NovelToon NovelToon
Bukan Dukun Beneran

Bukan Dukun Beneran

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Mata Batin / Kumpulan Cerita Horror / Hantu
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: Gerimis Senja

_Simple Komedi horor_

Demian, seorang anak miskin yang mencoba kabur dari bibi dan pamannya malah mendapat kesialan lain. Ya.. ia bertemu dengan seorang pemuda sebayanya yang tidak masuk akal dan gila. Lantas apakah Demian akan baik-baik saja??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gerimis Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ketika Pintu di Ketuk dan Hati Terbuka

Suasana di dapur masih tegang. Demian dan Alsid nyaris tak berkedip, berdiri terpaku di depan boneka yang tersenyum diam. Aura mencekam terasa semakin pekat sejak suara misterius memanggil nama Ki Sid dari luar jendela.

Mereka sudah berspekulasi yang bukan-bukan, tentang suara yang memanggil mereka. Terang saja, selepas mereka berniat mendoakan boneka ini, suara halus itu muncul.

Tiba-tiba—

BRAK! BRAK! BRAAAK!!

Suara pintu digedor keras-keras membuat mereka melonjak ketakutan!

"AAAAK!!" teriak Demian spontan, langsung melompat ke punggung Alsid seperti tokoh kartun pengecut, atau lebih mirip seperti Tom yang ekornya di jepit perangkap tikus. Tubuh Alsid yang tak siap pun ambruk ke lantai, mengaduh dengan wajah nyaris menabrak ubin.

"WOOY! GUE BUKAN KUDAMEN!!! Turun woy! TURUN!!"

"AKU TAKUUUUT!!"

"TAKUT JANGAN NAIK KE BADAN ORANG!! NAIK HAJI AJA KEK, KAYAK TORIQ!!"

Mereka bergumul seperti anak kecil rebutan kasur, padahal pintu terus digedor dari luar.

"WOI! KALIAN BUDAK-BUDAK DUNGU!! BUKAIN PINTUUU!!!"

Suara Nehara memecah ketegangan. Mereka langsung berhenti bertengkar dengan posisi cakar-cakaran seperti kucing, kemudian saling menatap dengan wajah pucat dan rambut acak-acakan.

"N-Nehara??" Demian berbisik.

"Kenapa dia gedor-gedor gitu sih?!" gumam Alsid sambil bangkit dengan susah payah.

"Mana aku tau, emang aku dukun. Kan kamu yang dukunnya!!" balas Demian.

"Dia mau nakutin kita apa begimana dah? Suaranya kayak kuntilanak tadi!!"

"KALIAN BERDUA NGAPAIN AJA SIH DALAM RUMAH?! ADA TAMU DARI TADI TERIAK-TERIAK DI DEPAN, MALAH NGUMPET DI DAPUR!!"

Alsid dan Demian saling pandang dengan raut malu campur bingung. Mereka pun bergegas keluar dari kosan, setelah mengetahui ternyata suara ngeri yang terus memanggil tadi hanyalah tamu, bukan hantu.

Begitu membuka pintu, mereka langsung melihat sosok ibu-ibu lusuh berdiri di depan gerbang kosan. Perempuan itu tampak kurus dan kusam, mengenakan daster tua yang warnanya nyaris pudar. Di pelukannya, ia menggendong seorang anak laki-laki kecil berusia sekitar lima tahun. Kepalanya berdarah, dengan luka di pelipis yang terlihat cukup serius.

Demian spontan menahan napas.

"Astaghfirullah..."

Nehara berdiri di sisi mereka, bersedekap dengan raut kesal. Tapi jelas, ia sudah lebih dulu melihat kondisi si anak.

"Ada apa, Bu?" tanya Alsid, mendekat dengan cepat.

Ibu itu tersedu pelan, suaranya parau. "Saya... saya dengar... katanya di sini ada dukun yang bisa nyembuhin..."

Alsid tertegun.

Demian memandangi si anak kecil yang kini tampak lemas, wajahnya pucat, dan darah mulai mengering di pelipis. Tapi anak itu tak kehilangan kesadaran, ia masih merintih meski suaranya nyaris tak terdengar.

"Bu, saya ini... saya cuma dukun. DUKUN. Saya bukan dokter," ucap Alsid dengan nada gentar. "Anak Ibu ini harus dibawa ke rumah sakit. Ini pendarahan serius. Bukan gangguan jin atau setan uang terkutuk. Dia berdarah, bukan di tusuk-tusuk paku media boneka."

Air mata ibu itu makin deras. Ia menunduk dalam.

"Saya... saya tau itu. Saya tau kalau luka ini harus di bawa ke rumah sakit, bukan dukun. Tapi... saya gak punya uang... Bapak anak ini kabur ninggalin kami. Saya cuma kerja jadi buruh cuci. Hari ini saya nggak dapet upah karena baju yang saya cuci luntur. Saya bingung harus bawa anak saya ke mana..."

Demian memegang bahu Alsid. Mereka berdua menatap wanita itu dengan perasaan bercampur. Bukan karena mereka percaya si ibu benar-benar datang untuk minta 'dukun', tapi karena... si ibu sudah tak tahu lagi harus ke mana. Dia bingung, tapi tak berhenti berusaha.

"Saya dengar... dukun di sini katanya gratis..." mata ibu itu berkaca-kaca, membuat Alsid tersentak kala mendengarnya. "Saya gak tau lagi harus gimana, harus kemana. Asal itu gratis, saya akan coba. Saya gak mau menyesal karena gak berjuang buat anak saya. Apapun itu, di basuh air, atau di apakan pun, saya mohon obati dan tolong anak saya dulu. Kalau di rumah sakit, gak bawa uang tentu kami bakalan di tendang meskipun mereka adalah orang yang tepat untuk nyembuhin. Saya mohon Ki Sid, bacain doa, basuh anak saya pake air manjur itu.." ibu itu mulai terduduk di lantai teras, menunjukkan kalau ia benar-benar lelah.

"Saya cuma pengen.. hiks.. anak saya bisa sembuh..." ia berulang kali menyeka air matanya yang tak berhenti jatuh. "Walaupun lewat jalan yang aneh... saya nggak peduli... asalkan dia bisa selamat..."

Alsid menatap anak itu. Lalu ke Demian. Lalu ke Nehara.

Detik berikutnya, tanpa banyak kata, ia merogoh kantongnya, mengambil kunci mobil dari gantungan di dekat pintu.

"Bu, masuk ke mobil saya. Kita ke rumah sakit sekarang."

Perkataan Alsid membuat Demian dan Nehara tersentak dan kaget.

Ibu itu membelalakkan mata. "T-tapi... saya gak bisa bayar..."

"Nggak usah mikir biaya. Saya yang tanggung. Sekarang kita buru-buru, sebelum lukanya makin parah."

Tanpa pikir panjang, Alsid membantu ibu itu masuk ke mobil. Demian duduk di samping, sementara Nehara ikut di belakang. Mereka melaju kencang menuju rumah sakit terdekat.

Di rumah sakit, proses berlangsung cepat. Anak itu langsung ditangani oleh tim medis. Darah dibersihkan, luka dijahit, dan si kecil diberi cairan infus karena tubuhnya mulai lemas. Untung saja, tak ada pendarahan dalam. Mereka datang tepat waktu.

Demian memeluk dirinya sendiri sambil duduk di kursi tunggu. Nehara berdiri sambil memperhatikan dari balik kaca. Alsid... berjalan mondar-mandir, menunggu dokter keluar.

Beberapa saat kemudian, dokter keluar dan berkata bahwa anak itu sudah stabil. Mereka bertiga menghembuskan napas lega.

Si ibu langsung sujud syukur di lantai rumah sakit sambil menangis terisak. Ia merangkak, berjalan mendekat ke arah Alsid yang sedang berdiri tegang.

Ia menyentuh kaki Alsid, membuat Demian beranjak dari tempat duduknya, dan Nehara hendak mendekat. "Terima kasih... terima kasih... Semoga Allah membalas kebaikan kalian... Terimakasih banyak, terimakasih." ujarnya berulang-ulang sambil menangis dengan tubuh gemetaran.

Alsid ikut berjongkok dan mengusap pundak si ibu. "Terimakasih juga sudah mencari saya, saya senang.. ketika ada orang yang membutuhkan, orang itu mengingat saya terlebih dahulu. Artinya, saya adalah harapan bagi orang itu."

Ibu itu langsung memeluk Alsid. Alsid tak berkata apa-apa. Tapi matanya merah, dan seisi ruangan seketika diam.

Beberapa jam kemudian, mereka kembali ke kosan. Langit sudah mulai menggelap. Sepanjang perjalanan, tak ada satu orang pun yang bicara.

Setelah sampai, mereka duduk di ruang tengah dengan tubuh lelah. Demian yang tadinya usil, kini hanya memandangi Alsid dengan tatapan sendu.

"Ternyata... kamu orang yang baik," gumam Demian pelan.

Alsid meringis. "Gue cuma... nggak tega. Dan itu tadi, duit terakhir gue. Sekarang tabungan gue kosong gak bersisa. Biaya rumah sakit tadi lumayan mahal ternyata. Tapi gak apa-apa, nanti gue cari pasien lagi." ujarnya dengan gigi yang menyengir dan tersenyum lebar, padahal jelas tampak di matanya keraguan dan kesedihan.

Nehara ikut duduk, memeluk bantal. "Gue... bakal bantu elu promosi." ujarnya, membuat Alsid terbelalak. "Biar makin banyak yang datang berobat. Nanti gue bilangin ke ibu juga. Dia punya arisan, siapa tahu bisa bantu nyebarin. Ibu kan tukang gosip handal." Nehara tersenyum dalam kalut.

Demian menatap Alsid mantap. "Dan aku... kali ini aku bakalan bantu kamu." Lagi-lagi Alsid terbelalak. "Aku mau jadi asisten pribadi kamu. Mulai sekarang, kamu tinggal tunjuk aja, aku bantu. Mau nyiapin air putih kek, narik setan kek, apapun..." Mata Alsid berbinar mendengarnya. Ia tak percaya, Demian dan Nehara tiba-tiba saja mau menawarkan diri untuk membantunya, padahal sebelumnya enggan. "Ya... asalkan jangan suruh nyikat kamar mandi."

Alsid tersenyum lebar. "Gue gak nyangka bakal dapet temen kayak kalian. Padahal muka kalian kayak orang jahat, tapi ternyata baik juga."

"Yang mukanya kayak orang jahat, elu deh lebih cocok." timpal Nehara.

"Iya, muka dia kan kayak dukun penipu. Hehe."

Mereka bertiga terdiam sebentar, lalu sama-sama tertawa pelan.

Ternyata, dalam perjalanan mereka menjadi dukun gadungan... mereka juga mulai jadi manusia yang sungguhan.

Bersambung...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Ayo readers, jangan lupa tinggalin jejaknya biar aku tambah semangat buat nulis..

Jangan lupa like, komen dan juga vote karya aku yaaaa.....

Terimakasih banyak...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
Nurindah
suka ama karakter celin...😍😍😍
Ika Ratnasari
next... 😍😍😍
Nana Colen
tenang alsid sekarang udah tambah personil lagi pasti dibantuin... emang begitulah resikonya jd dukun alsid.
kalou gak kena pasien akan ngebalik ke yang ngobatin maka jangan main main dengan peran dukun karena itu akan kembali ke kita kalau kekuatanya lebih kuat dari kita
Nasya nindi Nasya
alur ceritanya seru. ngk bertele.. ni rekomended buat yg suka humor plus horor
Nasya nindi Nasya
apa cewek yg di bawak sma papanya alshid itu yg ngirimin soalnya kan si demian bisa lihat tatap matanya si cwek... semoga makin rame yg membaca. saolnya ceritanya seru
Ayanii Ahyana
cerita swbagus ini kenaaaapaa sepoy sihhh
Ayanii Ahyana: iyaaaaa.. kita yg srius baca jdi kpikiran endingnya
Nurindah: mungkin masih pada trauma kali kak soalnya novel sebelum2 nya ngk sampai tamat aku aja ngarep bgt untuk cerita yg ini mudah2 an bener2 sampai tamat
total 2 replies
a_
/Facepalm//Facepalm/
Nurindah
kan kan kan.... suka bgt ama alurnya pasti banyak hal lucu ntar kalau mereka selalu berinteraksi degan boneka itu apa lagi kalau ada nahera pasti tambah kocak lagi
Nana Colen
aduuuuh di alsid cari gara gara niiiih
Ayanii Ahyana
apalah si alsid ini ktanya mau bantu malah mau ngebakar 😅😅
Rizka Yuli
deg deg,an banget rasanya
semangat terus KA rimaaa, penasaran banget kelanjutan nyaa.
Nana Colen
tegang banget bacanya...
Ika Ratnasari
deg2 an... padahal bacanya siang
Nurindah
penasaran sebenarnya isi dalam boneka itu tuh jahat ngk sih..
Ayanii Ahyana
ghahaa sial banget alsid
Enigma
/Facepalm/
Rizka Yuli
seruuu banget
bikin penasaran
Nurindah
makin kesini makin seru.. ay kak semavat
Ayanii Ahyana
hhahahah ada setan lgi kahh...keren demian
Ranucha
beneran dia pke obat tdur kak /Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!