Dunia Tati hancur, ketika suami yang sangat dia cintai, yang dia harapkan bisa menjaganya, melindunginya. Malah menjualnya ke pria lain. Sedang suaminya sendiri malah selingkuh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irawan Hadi Mm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 8
Talita menarik Temmy keluar dari kamar mandi. Karena kalau dibiarkan, suaminya bisa saja menghabisi Junet karena emosi. Dan akhirnya tidak akan baik juga untuk mereka.
"Kami tidak mau dengar alasan mu, Jun!" sentak Talita ketus.
"Mah, lepas! Papa belum puas menghajar pria sialan itu, mah!" sungut Temmy.
"Jangan habiskan waktu papa untuk merusak wajahnya yang sudah jelek, buruk seperti tingkahnya, pah! Kita tunggu dia di depan. Kita perlu mendengar penjelasannya. Kemana putri kita pergi! Dia pasti tau Tati pergi kemana, pah!" ucap Talita.
"Mama benar, lebih baik papa menghemat tenaga untuk mencari putri tunggal kita!" timpal Temmy dengan perasaan yang jauh lebih tenang.
Ya, keduanya memang sudah terlihat lelah. Tapi masih berusaha saling mengingatkan dan saling menguatkan.
"Gimana om, tante?" tanya Josep, yang sangat penasaran setelah melihat Talita dan Temmy keluar dari kamar mandi.
Josep melongo ke dalam kamar mandi untuk sesaat, lalu netranya kembali fokus pada Temmy.
"Udah puas main samsak tinjunya, om? harusnya lebih lama lagi om, biar itu samsak babak belur!" imbuh Josep dengan mengerdikkan dagunya.
"Josep, jangan pancing lagi om kamu!" kata Talita yang tidak mau sampai suaminya kembali emosi lagi.
"Bercanda Tante! Apa om dan tante sudah menemukan jawabannya? Kemana Tati pergi?" tanya Josep, mengikuti ke duanya.
Sementara di dalam kamar mandi.
Monika menatap sinis Junet yang meringis kesakitan di lantai, 'Mam pus kamu Jun, siapa suruh mendorong ku! Aku gak ikhlas, kau mengakhiri penya tuan kita yang lagi enak-enaknya dengan cara kasar mu itu! Harga diri ku jatuh sekali sebagai teman ranjang. Tapi kita sedang tidak melakukan nya di ranjang… apa pun itu lah. Aku gak ikhlas kau mendorong ku! Lutut ku yang mulus pasti terluka.' batin Monika.
Monika mengulurkan tangannya di depan wajah Junet, saat pria itu kesulitan untuk beranjak dari duduknya.
Namun Junet terlihat kesal pada Monika.
"Puas kau melihat tua bangka itu menghajar ku hah!" sentak Junet, dengan sorot mata tajam pada Monika.
Dengan tatapan mengejek Junet, Monika menarik pria itu hingga bangkit dari posisinya.
"Siapa suruh kau melepas penya tuan kita!" ucapnya gak kenal malu. Wanita itu benar-benar tidak warass.
"Dasar sinting! Setelah mereka pergi! Kita bisa lanjutkan! Aku akan membalas mu dengan kepuasan. Ku buat kamu gak bisa turun dari ranjang!" seru Junet dengan tatapan mengancam.
Grap.
Tanpa ragu, Monika mera patkan tubuhnya pada lengan Junet. Lalu berbisik di depan wajah sang kekasih dengan suara mende sah, di dukung dengan tatapan menggodanya.
"Silahkan, akuh tunggu dengan senang hati!" kata Monika dengan nada mendesahhh.
Junet menelan salivanya dengan sulit, 'Sialan, godaan iblis betina benar benar menggun cang bira hi!'
Junet menyambar, lalu melu mat bibir na kal Monika dengan rakus.
Dua manusia itu emang otaknya sudah rusak, diluar mertuanya masih menunggu dengan kesal. Dia masih sempat-sempatnya melanjutkan apa yang tertunda. Tidak warass!
'Kamu akan hancur sehancur hancurnya, Tati. Suami yang kau cintai, jatuh dalam pelukan ku. Dan kamu berakhir di ranjang pria lain. Aku akan selalu unggul dari mu.' pikir Monika dengan tatapan puas, melihat ketidak relaan Junet saat meninggalkannya di dalam kamar mandi.
Brug.
'Aku harus cari alasan yang tepat, agar kedua tua bangka itu percaya dengan alasan ku!' pikir Junet, sebelum berbalik badan, usai menutup rapat pintu kamar mandi.
"Dasar menantu tidak berguna! Begini balasan mu pada putri ku, hah! Bisa bisanya kau bermain gila dengan wanita dajal! Wanita yang jauh lebih jelek dari, lebih buruk dari Tati! Harusnya kamu bersyukur bisa di cintai putri ku!" gerutu Talita, dengan tatapan jijik melihat punggung Junet dipenuhi cakaran, sisa permainan gilanya dengan Monika.
Junet mengepalkan tangannya erat, 'Sabar Junet, ingat harta warisan tua bangka akan menjadi milik mu! Tati sudah berhasil kau singkirkan dari hidup mu, sekarang tinggal waktu yang tepat untuk tua bangka ini!'
"Jangan bicara begitu mama mertua! Aku bisa jelaskan, ini hanya kesalah pahaman. Ada yang dengan sengaja mencam pur minuman ku dengan obat. A…"
Bugh.
Bugh.
Bugh.
Tanpa di ketahui Junet, Temmy menerjang dari belakang, menjatuhkannya hingga ke lantai. Lalu beberapa kali menghadiahi kepalan tangannya di wajah Junet, hingga pria itu di penuhi lebam di wajah.
"Kebohongan apa lagi yang mau kamu jelaskan! Di sini kami gak melihat satu pun bekas minuman!" gertak Temmy dengan nafas memburu.
Baik Josep dan mang Mamat, keduanya menarik Temmy, menjauhkan pria paruh baya itu dari tubuh Junet. Gak akan ada yang menyangka, jika Temmy masih memiliki ketahanan tubuh yang kuat, atletis. Tenaganya pun gak kalah dengan anak muda.
Junet menyapu sudut bibirnya yang mengeluarkan cairan berwarna merah. Netranya menatap nyalang mang Mamat.
'Siaaaalan, di kata aku ini samsak tinju bisa di pukul berkali kali! Tapi ini salah ku juga sih, gak bisa bela diri, anjiiir babak belur aku!' pikir Junet dengan nafas memburu kesal.
Junet berseru dengan nafas tersengal, "Supir sialan! Kau kan yang sengaja melakukan ini semua pada ku! Beraninya kau …"
Bugh.
Talita yang geram, melepas sepatu sebelah kanannya yang tengah ia kenakan, lalu melemparnya ke arah Junet.
"Cepat katakan, kemana kau bawa Tati! Kemana kau sembunyikan putri ku hah!" cecar Talita dengan nada tinggi.
Junet menelan salivanya sulit, dengan gugup ia menjawab pertanyaan sang ibu mertua.
"Ta...Tati gak bersama ku, mah! Dia sedang berlibur, dia ingin refreshing seorang diri. Sementara aku, dia meminta ku untuk mengurus perusahaan." dusta Junet.
"Om dan tante lebih baik aku antar pulang. Biar Junet dan wanita ular itu di urus orang ku! Mereka pasti akan mengakui dimana keberadaan Tati." seru Josep dengan tatapan meyakinkan.
Malam itu juga Josep mengantar Temmy dan Talita pulang dengan mengawalnya, bukan dengan mobil yang sama.
Sementara mang Mamat, masih di butuhkan anak buah Josep. Untuk mencari tahu keberadaan Tati. Berbekal info yang di dapat dari Junet.
Bugh bugh bugh.
Sementara di tempat lain.
Tati mengerjap, hingga pada akhirnya kedua matanya dapat terbuka. Tampak langit langit kamar berwarna abu yang menjadi pemandangan utama Tati.
'Ini aku ada di mana ya? Rumah ku langit langitnya gak berwarna abu.' pikir Tati, saat dirinya menoleh ke sekitar. Namun gak mengenali ruangan tempat ia berada.
Tati mengerutkan keningnya dalam, memijat keningnya sendiri dengan tangannya yang lain.
"Aku mimpi buruk atau apa ya semalam? Uugghhh…" pekik Tati, saat berusaha beranjak dari tidurnya.
"Kau sudah bangun rupanya! Mau kita lanjutkan yang semalam!" ucap Brian, melihat Tati yang sudah bangun dari tidurnya.
***
Bersambung…