Nadeo Gibran Erlangga berniat untuk melamar Arzela Kayzel Atharva, yang selama ini dia klaim sebagai jodohnya.
Namun Nadeo terpaksa harus mengubur impiannya itu demi membalas budi pada keluarga yang sudah merawat dan membesarkannya selama ini.
Nadeo harus menikah dengan Sabrina Eleazar menggantikan sang adik yang kabur di hari pernikahannya.
Arzela hancur dan patah hati, namun ia harus tetap mengikhlaskan cinta pertamanya itu menikahi Sabrina yang tak lain adalah sahabatnya sendiri.
Akankah Nadeo bertahan dengan pernikahannya setelah tahu kebenaran yang selama ini tersembunyi?
Ataukah justru takdir mempersatukan Nadeo dan Arzela kembali?
Sekuel Belenggu Cinta Pria Beristri
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kikan dwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 29
"Maksud Kamu apa, Mas?"
"Kamu pikirkan sendiri!"
Elang pergi meninggalkan Harleya yang mematung di tempatnya. Berbagai kekhawatiran mulai memenuhi pikirannya. Namun Harleya memilih untuk mengabaikannya.
"Mas Elang gak mungkin macam-macam."
Wanita itu membiarkan Elang pergi tanpa berniat untuk mengejarnya. Harleya memilih untuk kembali fokus mencari cara untuk mendekati Nadeo.
"Kamu mau ke mana, Tala?" Tanya Harleya. Wanita itu memicingkan matanya saat memperhatikan penampilan putranya yang sudah terlihat rapi.
"Memangnya Daddy gak ngajak Mommy?" Tanya Gentala sambil mengernyitkan keningnya.
Harleya menggelengkan kepalanya, ia baru ingat penampilan suaminya pun tampak rapi saat keluar dari rumah beberapa waktu lalu.
"Nggak, memangnya kalian mau ke mana?" Tanya Harleya penasaran.
"Kita mau ke rumah Arzela. Hari ini Arzela dan Kak Deo bertunangan."
"Apa? Arzela dan Nadeo bertunangan?" Harleya tidak bisa menyembunyikan wajah terkejutnya.
Ada rasa kesal dan marah saat Harleya mengetahui jika Arzela dan Nadeo akan bertunangan. Ia kesal karena dirinya tidak mengetahui apa pun, padahal mereka adalah saudaranya. Dan ia juga kecewa karena mereka seperti tertawa di atas penderitaannya.
"Iya. Mereka bertunangan hari ini."
"Apa mereka sudah tidak menganggapku keluarga? Bisa-bisanya tidak ada yang memberitahuku," kesal Harleya sambil mengepalkan tangannya.
Harleya merasa dicurangi, ia baru saja kehilangan sahamnya. Dan itu gara-gara Nadeo berpisah dengan Sabrina. Sementara Nadeo sendiri justru bahagia karena bisa kembali dengan gadis pujaan hatinya.
"𝘐𝘯𝘪 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘥𝘪𝘣𝘪𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯, 𝘴𝘦𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘢𝘬𝘶 𝘬𝘦𝘩𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘨𝘢𝘭𝘢𝘯𝘺𝘢, 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘪𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘣𝘢𝘩𝘢𝘨𝘪𝘢 𝘣𝘦𝘨𝘪𝘵𝘶 𝘴𝘢𝘫𝘢. 𝘚𝘦𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬𝘯𝘺𝘢, 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘺𝘢𝘳 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘩𝘢𝘳𝘨𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘵𝘪𝘮𝘱𝘢𝘭," 𝘣𝘢𝘵𝘪𝘯 𝘏𝘢𝘳𝘭𝘦𝘺𝘢.
Harleya sudah memiliki rencana, ia akan membuat Nadeo merasa bersalah padanya dan nantinya ia akan memanfaatkan rasa bersalah Nadeo untuk meminta apa yang dia inginkan.
"Mungkin karena mereka takut Mommy buat kerusuhan, makanya gak ngasih tahu Mommy," celetuk Gentala.
Harleya melotot pada putranya. Secara tidak langsung Gentala sendiri menganggap mommy-nya itu biang kerusuhan.
"Kamu tunggu di sini, mommy siap-siap sebentar."
...----------------...
"Mommy gak bisa seenaknya ngusir kita dari sini!"
Sabrina mulai kehilangan kesabarannya, ia tidak terima karena Dania seenaknya saja mengusirnya dan Rako.
"Kenapa? Ini rumahku," ucap Dania. "Aku yang berhak memutuskan."
Dania sesekali menekan dadanya yang terasa semakin berdenyut. Namun Dania mencoba tetap kuat, ia tidak ingin menunjukkan rasa sakitnya di depan kedua orang pengkhianat ini.
"Tapi ini rumahku juga. Aku yakin Daddy Arman mewariskan rumah ini untukku," ucap Sabrina dengan yakin. Karena Sabrina adalah putri satu-satunya Dania dan Arman.
"Haaa... haa...." Tawa Dania pecah. Di tengah-tengah rasa sakitnya, ia bersyukur tidak lupa caranya tertawa. Dania bahkan tertawa lepas, menertawakan kebodohan putrinya.
"Kenapa Mommy tertawa?"
Sabrina sedikit bingung karena Dania seperti menertawakannya. Sementara Rako, pria tidak tahu diri itu sejak tadi hanya diam sambil menundukkan kepalanya. Rako seolah paham apa yang tengah Dania tertawakan.
"Tentu saja, aku menertawakan kebodohanmu," ucap Dania dengan seringai tipis di wajahnya. "Asal Kamu tahu, Sabrina. Arman tidak meninggalkan sepeserpun peninggalannya untukmu. Aku yang membangun rumah ini. Mobil dan barang-barang mewah lainnya pun aku yang membelinya dengan uangku sendiri."
Sabrina terperangah sambil menggelengkan kepalanya. Ia tidak percaya dengan apa yang baru saja Dania katakan. "Tidak mungkin," ucapnya sangat lirih.
"Apa yang tidak mungkin? Semua itu memang kenyataannya." Dania mempertegas ucapannya. "Kalau Kamu tidak percaya, tanyakan pada Rako."
Sabrina menatap Rako dengan tatapan penuh tanya. Ia berharap apa yang Dania katakan hanyalah omong kosong karena tidak terima dengan pengkhianatan yang ia lakukan.
Namun diamnya Rako semakin mempertegas jika ucapan Dania bukanlah sekedar omong kosong saja. Rako yang tidak mengatakan apa pun membuat Sabrina semakin takut, ia tidak ingin hidup susah andai pun terusir dari rumah ini.
"Baiklah, jika Mommy mengusir ku, aku akan keluar dari rumah ini. Hanya dengan keluar dari rumah ini, tidak akan membuatku dan Daddy susah," ucapnya dengan sudut bibir yang sedikit terangkat. "Daddy Rako masih memiliki perusahaan, aku yakin Daddy akan mudah membangun rumah seperti ini."
Lagi-lagi Dania terbahak, namun wanita itu sedikit meringis karena tawanya membuat dadanya semakin nyeri. Dania menghela napasnya lalu menghembuskannya perlahan.
"Dania, Kamu tidak apa-apa?"
Tidak bisa Rako pungkiri, masih ada rasa khawatir saat melihat istrinya meringis seperti tengah menahan sakit. Sebenarnya Rako sangat mencintai Dania, hanya saja ia tidak bisa menyalurkan hasratnya pada Dania karena sakit yang di derita istrinya itu.
Rako tidak ingin menuntut Dania untuk melayaninya, karena sejak awal Rako sudah menerima keadaan Dania tanpa harus melakukan hubungan ranjang.
Namun sebagai seorang pria normal, Rako sangat sulit menahan godaannya. Apalagi tinggal satu rumah dengan anak tirinya yang setiap hari berpakaian terbuka. Membuat kesetiaan Rako mulai goyah, dan pada akhirnya ia dikalahkan oleh nafsunya sendiri.
"Kamu tidak usah pura-pura khawatir, Rako. Kamu jahat, aku sangat membencimu."
Rako menggelengkan kepalanya, ia tidak sanggup melihat kilat kebencian di mata Dania. Sungguh, bukan ini yang Rako inginkan. Hatinya pun sangat sakit melihat kekecewaan yang tergambar begitu jelas di mata sang istri.
"Aku benar-benar mengkhawatirkan mu, Dania."
"Kalau Kamu benar-benar mengkhawatirkan ku, pergilah dari sini. Jangan pernah menampakkan diri lagi di hadapan ku."
Rako menggelengkan kepalanya, ia tidak pergi dari sisi Dania. Ia tidak perduli dengan penolakan Dania, Rako hanya khawatir dengan Dania yang semakin pucat.
"Sudahlah, Dad. Mommy ingin kita pergi."
Sabrina menghentikan Rako yang ingin menghampiri Dania. Sabrina sangat kesal karena Rako terlihat begitu mengkhawatirkan Mommy-nya. Padahal Mommy-nya itu sudah jelas-jelas mengusirnya.
Sabrina menggandeng tangan Rako lalu melangkahkan kakinya keluar dari rumah Dania. Namun ucapan Dania berhasil menghentikan langkah keduanya.
"Rako, mulai besok, Kamu tidak perlu datang lagi ke perusahaan. Kamu aku pecat!"
Sabrina membalikkan tubuhnya, matanya menatap nyalang Dania dengan penuh permusuhan.
"Apa maksud Mommy memecat Daddy? Itu perusahaan Daddy, Mommy tidak berhak melakukan itu."
Dania sebenarnya ingin terbahak namun ia tidak memiliki kekuatan lagi. Dadanya semakin sesak, napasnya kian tersengal. Dengan kekuatan terakhirnya Dania mencoba membungkam mulut putri kurang ajarnya itu.
"Aku sangat berhak," ucap Dania penuh penekanan. "Perusahaan itu milikku, Rako hanyalah seorang supir yang sangat aku percayai untuk membantuku, bahkan aku jadikan dia suami karena ketulusannya."
Ada kegetiran dalam setiap kata yang Dania ucapkan. Mengingat Rako yang dulu begitu tulus menerimanya. Dania tidak perduli walaupun Rako hanyalah seorang supir. Dania mencintai Rako begitupun sebaliknya.
"𝘔𝘢𝘢𝘧𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘋𝘢𝘯𝘪𝘢," 𝘣𝘢𝘵𝘪𝘯 𝘙𝘢𝘬𝘰. 𝘛𝘢𝘯𝘱𝘢 𝘪𝘢 𝘴𝘢𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘴𝘦𝘵𝘦𝘵𝘦𝘴 𝘢𝘪𝘳 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘴𝘶𝘥𝘶𝘵 𝘮𝘢𝘵𝘢𝘯𝘺𝘢.
"Tidak mungkin!"
Sabrina semakin shock dengan kenyataan yang baru saja ia ketahui. Ia terlalu muda saat Mommy-nya menikah dengan Rako. Usianya masih belasan, dan bisa dibilang Sabrina tidak terlalu perduli dengan urusan Mommy-nya kala itu.
Brugh
"SABRINA!"
Sabrina kehilangan kesadarannya, ia tidak sanggup menerima kenyataan. Entah akan seperti apa hidup dia kedepannya. Yang pasti, Dania tidak akan pernah menerimanya lagi, walaupun Sabrina putri kandungnya sekalipun.
𝘛𝘰 𝘣𝘦 𝘤𝘰𝘯𝘵𝘪𝘯𝘶𝘦𝘥
eeehhh....tp kya'nya dia knal y???
td mah biarin aj mati bundir dari pd jahat
Siapa ya kira2 /Slight/
udh nykitin bnyk orng,trmsuk emaknya sndri....tp msih aja ngeyel....bkannya sdar,mlah mkin gila aja....tp ykin bgt kl orng jht,tar jg blik k dia sndri....
Btw....slmt buat pngntin baru....tp mp'ny udh dluan y....🤭🤭🤭