NovelToon NovelToon
Miracle Of Love

Miracle Of Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Romansa Fantasi
Popularitas:451
Nilai: 5
Nama Author: Yulynn

Cerita tentang Dewa dan Dewi Cinta yang awalnya saling mencintai. Mereka bertugas di alam manusia untuk menolong dan meringankan penduduk di bawah bukit cinta. Tetapi semuanya musna ketika Dewi Cinta jatuh cinta kepada manusia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulynn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 21

Asap kopi mengepul hangat di antara aku dan Sarah, menemani obrolan kami di salah satu kafe favorit. Lampu remang-remang dan alunan musik jazz lembut menciptakan suasana yang nyaman, tapi pikiranku masih berputar-putar tentang ramalan di Thailand.

"Aku beneran bingung deh, Sa. Kok bisa-bisanya ada kutukan segala. Terus utang nyawa lagi. Kayak sinetron," kataku sambil mengaduk-aduk kopiku.

Sarah mendengus. "Udah deh, nggak usah dipikirin. Itu mah cuma omongan orang iseng. Kamu jalanin aja hidupmu kayak biasanya. Sama Henry juga, jangan malah jadi aneh gara-gara ramalan itu," ujarnya sambil menepuk tanganku.

Aku mengangguk. "Iya sih, kamu bener. Tapi tetep aja kepikiran," balasku lesu.

Sarah menghela napas. "Yaudah, nggak usah dibahas lagi. Bikin pusing aja. Eh, ngomong-ngomong, beberapa hari lagi aku kebagian jadwal tour ke Bukit Cinta. Aaaaaa, males banget!" ujarnya sambil mengubah topik pembicaraan.

Aku tertawa. "Kenapa males? Kan lumayan, bisa cuci mata," godaku.

"Cuci mata apaan? Yang ada juga bikin capek. Mana jalannya nanjak lagi. Udah gitu, kamu kan tau sendiri, aku nggak suka tempat-tempat alam gitu," balas Sarah.

"Yaudah sih, terima aja. Kan udah jadwal," kataku.

"Itu dia masalahnya. Udah nyoba tukeran jadwal sama yang lain, tapi nggak ada yang mau. Kamu juga nggak bisa lagi ku mintain tolong buat gantiin," keluhnya lagi.

Mendengar kata 'Bukit Cinta', tiba-tiba aku teringat sesuatu. Henry pernah mengatakan padaku, kalau dia ingin sekali pergi ke Bukit Cinta.

"Eh, Rah... Henry pernah bilang ke aku, dia pengen ke Bukit Cinta," ujarku tiba-tiba.

Sarah menatapku dengan tatapan penuh arti. "Nah, itu dia! Kenapa nggak kamu aja yang gantiin aku? Sekalian kamu ajak Henry. Kan romantis tuh, kencan di Bukit Cinta," ujarnya sambil tersenyum jahil.

Aku terdiam sejenak, mempertimbangkan tawaran Sarah.

“Oke, deh.” Ujarku, “Besok aku coba ajak Henry.”

“Nice, sista. Ada kemajuan.” Seru Sarah sambil menepuk bahuku.

***

“Nice shoot!” seruku semangat, berusaha menyembunyikan debaran jantungku.

“Thanks,” jawabnya dengan wajah berseri-seri.

Aku memanggul tas golf dan mengikuti langkah Henry menuju ke lokasi jatuhnya bola yang baru saja dipukulnya. Jantungku berdegup kencang, menunggu waktu yang tepat untuk menyampaikan tawaran Sarah.

“Eh, Pak,” ujarku tiba-tiba, merasa canggung.

“Ada apa?” tanyanya tanpa menghentikan langkah.

“Ehm… Maren katanya penasaran dengan Bukit Cinta. Masih tertarik gak buat kesana?” tanyaku hati-hati, berusaha menyembunyikan harapanku.

Henry menghentikan langkahnya dan berbalik menghadapku. “Kebetulan aku juga mau ajak kamu kesana dalam waktu dekat ini,” ujarnya sambil tersenyum padaku.

Senyumnya itu... Sungguh menawan sekali pria di depan mataku ini. Rasanya seperti ada sengatan listrik yang menjalar ke seluruh tubuhku.

“Benarkah? Sebenarnya lusa aku gantiin tugas Sarah jadi pemandu di sana. Kalau mau, aku daftarin ke tour dan pergi bareng mobil travel,” usulku, berusaha menutupi kegugupanku.

“Tapi aku ingin dipandu secara pribadi olehmu,” tolak Henry dengan nada lembut, tapi tegas.

Perutku bergejolak, seperti ada banyak kupu-kupu yang beterbangan di dalamnya. Dia ingin pergi berduaan denganku. Seperti saat di Thailand, berduaan di sepanjang jalan, makan berduaan, jalan berduaan, ngobrol tanpa gangguan, bercanda dan menciptakan momen berdua lagi.

“Kalau begitu aku akan coba beritahu pada Sarah kalau aku gak bisa gantiin dia dan kita cari waktu lain untuk pergi,” ujarku cepat, sebelum ia berubah pikiran.

“Tidak apa, kalau kamu ada urusan pribadi boleh ijin untuk tidak menemaniku latihan,” balas Henry dengan nada pengertian, tapi matanya memancarkan sedikit kekecewaan, atau hanya perasaanku saja.

“Rissaaa….!!” Suara nyaring itu memanggil namaku dari kejauhan, membuatku tersentak kaget.

Aku dan Henry secara bersamaan menoleh ke arah sumber suara. Mataku menyipit, mencoba mengenali sosok yang memanggilku.

Dari kejauhan, tampak seorang laki-laki dengan pakaian serba putih, kaos polo dan celana selutut, berlari ke arah kami dengan langkah lebar. Penampilannya cukup mencolok di tengah lapangan golf yang hijau.

“Kenapa dia lagi?” bisikku kesal, tanpa sadar Henry mendengarnya

“Itu Brandon, kan? Yang waktu di restoran seafood?” Henry ikut berbisik, matanya mengikuti gerak-gerik Brandon yang semakin mendekat.

“Iya,” jawabku singkat.

“Kebetulan banget ketemu lagi di sini,” ujarnya dengan napas terengah-engah, wajahnya memerah karena berlari.

“Iya, kebetulan banget,” ucapku basa-basi, berusaha menghindari tatapannya.

“Main golf juga?” tanya Henry dengan nada ramah, mencoba mengalihkan perhatian Brandon.

“Kalian kok berdua?” tanyanya panik, mengabaikan pertanyaan Henry. Matanya menatap kami bergantian dengan tatapan menyelidik.

“Emang gak boleh?” ketusku, merasa risih dengan pertanyaannya.

“Kalian pacaran?” Serunya dengan mata melotot tidak percaya, suaranya meninggi.

“My caddy,” Henry memperkenalkan dengan nada datar, seolah-olah kami baru bertemu pertama kali.

“Gue tahu, caddy,” serunya lagi lebih kuat, “Tapi kalian pacaran?!”

“Jangan sembarangan, Den,” tukasku cepat, berusaha meredam emosiku. “Dia boss aku.” Rasanya ingin menjitak kepala Brandon dengan sekuat tenaga, tapi aku berusaha menahannya.

Brandon terdiam sejenak, tampak sedang mencerna situasi yang ada. “Boss lo? Elo caddy-nya? Lo kerja?” tanyanya dengan nada bingung.

“Iya, Den. Kan udah dikasih tau sedari tadi,” jawabku kesal, merasa lelah menghadapi kebodohannya.

Seketika tawanya merekah lega, membuatku semakin geram. Manusia norak di depan ini tidak bisakah kalem dikit?

“Mau main bareng?” ajak Henry datar, tapi kesannya menantang. Aku bisa merasakan aura persaingan yang mulai muncul di antara mereka.

Tiba-tiba perasaan aneh muncul melihat mereka berdua berinteraksi. Ada sedikit rasa was-was, tapi juga ada rasa penasaran.

“Gue sebenarnya masih beginner. Tapi boleh deh kalau gak keberatan gue curi ilmunya dikit,” ujar Brandon cengengesan, menunjukkan kepercayaan dirinya yang berlebihan.

“No problem,” ucap Henry singkat, tapi matanya memancarkan tatapan yang sulit diartikan.

Aku memandang kedua pria di hadapanku dengan perasaan campur aduk.

Pertandingan golf antara Henry dan Brandon dimulai. Brandon yang katanya pemula, ternyata memiliki tenaga yang luar biasa. Setiap kali dia mengayunkan stick golf, aku bisa merasakan kekuatan yang terpancar dari tubuhnya.

"Stick yang mana yang harus gue pakai, Bro?" tanya Brandon kepada Henry dengan nada santai.

Henry dengan sabar menjelaskan fungsi masing-masing stick golf dan memberikan beberapa tips dasar tentang cara memukul bola dengan benar. Aku terkejut melihat Henry begitu sabar dan telaten mengajari Brandon.

"Coba pegang sticknya kayak gini. Terus ayunin dari belakang ke depan. Jangan terlalu kencang, yang penting kena bolanya," ujar Henry sambil mempraktikkan gerakan dasar memukul bola.

Tak disangka, Brandon langsung menguasai teknik dasar yang diajarkan oleh Henry. Dia mengayunkan stick golf dengan penuh tenaga dan berhasil melakukan pukulan hebat yang tidak mungkin bisa dilakukan oleh seorang pemula.

"Wah, gila! Jauh banget pukulannya!" seru Brandon dengan nada bangga.

Aku terkejut melihat pukulan Brandon. Bola golf meluncur dengan cepat dan jauh, nyaris mencapai green.

"Lumayan. Tapi masih jauh dari sempurna," balas Henry dengan nada datar.

Untuk pertandingan yang adil, aku dilarang untuk memberikan petunjuk kepada Henry. Aku hanya boleh menonton dari kejauhan dan memberikan semangat. Aku merasa sedikit tidak tenang karena tidak menyangka Brandon bisa bermain sebagus itu.

"Aduh, kok gue jadi grogi gini sih dilihatin lo?" ujar Brandon sambil menggaruk-garuk kepalanya.

"Gak liat kamu," balasku ketus.

Pertandingan berlangsung dengan sengit. Henry dan Brandon saling bersaing untuk mendapatkan skor terbaik. Aku bisa melihat semangat kompetitif yang terpancar dari mata mereka berdua.

"Gila, lo jago juga ya main golfnya?" puji Brandon kepada Henry.

"Lumayan. Udah lama main," balas Henry merendah.

"Tapi gue yakin, bentar lagi gue bisa ngalahin lo," ujar Brandon dengan nada percaya diri.

Walaupun pada akhirnya Henry yang memenangkan pertandingan, tapi skor Brandon tidak jauh berbeda dengan skor Henry. Aku terkesan dengan kemampuan Brandon yang bisa mengimbangi permainan Henry yang sudah profesional. Sepertinya, dia bukan hanya sekadar pemula yang beruntung.

"Seru banget! Aku nggak nyangka Brandon jago juga mainnya," jawabku jujur.

"Iya, dia punya bakat alami. Tinggal diasah sedikit, pasti bisa jadi pemain profesional," ujar Henry sambil menepuk bahu Brandon.

Brandon tersenyum bangga mendengar pujian dari Henry. "Makasih, Bro. Tapi gue masih harus banyak belajar dari lo," ujarnya.

"Santai aja. Gue siap kok ngajarin lo kapan aja," balas Henry dengan nada ramah.

Aku merasa sedikit aneh melihat keakraban antara Henry dan Brandon. Sejak kapan mereka jadi sedekat ini?

Setelah pertandingan selesai, kami bertiga memutuskan untuk makan siang bersama di restoran yang ada di dekat lapangan golf. Selama makan siang, Henry dan Brandon terus bercerita tentang golf. Aku hanya mendengarkan sambil sesekali menimpali percakapan mereka.

"Eh, Carissa, lo juga suka main golf?" tanya Brandon kepadaku.

"Aku gak bisa," jawabku sambil tersenyum tipis.

"Kenapa? Kan seru main golf. Lo harus coba deh," ujar Brandon.

"Nggak ah. Aku lebih suka jadi caddy," balasku sambil melirik ke arah Henry.

Henry tersenyum mendengar jawabanku. "Rissa memang lebih cocok jadi caddy saja," ujarnya.

Aku merasa bahagia bisa membuat Henry tersenyum.

Di tengah makan siang, suasana yang tadinya hangat tiba-tiba berubah menjadi serius. Brandon, tiba-tiba mengungkit tentang Bukit Cinta.

"Eh, ngomong-ngomong, soal Bukit Cinta, gue penasaran deh. Beneran ada ya tembok kristal di sana? Atau hanya akal-akalan penduduk saja?" ujarnya sambil menatapku dengan tatapan menyelidik.

"Memang ada. Tapi aku juga nggak pernah melihatnya," jawabku singkat.

Menurut hewan-hewan yang ada di sana, tembok Kristal itu beneran ada dan letaknya jauh di bawah dari tempat rekreasi para wisatawan.

"Gue jadi pengen menjelajah sendiri deh buat nyari tembok kristal itu. Kayaknya seru," ujar Brandon dengan nada bersemangat.

Aku menggelengkan kepala. "Jangan deh, Den. Akses jalan ke sana bahaya banget. Kamu bisa kesasar," ujarku memperingatkan.

"Ah, santai aja. Gue kan jago survival. Pasti bisa lah," balas Brandon dengan nada meremehkan.

Henry yang sedari tadi menyimak percakapan kami, akhirnya menimpali dengan nada penasaran. "Maksudnya Bukit Cinta yang kita akan kesana nanti? Jiwa apa? Batu kristal apa?" tanyanya sambil menatapku dengan tatapan bingung.

Aku menceritakan secara singkat tentang Dewa dan Dewi cinta lalu jiwa yang bersemayam disana dan tembok Kristal tersebut.

"Kedengerannya menarik," ujar Henry tertarik.

Brandon yang mengetahui bahwa aku dan Henry berencana pergi ke Bukit Cinta, langsung memasang wajah bersemangat. "Eh, kalian mau kesana? Boleh ikut dong! Sekalian kita cari tembok kristalnya bareng-bareng," usulnya dengan nada penuh harap.

Aku menatap Henry dengan tatapan memohon. Aku tidak ingin Brandon ikut dengan kami. Aku ingin menghabiskan waktu berdua saja dengan Henry.

Henry tampak berpikir sejenak. "Boleh aja sih. Tapi lo harus janji, jangan bikin masalah," ujarnya kepada Brandon.

Brandon tersenyum lebar. "Siap, Bro! Gue janji bakal jadi anak baik," ujarnya.

Aku menghela napas pasrah. Sepertinya, aku tidak bisa menolak kehadiran Brandon. Aku hanya bisa berharap, dia tidak akan merusak suasana.

1
suhardi wu
ceritanya menarik, gaya bahasanya mudah dimengerti. mantap lah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!