Nadira Keisha Azzura pertama kali co-ass di rumah sakit ternama, harus mengalami nasib buruk di mana Bapaknya masuk UGD tanpa sepengetahuannya akibat tabrakan, lalu tak lama meninggal dan sebelumnya harus mendengar ijab kabul mengatasnamakan dirinya di kamar Bapaknya di rawat sebelum meninggal. Pernikahan itu tanpa di saksikan olehnya sehingga dia tidak mengetahui pria tersebut.
Sedangkan dia hanya memiliki seorang Bapak hingga dewasa, dia tidak mengetahui keberadaan kakak dan Ibunya. Dia di bawa pergi oleh Bapaknya karena hanya sosok pria miskin dan mereka hanya menginginkan anak laki-laki untuk penerus.
Bagaimana nasib Nadira selanjutnya? akankah dia hidup bahagia bersama suaminya? akankah Nadira bisa menerima siapa suami dan siapa yang telah menabrak Bapaknya? Akankah dia bertemu dengan keluarganya?
Yu saksikan ceritanya hanya di novel 'Suami Misteriusku ternyata seorang Dokter'
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dira.aza07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 ~ Sang Kutub Mencair
Nadira pun hanya menatap sosok wanita cantik itu tanpa berkedip hingga berlalu dari pandangannya, namun mata wanita itu terlihat sangat menyedihkan.
"Kenapa?" Tanya Ken dengan memegang punggung tangan Nadira.
"Eh iya Dok, kenapa apa?" Tanya Nadira spontan tersadar dari lamunannya.
"Kamu kenapa menatap Ibuku seperti itu?" Tanya Ken kembali.
"Tidak apa-apa Dok, saya hanya merindukan sosok Ibu yang memperhatikan anaknya seperti Ibu Dokter barusan." Nadira tertunduk menahan air matanya.
"Memangnya kamu tidak takut dengan segala ucapan Ibuku dengan nada yang seperti itu?" Tanya Ken menyelidik.
"Tidak, justru setelah tidak ada, baru aku menyadari setiap perkataannya sangat baik dan sangat mengkhawatirkan kita, meski dengan mengeluarkan kata-kata yang sangat pedas bahkan terkadang bisa menyakiti perasaan kita. Namun semua itu sangat aku rindukan," jelas Nadira dengan tertunduk.
Ken pun menatap Nadira dengan sendu, hatinya bagai tercabik saat mendengar semua itu.
"Jika kamu mau anggaplah Ibuku sebagai Ibumu, aku rela berbagi denganmu," jawab Ken mencoba menghibur Nadira.
Nadira pun memajukan kepalanya sambil menatap Ken dengan tatapan menyelidik.
"Kenapa kamu menatapku dengan seperti itu?" Tanya Ken dengan memundurkan kepalanya dengan posisi tidur menyamping.
"Aku ga salah dengar, kalau Pak Dokter ini bisa juga ngomong?" Tanya Nadira masih dengan tatapan menyelidik dan keningnya yang ditengkuk.
"Kamu ini!" Ken Menoyor kening Nadira dengan halus. "Kamu kira aku ini bisu apa?" Tanya Ken sedikit ketus.
"Ga, hanya saja Bapak ini irit bicara, ketus iya pokoknya kaya kutub aja," Nadira menjeda pembicaraannya kemudian kembali menatap Ken dengan memajukan kepalanya. "Tapi untuk sekarang kutub itu sudah mencair, hingga begitu sejuk dan tidak kaku." Nadira memundurkan kepalanya sambil tersenyum terlihat dari kedua bola matanya.
"Kau ini ada-ada saja, sudahlah, Kenapa kau memakai masker? apa kau takut tertular olehku?" Tanya Ken kembali ketus.
"Es Kutubnya mulai membeku kembali," guman Nadira dengan memutar kedua bola matanya.
"Apa kamu bilang?" Tanya Ken pura-pura tidak mendengar.
"Tidak, Bapak ini bisa tidak sih bertanya itu ya halus dikit napa?, masa iya sakit Maag bisa menular, yang benar saja Pak, saya ga bodoh," keluh Nadira dengan bete.
"Jawab saya, kenapa kamu menggunakan masker?" Tanya Ken tegas, yang menghiraukan ocehan Nadira, karena sedari tadi dia melihat Nadira tidak baik-baik saja.
"Hmm, saya flu Bapak Dokter yang ganteng, yang baik, yang pokoknya is the bestlah ketusnya," jawab Nadira yang sudah tak tahan lagi dengan Ken.
Ken hanya tersenyum dalam hati tatkala mendengar segala celotehan dari Nadira tentang dirinya. Entah kenapa dia merasa bahagia tatkala melihat muka Nadira yang bete olehnya, terlihat sangat menggemaskan di matanya.
"Saya memang sudah ganteng sejak masih berbentuk embrio," Sahut Ken penuh percaya diri.
"Uwee!" Nadira berpura-pura sebal ingin muntah.
"Kamu kenapa? Kamu tertular maag olehku?" Tanya Ken panik.
"Bapak ini ngaco mana ada maag menular, saya hanya sebal saja sama kata2 bapak. Kepedean ... mana ada embrio ganteng? idih ngarang," Protes nadira dengan mengerutkan dahinya sambil memalingkan wajahnya.
"Saya kira kamu maag, ya sudah makan obat flu sana!" Titah Ken dengan telunjuk mengarah ke meja kerjanya.
"Tidak mau nanti saya ketiduran pas jaga Bapak," tolak Nadira dengan menggidigkan bahunya tanda menolak.
"Cepat ambil di laciku!" Seru Ken masih sabar.
"Tidak nanti saya mengantuk," kilah Nadira masih menolak.
"Ambil! Apa saya perlu turun dan mengambilnya untukmu?" Kendrick mulai berbicara tegas.
"Baik pak." Nadira beranjak dari duduknya sambil memanyunkan bibirnya. "Yang mana banyak amat obatnya?" Tanya Nadira sambil membuka laci meja Ken.
"Perhatikan baik-baik masa kamu ga tahu sih!" Seru Ken tanpa di jawab oleh Nadira.
"Yang ini bukan? Soalnya saya baru tau obat ini." Nadira mengangkat obat itu tepat berada di depan mukanya sendiri.
"Ya ... itu di khususkan untuk para dokter," jelas Ken dengan posisi masih memiringkan badannya di atas kasur, dengan selang infus masih berada di tangannya.
"Wah keren." Nadira berjalan menuju tempat duduk yang berada di hadapan Ken.
"Cepat minumlah!" Seru Ken ketika Nadira telah duduk di hadapannya.
"Tapi ... jangan salahkan Nara ya jika nanti Nara tertidur." Nadira bangkit untuk mengambil air mineral dari atas nakas.
"Ya coba saja jika kau bisa," sahut Ken.
"Iya namanya obat flu pasti mengantuk bukan?" Nadira meyakinkan dirinya kemudian meminum obat tersebut.
"Cobalah!" timpal Ken singkat.
"Ehmm ... saking asiknya sampe ga sadar ada yang buka pintu," Sela Thomas yang sedari tadi mendengarkan pembicaraan Ken dan Nadira.
"Eh pak Thomas." Nadira menyapa Sambil tersenyum
Giliran ke Thomas aja dia tersenyum. Batin Ken geram.
"Ngapain Lo ke sini?" Tanya Ken ketus.
"Ya periksa Lo lah, ngapain coba?" Sahut Thomas santai.
"Kenapa ga nanti aja malam?" keluh Ken dengan memutar kedua bola matanya.
"Ha ha ha, tenang saja Ken gue cuma sebentar, kalau malam gue periksa gimana lo mau cepat sembuh? apa lo suka nginep di mari?" kelakar Thomas dengan menggelengkan kepala.
"Ih beneran aneh pak ken ini senang banget berlama-lama di rumah sakit!" sela Nadira dengan memerhatikan Dokter Thomas periksa.
"Iya karena ada kamu," lirih Ken dengan menatap Nadira.
"Maksud pak Ken?" Tanya Nadira terdengar sedikit samar.
"Iya Ken senang karena ada aku," timpal Thomas mengalihkan pembicaraan.
"APA? KALIAN?" Nadira tercengang mendengar ucapan Thomas.
"Gila lo." Ken menoyor kepala Thomas, sedangkan Thomas hanya terkekeh.
"Ga gitu jg kali Ra, Thomas aja di percaya." Ken menajamkan kedua bola matanya pada Thomas menahan emosi.
"Oh jadi bapa sudah ada gebetan? Terus kenapa ga nengok? Nanti tau aku jaga gimana? Marah dong?" Tanya rentetan Nadira.
"Ga bakalan," timpal Thomas santai sambil memeriksa Ken.
"Cepat periksa dan segera keluar," titah Ken dengan bete.
"Ha ha ha, tenang saja, kerjaan Lo yang gue handle itu banyak, so gue ga akan lama-lama di sini," sahut Thomas sambil terkekeh.
"Ok bagus, sekarang sudah selesai bukan?, cepatlah keluar!" seru Ken mengusir Thomas.
"Ha ha ha, Ok, ok." Thomas terdiam sambil tersenyum, "Jangan ketus sama Nadira bisa-bisa dia berpindah hati sama yang lain," lirih Thomas dengan berbisik, kemudian tertawa sambil berlalu, kembali Ken melayangkan tatapan tajamnya sambil tangan mengepal sempurna.
"Oh ya jangan lupa tebus obat untuk Ken," ucap Thomas berhenti sejenak sambil melirik ke arah Nadira.
"Jangan dengarkan kucing itu, kamu Tidak perlu repot-repot mengantri, biar OB yang mengambil obat ke apotek, biar aku hubungi apotek sekarang!" seru Ken yang langsung menghubungi bagian apotek.
Sontak membuat Thomas memberhentikan kembali langkahnya, kemudian menatap nyalang ke arah Ken. "Ken, lo ..., gue ampuni Lo karena Lo sedang sakit tapi tidak lain kali, dasar Patrick," cecar Thomas kembali melangkahkan kakinya keluar ruangan tersebut.
Bersambung ...