NovelToon NovelToon
Kau Lah Cinta Terakhir Ku

Kau Lah Cinta Terakhir Ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang / Matabatin / Time Travel
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Thalireya_virelune

Aku, Ghea Ardella, hanyalah seorang gadis pecinta sastra,menulis mimpi di antara bait-bait senja,
terobsesi pada harapan yang kupanggil dream,dan pada seorang pria yang kusebut my last love.

Dia, pria asal Lampung yang tak pernah kusentuh secara nyata,hanya hadir lewat layar,namun di hatiku dia hidup seperti nyata.

Aku tak tahu,apakah cinta ini bersambut,
atau hanya berlabuh pada pelabuhan kosong.

Mungkin di sana,ia sudah menggenggam tangan wanita lain,sementara aku di sini, masih menunggu,seperti puisi yang kehilangan pembacanya.

Tapi bagiku
dia tetaplah cinta terakhir,
meski mungkin hanya akan abadi
di antara kata, kiasan,
dan sunyi yang kupeluk sendiri.


Terkadang aku bertanya pada semesta, apakah dia benar takdirku?atau hanya persinggahan yang diciptakan untuk menguji hatiku?

Ada kalanya aku merasa dia adalah jawaban,
namun di sisi lain,ada bisikan yang membuatku ragu.
is he really mine, or just a beautiful illusion?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Thalireya_virelune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

dia kembali tapi bukan dengan cinta

...Yang paling menyakitkan bukanlah kehilangan semua orang,...

...melainkan kehilangan cinta terakhir...

...yang dulu kita anggap sebagai rumah tempat pulang,...

...namun kini hanya tinggal kenangan yang tak bisa disinggahi lagi....

..._Ghea Ardella...

Waktu sudah berlalu empat belas hari tanpanya.

Empat belas malam tanpa kabar, tanpa suara, tanpa tanya,tanpa perbedebatan,tanpa chat dari dia.

Setiap detik terasa lambat, seolah dunia ikut berhenti bersamaku.

Aku mencoba meyakinkan diri bahwa Reza hanya sibuk, bahwa ia masih memikirkan aku di sela-sela harinya.

Namun semakin lama, keyakinan itu memudar seperti senja yang kehilangan jingga.

Kini pertanyaan itu terus menghantui pikiranku.

Apakah Reza sudah menemukan cinta baru?

Ataukah aku hanya tinggal kenangan yang perlahan ia lupakan?

“Reza, aku kangen kamu,” gumamku pelan, nyaris tak terdengar.

Tanpa kusadari, setetes air mata jatuh membasahi pipi.

Entah kenapa, setiap kali namanya terlintas di benakku, hatiku terasa sesak seolah ada sesuatu yang hilang tapi tak pernah benar-benar aku miliki.

Aku tahu, aku bodoh.

Bodoh karena mencintai sosok laki-laki dari dunia virtual,yang bahkan tak bisa kupastikan nyata atau hanya bayangan semu dari layar kaca.

Reza nama yang dulu terasa hangat, kini jadi luka yang tak kunjung sembuh.

Orang lain mungkin akan menyebutnya hubungan yang toxic,tapi aku tak ingin menyalahkannya.Mungkin ini bukan tentang dia yang jahat,melainkan tentang aku yang sedang diuji.Tentang karma yang datang lembut tapi menyakitkan sebagai cerminan dari diriku sendiri yang pernah mempermainkan cinta orang lain.

“Kapan kamu kembali, Za?” gumamku di antara isak yang tertahan.

Suara itu nyaris tenggelam oleh hujan di luar jendela,namun hatiku tahu setiap kata yang kuucap hanya untuknya.

Air mataku jatuh satu per satu, menimpa jemariku yang dingin.

“Apakah kamu benar-benar tidak mencintaiku?”Pertanyaan itu terulang di kepalaku seperti lagu rusak yang tak pernah berhenti.

Pria asal Lampung itu… benar-benar membuatku gila.

Setiap malam, aku berusaha melupakannya tapi selalu gagal.

Namanya terus berputar di kepalaku, seperti gema yang tak mau hilang.

Tiba-tiba, sebuah notifikasi WhatsApp muncul di layar.

Hatiku langsung berdegup kencang, seolah dunia berhenti sesaat.

Satu huruf.

Satu pesan yang singkat, padat, dan jelas.

Hanya huruf “P”.

Konyol, ya?

Tapi aku menatapnya lama, seolah huruf itu bisa menjawab semua pertanyaanku.

Blokir yang dulu ia pasang kini terbuka.

Namun anehnya bukan rasa rindu yang muncul,melainkan rasa muak yang tiba-tiba menelan semuanya.

Aku biarkan beberapa menit, menunggu hatiku tenang.Namun pada akhirnya, jemariku bergerak juga.

“Ada apa?” tanyaku singkat.

Tak sampai satu menit, notifikasi itu muncul lagi.

“Olahraga yok.”

Aku mengernyit, bingung.

Olahraga? Malam-malam begini?

Apa maksudnya?

Apakah dia sedang bercanda, atau ada suatu kode di balik kata-katanya?

Tanganku gemetar kecil saat menulis balasan.

“Olahraga apa malam-malam? Olahraga tuh sore, bukan malam.”

Aku menatap pesanku sendiri, lalu menghela napas.Ada rasa aneh antara jengkel, rindu, dan rasa ingin tahu yang bercampur jadi satu.

Dia kembali setelah sekian lama menghilang,

tapi tidak dengan kata maaf.

melainkan dengan ajakan “olahraga”.

Aku tidak tahu harus tertawa atau menangis.

Yang aku tahu, hatiku kembali berdebar entah karena cinta, atau karena luka lama yang mulai terasa lagi.

Tak lama kemudian, balasan dari Reza muncul lagi di layar.

“Biasa, olahraga malam. Masa kamu gak paham? Ayok dong, udah lama gak bareng.”

Dadaku terasa sesak membaca kalimat itu.

Kini aku tahu apa yang ia maksud.

Kata “olahraga” yang ia ucapkan bukan tentang keringat dan kesehatan,

melainkan tentang dosa yang dulu pernah kami lakukan bersama.

dosa yang seharusnya sudah lama kutinggalkan.

Aku menatap pesan itu lama, jari-jariku gemetar di atas keyboard.

Bagian diriku yang dulu, yang masih lemah, sempat tergoda untuk membalas.

Namun bagian lain dari diriku berteriak, menahan, mengingatkan…

tentang luka, tentang air mata, tentang betapa hancurnya aku setelah semua itu terjadi.

Aku menatap layar ponsel dengan napas tercekat.Jari-jariku akhirnya bergerak, mengetik perlahan.

“Kapan tobatnya, Za?”

Tak butuh waktu lama, balasan darinya datang.

“Habis ini tobat, ayok, ini terakhir.”

Aku menarik napas panjang sebelum membalas pesannya.

“Kan waktu itu kamu bilang terakhir? Kok terakhir terus, Za? Kapan berakhirnya?”

Aku menatap kalimat itu cukup lama sebelum menekan tombol kirim.

Ada sedikit harapan dalam hatiku,

harap bahwa mungkin kali ini dia akan sadar… bahwa aku lelah.

Namun harapanku hancur seketika saat notifikasi itu muncul lagi.

“Kan waktu itu gak jadi. Ayok sekarang, aku kangen bentukan-nya.”

Dunia terasa berhenti sesaat.

Mataku menatap layar tanpa berkedip, dada terasa sesak.

Kata “kangen” darinya bukan lagi terdengar manis,melainkan seperti racun yang menyusup ke dalam luka lama.

Aku sadar, rasa rindunya bukan untuk hatiku,

tapi untuk sesuatu yang membuatku menyesal setiap kali aku mengingatnya.

Bagiku, Reza hanyalah tempat menaruh seluruh perasaan,

tapi baginya, aku tak lebih dari pelarian sesaat.Aku bukan cinta aku hanya pelampiasan hasrat nya saja.

Hatiku hancur.

Aku mencintainya dengan tulus,

sementara dia hanya memandangku dengan keinginan, bukan kasih.

“Kenapa, Reza?” bisikku di antara tangis.

“Kenapa kamu gak bisa lihat aku lebih dari sekadar itu?”

Aku mulai menyalahkan diriku sendiri.

"Apa karena aku kurang cantik? Kurang baik? Kurang segalanya?"

Aku akhirnya membalas pesannya dengan tangan yang gemetar.

“Aku lelah, Za, lain kali aja.”

Kupikir ia akan mengerti. Kupikir, mungkin kali ini ia akan berhenti.Tapi satu menit kemudian, notifikasi itu muncul lagi.

“Ayolah, aku kangen banget sama kamu.”

Aku terdiam.

Namun ada sesuatu yang janggal di antara kata-kata itu,nada yang bukan lagi hangat, tapi menekan.Aku bisa merasakannya,rindunya bukan karena cinta, tapi karena keinginan yang dangkal.

Aku bergumam lirih, getir.

“Kangen? Atau cuma nafsu, Za?

Bukan cinta kan, seperti yang selalu kamu bilang dulu…”

Aku mengetik pelan, mencoba menahan emosi yang mulai menumpuk.

“Besok aja.”

Tak sampai satu menit, pesannya muncul lagi.

“Ayok dong, aku maunya sekarang.”

Aku menarik napas panjang.

“Besok gak bisa?” tanyaku, berharap ia mengerti.

Tapi balasannya justru membuat dadaku terasa semakin berat.

“Gak ah, besok malas.”

Aku menatap layar ponsel cukup lama sebelum akhirnya mengetik balasan terakhir.

“Masalahnya sekarang gue yang malas.”

Aku menutup ponselku perlahan, lalu mengusap air mata yang sejak tadi jatuh tanpa henti.

Rasanya lelah bukan karena menangis, tapi karena terus berdebat dengan seseorang yang tak lagi memahami artinya cinta.

Aku kangen, iya.

Tapi aku tahu, kali ini aku harus berhenti.

Chat itu tak perlu diperpanjang lagi,karena jika semakin panjang, semakin aku tenggelam dalam luka yang sama.

Dengan langkah pelan, aku keluar dari kamar.

Udara malam terasa berbeda, lebih tenang, meski hatiku masih berantakan.

Dari arah ruang keluarga, terdengar suara tawa kecil.Mama, papa, dan Bella sedang duduk bersama, wajah mereka tampak hangat, seolah membicarakan sesuatu yang ringan.

Untuk sesaat, aku hanya berdiri di ambang pintu ,menatap mereka, dan menyadari bahwa kebahagiaan masih ada di sekitarku,

bahwa dunia tidak berhenti hanya karena satu orang pergi.

1
Maira_ThePuppetWolf
Ceritanya bikin aku merasakan banyak emosi, bagus bgt thor! 😭
Luna de queso🌙🧀
keren banget thor, aku suka karakter tokohnya!
PsychoJuno
Lanjutkan kisahnya segera ya, thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!