NovelToon NovelToon
Hilang Perawan Di Malam Pesta

Hilang Perawan Di Malam Pesta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Mafia / Lari Saat Hamil / Kehidupan di Kantor / Identitas Tersembunyi
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Beby_Rexy

Setelah pesta ulang tahunnya semalam, dia terbangun di atas ranjang kamar hotel tempatnya bekerja, dalam keadaan berantakan dan juga sendirian. Masih dalam keadaan bingung, dia menemukan bercak merah di bawah tubuhnya yang menempel di alas kasur. Menyadari bahwa dirinya telah ternoda tanpa tahu siapa pelakunya, diapun mulai menyelidiki diam-diam dan merahasiakan semuanya dari teman-temannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Beby_Rexy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rico?

Kepala Ranti mendadak pening. Jadi, sebenarnya yang telah merenggut kesucian dirinya di malam itu, Noah atau Rico?

Kepala Ranti menengok ke samping, mengintip lewat sela-sela daun pohon hias tersebut. Dia memperhatikan wajah Rico dengan seksama, kemudian mencoba untuk mengingat lagi tentang kejadian malam itu. Namun, nihil, tak ada potongan ingatan yang dia temukan.

"Apa mungkin itu karena aku tidur, bukan mabuk. Orang mabuk pasti masih bisa ingat apa yang terjadi sebelumnya."

Dengan cepat Ranti bangkit dari duduknya lalu menuju mobilnya. Setelah masuk ke dalam, dia buru-buru menyalakan mesin dan pergi meninggalkan Taman Pahlawan.

Beberapa kali ponselnya berdering, tetapi Ranti tetap melajukan mobil tanpa berniat menerima panggilan yang dia tahu itu pasti telepon dari Tisya.

Ranti sedang kebingungan, kenapa dia tertimpa masalah yang begitu rumit? Selama ini hidupnya selalu baik-baik saja.

“Sial!”

Ranti memukul stir mobilnya dengan keras, rasanya kesal sekali. Jika itu Noah, mungkin jika memang benar Noah yang melecehkann dirinya, masih bisa Ranti terima. Tapi Rico? Sungguh Ranti tidak ingin merusak pertemanannya bersama Tisya.

“Tisya pasti marah, terus minta kakaknya buat pecat aku.”

“Sial! Sial Kak Rico!”

Akhirnya, Ranti menangis sambil mengemudi.

Kurang dari pukul sepuluh 10 malam, Ranti tiba di kediamannya. Pelan-pelan dia memasukkan anak kunci ke lubang pintu rumahnya lalu masuk ke dalam.

Mungkin ibunya sudah tidur, karena lampu-lampu sudah banyak yang dimatikan. Ranti pun langsung naik ke lantai dua, menuju kamar tidurnya.

Namun dia tidak tahu kalau ibunya masih belum tidur. Di dalam kamarnya, wanita paruh bayar itu sedang sibuk membaca sebuah surat yang baru dia temukan. Air mata mengalir di pipinya.

---

Pagi harinya Ranti sudah berada di dapur, sibuk membuat sarapan untuknya dan sang ibu. Tak hanya jago dalam pekerjaannya, dia juga cukup pandai memasak. Setelah mencoba berdamai dengan dirinya semalam, Ranti memutuskan untuk pura-pura tidak tahu saja dengan kejadian malam itu. Dan jika memang Rico pelakunya, meski lelaki itu telah mengaku pada dirinya, Ranti tidak akan menyusahkannya, tidak akan menuntut pertanggung jawaban. Itu dia lakukan demi Tisya, yang begitu mencintai Rico.

“Hm, harum banget, kamu bangun pagi-pagi begini emangnya nggak capek?” tanya Alya dengan senyuman, dia langsung pergi ke dapur ketika mencium wangi masakan.

Ranti tersenyum manis pada ibunya, kemudian mematikan kompornya. “Sudah selesai, Bu. Aku masak bistik ayam sama tumis brokoli kesukaan Ibu. Dan nggak, aku sama sekali nggak capek. Ibu lupa kalau anak ibu ini selalu sehat?” gurau Ranti, sambil mulai memindahkan masakannya dari atas penggorengan ke piring besar.

Ibunya tersenyum lagi, kemudian duduk di kursi makan. “Kamu itu kelihatannya sudah cocok banget kalau jadi istri, lho. Pinter cari uang, pinter masak, ih laki-laki mana yang nolak coba.”

Ranti melirik ibunya sambil menuangkan nasi ke atas piringnya. “Apa sih, Bu. Aku masih belum mau nikah,” sahutnya, berusaha santai. Padahal hatinya sedikit tercubit, menikah? Dia saja sudah tidak suci lagi, memangnya ada laki-laki tulus yang mau menerima?

“Umur kamu itu sudah 24, lho. Ibu juga penginnya nimang cucu, Ran. Masa Jeng Gadis duluan yang nimang cucu, padahal kalau dilihat dari umur lebih tua Ibu dari dia,” keluh Alya.

“Ya, kalau gitu nanti Ibu ikutan nimang cucunya Tante Mutia aja, hehe,” canda Ranti, sambil menyuap sarapannya.

Menanggapi itu, Alya tersenyum masam. “Kamu mah gitu, nggak kasihan sama Ibu apa.”

Ranti mengernyitkan kedua alisnya, ada yang aneh dengan sikap ibunya. Tumben sekali bersikap kekanakan seperti itu.

“Bu, lagian aku mana punya pacar, mau nikah sama siapa coba?”

Tiba-tiba wajah Alya berubah cerah. “Ibu punya kenalan, nanti ibu kenalin, ya!”

Hah?!

---

Setelah berpamitan dengan ibunya, Ranti kini berkendara menuju hotel. Untuk sesaat dirinya masih merasakan hal yang berbeda dari sikap Alya.

“Biasanya juga Ibu nggak pernah bahas-bahas beginian, pengin nimang cucu segala,” keluh Ranti sambil terus fokus mengemudi.

“Lagian Ibu punya kenalan siapa, sih? Perasaan Ibu Cuma punya teman di circle arisan doang.”

“Kalau Ibu beneran jodohin aku, memangnya cowok itu mau sama aku yang udah rusak begini?”

“Huft… belum kelar juga masalah satu udah ada lagi masalah lain.”

Pukul sembilan lewat sepuluh menit Ranti berhenti di lampu merah, lokasinya di persimpangan menuju hotel dan Taman Pahlawan. Ranti menengok ke arah jalan sebelah kanan, lalu teringat pada kejadian semalam. Seolah tersadar dari lamunan, dia baru ingat kalau sejak malam ponselnya dalam keadaan mati dan lupa dia nyalakan hingga sekarang.

“Astaga, mana handphone-ku?” Ranti meraih tas kerjanya di kursi samping, kemudian mulai merogoh isinya.

“Pasti Tisya marah karena nggak aku kabarin dari semalam.”

Karena pikirannya yang kalut semalam, Ranti sengaja mematikan ponselnya, karena benar-benar sedang tidak dalam suasana hati yang baik untuk berbicara dengan Tisya. Syukurnya, pagi ini dia sudah lebih baik setelah mencoba menerima keadaannya.

Di saat dirinya sudah menemukan benda pipih itu, langsung saja dia nyalakan. Namun, di saat bersamaan dia kejutkan oleh kemunculan seseorang yang tiba-tiba membuka pintu mobil kirinya.

“Aaakkhh!” Ranti berteriak keras sampai-sampai ponselnya terlepas dari pegangan dan menjatuhi kedua kakinya.

Namun lelaki itu masuk begitu saja dan malah duduk dengan santai. Kemudian, menutup pintu sambil tersenyum angkuh ke arah Ranti.

“Jalan!”

1
aleena
Ranti diem kataa Arion jangan bikin suasana jadi keru

huh emang plot twist
aleena
ya memang rumiit
jika sekeluarga demanding harta dan martabat
aleena
gugup rasanya mau menghilang saja
aleena
Susah menaklukan Ranti
sampai harus merekrut semua Teman
😃😃 semangaat bang Arion semoga ranti cepet jinak
nonoyy
cuma kekasih pura2 👍😁
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
aleena
begitu banyak prduga
aleena
Arion kamu masi saja mengelak
sampai kapan
aleena
/Curse//Curse//Curse/kamu kena jebak
/Determined/
semangat ranti
pasti ada Alasan dibalik semua itu,, hemm
mungkkn Arion Akan terus memintamu sebagai kekasih sungguhan
aleena
hemm
kenapa gak di iklanin aja di novel sebelah yg sudah banyak pengikutnya
Kan Makin seruu ni
Beby_Rexy: Hehe, makasih ya Kak, sarannya.. Aku masih belum sempat promosi /Grin/
total 1 replies
aleena
masih binging ya
sebentar lgi pasti tau siapa pelakunya
semangaat Ranti
aleena
seru seru
alur cerita yg bagus
aleena
semoga keluarga Ranti selamat dari kejaaran psicopat kaya sofia
aleena
keluarga kejam, bukan terbaik untk anak justru hanya mementingkan efonya sendiri
aleena
ahahaha jedag jedug tuh jantung
berarti pelakunya adalah Arion fix
aleena
klo Hamil gak ada bpk
berarti anak genderuwo/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
aleena
ahhaha
Jadi bener Arion yg bermalam sama Ranti, pasti manusia kutub itu tersinggung sebab dikatai Gay,
makanya dia langsung membuktikan pada ranti klo dia bukan Gay/Joyful//Joyful/
aleena
nah mau bilang ketemen temen malu karna itu aib,
gak bilang juga binging, semanga Ranti semoga segera hamil agar tau siapa pelakunya
aleena
nah siapa pelakunyaq
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!