perlahan. Suasana gelap yang ia lihat pertama kali.
"Aduh! Kepala gue sakit banget! Ini gue dimana lagi sih" oceh Nindy
KREKK!
Pintu terbuka terlihat lah diluar sana cahaya yang sudah terang ternyata ini sudah pagi.
"Kamu sudah bangun rupanya" ucap seorang pria
"Lo siapaa? Ini gue ada dimana?" Tanya Nindy
"Hahahaha kamu tidak perlu tau ini ada dimana nona cantik"ucap pria tersebut menyolek pipi gembul Nindy
"Ck! Singkirkan tangan kotor mu itu ya dari imut ku" sinis Nindy tapi tetap percaya diri
"Heh! Kau ini! Sudah tau sedang disekap masih saja percaya diri begitu!" Ucap pria tersebut kesal
"Lepaskan gue! Gue mau pulang!" Teriak Nindy
"DIAM!" Bentak pria tersebut
Nindy terdiam mendengar bentakan dari pria tersebut. Jujur saja saat mendengar bentakan atau teriakan ia akan teringat pada papa nya. Tak terasa bulir bening menetes dari mata indah nya.
"Kenapa ya! Hidup gue gini banget sih! Udah ga dianggap anak sekarang gue diculik lagi haha miris banget!" Ucap Nindy dalam hati
\~
Vero yang sejak bangun tidak melihat Nindy pun bertanya pada anak-anak. Biasanya setiap pagi Nindy akan menghampiri anak-anak untuk memberi nya makan dan obat-obatan.
"Fikri" panggil Vero
"Iya kak" jawab Fikri
"Kamu lihat kak Nindy ga?" Tanya Vero
"Engga kak! Ini aja aku nyari kak Nindy mau pamit pulang karena aku udah sembuh" ucap Fikri tersenyum
"Alhamdulillah, eh kamu pulang sama siapa?" Tanya Vero bingung
Fikri kan tidak mempunyai keluarga lagi. Lantas ia pulang dengan siapa?
"Fikri pulang bersama kami nak Vero" jawab wanita paruh baya yang tiba-tiba muncul dari belakang Fikri
"Ah! Alhamdulillah saya kira Fikri pulang sendirian" ucap Vero tersenyum lega
"Tidak nak! Mulai saat ini Fikri menjadi tanggung jawab kami. Kami sudah mengadopsi Fikri untuk menjadi anak kami. Karena saya tidak bisa hamil lagi rahim saya sudah diangkat karena terkena kanker rahim" ucap ibu-ibu tersebut
"Ibu yang sabar ya buk! Saya mewakilkan Nindy menitipkan Fikri kepada ibu dan bapak! Tolong jaga dia dengan baik! Sayangi dengan baik!" Ucap Vero kepada sepasang paruh baya tersebut
"Kamu tenang saja nak! Ibuk dan bapak akan menjaga Fikri seperti anak kami sendiri. Kami justru berterimakasih kepada nak Nindy uang yang sudah memberikan kasih sayang yang tulus untuk Fikri" sahut ibu tersebut tersenyum
Vero hanya menganggukkan kepalanya. Ia saat ini sedang memikirkan Nindy. Ck! Kemana anak itu pergi.
"Baiklah nak! Kami pamit pulang ya terimakasih untuk bantuan nya selama ini. Terimakasih sudah merawat kami semua hingga sembuh! Ini ada bingkisan kecil untuk kamu dan nak Nindy" ucap ibu tersebut sambil menyerahkan 2 buah bingkisan kepada Vero
"Terimakasih ya Bu! Seharusnya tidak perlu repot-repot begini! Ini sudah menjadi tugas kami"ucap Vero tersenyum
"Kak tolong berikan gelang ini kepada kak Nindy ya! Bilang ini dari Fikri,ini Fikri buat sendiri untuk kak Nindy. Dan ini gelang untuk kakak" ucap Fikri sambil menyerahkan 2 buah gelang
"Iya terima kasih ya! Kamu baik-baik ya! Jangan nakal okee! Nanti akan kakak sampaikan kepada kak Nindy" ucap Vero
"Nak Nindy kemana memang nya nak?" Tanya ibu tersebut
"Seperti ia sedang ada pekerjaan Bu!" Jawab vero
Ibu itu hanya menganggukkan kepalanya lalu ia pun pamit izin kepada semua orang. Kini vero berjalan mendekati sekumpulan anggota tni. Kebetulan disana ada Vito, Rafael,dan Tito. Ada juga tim relawan dan tim dokternya yang sedang berkumpul.
"Permisi" ucap Vero dengan raut cemas nya
Jujur saja ia tidak bisa menutupi rasa cemas nya saat ini. Terlebih ia tidak melihat ada Nindy disini.
"Maaf mau nanya! Ada yang lihat Nindy ga? Sejak pagi tadi saya belum bertemu Nindy" ucap Vero dengan suara yang suda bergetar
Semua orang langsung duduk tegap mendengar pertanyaan Vero. Memang sejak tadi pagi mereka tidak melihat Nindy. Mereka pikir nindy masih berada dikamar nya.
"Kamu sudah cek ke semua ruangan"? Tanya Vito
"Sudah komandan,biasanya dia pagi-pagi ketempat anak-anak kalo tidak dia bakal kedapur buat bikin sarapan. Tapi saya cek kesana tidak ada" jawab Vero
Semua orang jadi merasa khawatir saat ini. Wajah yang tidak Bahagia Karena bisa bercerita kini terlihat tegang semua.
"Cepat kerahkan semua pasukan untuk mencari Nindy!" Perintah Vito tegas
Ia dan anggota nya langsung mengambil beberapa senjata. Ia akan menyusuri hutan dan beberapa anggota nya ia minta untuk berjaga ditempat.
Para tim dokter dan relawan juga ikut membantu. Sedangkan yang wanita kini sedang menenangkan Vero yang kini menangis. Mereka semua juga merasa khawatir.
\~
"Lepaskan! Tolong! Tolongg!" Teriak Nindy
"BISA DIAM TIDAK HAH!" Bentak pria yang ditugaskan untuk menjaga Nindy
"Lepaskan aku hei! Apa kau tuli hah! Lagian kau ini siapaaa! Apa salahku kenapa kau menculikku!" Teriak Nindy marah
Plak!
Karena kesal pria tersebut menampar wajah mulus Nindy. Terlihat jelas bekas tamparan tersebut diwajah cantik Nindy. Ia menangis meratapi nasibnya.
"Diam! Atau saya akan bertindak lebih dari ini untuk membungkam mulut cerewet kamu itu!" Ucap pria tersebut dengan nada tinggi
Nindy hanya bisa menangis. Ia tidak tahu apa dosa nya kenapa kehidupan nya seperti ini. Tidak jauh dari yang nama nya kekerasan.
"Luka yang ditorehkan tuan nugraha saja masih membekas! Sekarang aku mendapatkan tamparan lagi." Ucap Nindy dalam hati
"Vero tolongin gue! Gue takut! Gue takut disini Vero" ucap Nindy dalam hati sambil menyebutkan nama Vero
\~
Vito dan anggota nya saat ini sedang menyusuri hutan. Ia ingin menepis pikiran nya saat ini namun tidak bisa. Pikiran nya seakan tertuju kepada pasukan KKB. Memang selama ini mereka tidak ada mengusik. Namun setiap malam ada anggota yang melaporkan jika pasukan tersebut terus berada disekitar bangunan tempat mereka tinggal.
"Nin! Kamu dimana? Saya harap kamu baik-baik saja" ucap Vito dalam hati
"Bagaimana? Apakah ada jejak?" Tanya Vito
"Lapor komandan, kita menemukan ini dibelakang pintu belakang" ucap salah satu anggota TNI yang tadi bertugas menyusuri sekitar bangunan
Vito mengambil gelang perak tersebut. Ia tahu ini adalah punya Nindy! Sudah dipastikan bukan jika Nindy diculik! Vito menggenggam gelang tersebut.
Lalu ia memerintahkan seluruh pasukan untuk menyusuri hutan. Dan ia juga memerintahkan untuk menangkap pasukan KKB yang mereka temui.
\~
Prang!
Gelas yang dipegang oleh Diana terlepas dan jatuh pecah dilantai. Ia memegang dadanya yang terasa berdenyut. Perasaan nya menjadi tidak enak ia memikirkan Nindy.
Tidak bisa dibohongi jika ikutan ibu dan anak itu masih ada.
"Mama kenapa ma" tanya Heni cemas
"Perasaan mama tidak enak sayang! Mama kepikiran adik kamu" jawab Diana
Heni menghela napas nya. Ia kesal jika orang tua nya kembali mengingat nindy.
"Mama ga usah mikirin dia lagi! Dia aja belum tentu mikirin mama. Bisa saja diaa disana sedang senang-senang" ucap Heni mulai mengompori
"Mama lihat ini! Ini foto nindy kan? Lihat mah! Lihat dia aja sedang asik berliburan dengan om-om hidung belang nya" ucap Heni menunjukkan foto yang mirip dengan Nindy
Diana melihat foto itu kemudian ia teringat akan ucapan Heni tentang Nindy.
"Mama mengkhawatirkan kamu! Tapi ternyata kamu disana sedang senang-senang! Baiklah mulai saat ini mama tidak akan memikirkan kamu lagi!" Ucap Diana dalam hati