Cha Yuri berkerja sebagai perkerja paruh waktu pada sebuah minimarket.
menjalani hidup yang rumit dan melelahkan membuatnya frustasi .
Namun Suatu Hari dia bertransmigrasi ke Dunia Isekai dengan bantuan sistem dia mencoba untuk menjalani setiap misi yang diberikan.
Sampai pada akhirnya dia tanpa sengaja mengubah plot nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kimlauyun45, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
makan siang ,masalah baru
Langkah Liangyi menyusuri lorong menuju kantin masih dipenuhi gema kemarahan. Sepatunya menghentak lantai keras-keras, seperti menginjak ego Xuanwei yang tertinggal di belakang. Sesekali, ia menggumam sendiri dengan penuh kekesalan.
"Kalau aku jatuh lagi, aku pastikan kepalamu jadi bantal darurat, Xuanwei..."
[Sistem]: Peringatan: ancaman terhadap karakter utama dapat mengurangi poin keberhasilan misi.
"Dan kalau kau nyamber lagi, Sistem, aku pastikan kau kutukar dengan aplikasi kalkulator."
Begitu memasuki kantin, aroma makanan langsung menyergap hidungnya. Tapi tak cukup kuat untuk menenangkan badai di dadanya. Pandangannya menyapu ruangan. Meja-meja penuh. Beberapa murid melirik, lalu cepat-cepat berpaling saat mata mereka bertemu milik Liangyi.
"Ya bagus. Setidaknya mereka tahu batas."
Ia mengambil nampan dengan tangan satu, gaya seperti mau berkelahi, bukan mau makan. Tapi baru satu langkah menuju barisan makanan.
"Wah, wah, siapa yang datang... sang penyelamat gravitasi sekolah."
Langkah Liangyi terhenti. Suara itu... terlalu kenal. Terlalu menyebalkan.
Ia menoleh setengah malas. Dan di sana, bersandar santai di tiang dekat meja jus jeruk, Lingyu berdiri dengan senyum licik yang tidak layak ditampilkan di jam makan siang.
"Maaf, kau siapa ya? Sepertinya tadi pagi aku tidak menjatuhkanmu juga," kata Liangyi datar, tapi nadanya dingin.
Lingyu tertawa pelan. "Tidak, tapi kau menjatuhkan harga diri teman sekelas kita. Itu hampir lebih tragis."
"Aku menyebutnya... pengujian kelincahan mendadak."
Lingyu mendekat dengan langkah malas. Tatapannya tajam namun tak sepenuhnya bermusuhan lebih seperti orang yang menikmati kekacauan kecil.
"Apa Xuanwei baik-baik saja setelah... peristiwa emosional itu?"
Liangyi menoleh tajam. "Apa kau ingin jadi pasien selanjutnya?"
Lingyu terkekeh. "Tenang, aku cuma penasaran. Karena dari semua orang, hanya kau yang bisa membuat sang protagonis kehilangan keseimbangan fisik dan emosional."
[Sistem]: Peringatan. Lingyu bukan target misi. Namun pertemanan dengan karakter ini dapat membuka jalur rahasia.
Liangyi menyipitkan mata. "Jalur rahasia? Ini sekolah atau game side quest?"
Lingyu tampak mendengar gumaman itu. "Kau bicara pada dirimu sendiri atau... pada sesuatu yang tidak bisa kulihat?"
Liangyi memutar bola matanya. "Kau terlalu banyak nonton drama mistik, Lingyu."
Ia melanjutkan langkahnya mengambil makanan, tapi Lingyu malah mengikutinya seperti bayangan sarkastik.
"Omong-omong," ujar Lingyu sambil menatap nampan kosong Liangyi, "kau lebih suka nasi atau membakar tempat ini saja sekalian?"
Liangyi mengangkat satu alis. "Kau pikir aku datang ke sini untuk membakar kantin karena dikecewakan oleh cowok? Sepertinya kau lebih cocok jadi penulis fanfiksi."
Lingyu tertawa kecil, tapi kali ini nadanya sedikit... berbeda.
"Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri, Liangyi. Kadang... orang yang paling banyak berontak, justru paling takut kehilangan kendali."
Liangyi membeku sepersekian detik. Matanya sempat menatap Lingyu tajam dan dalam. Tapi ia kembali menepisnya dengan senyum miring.
"Aku hanya takut lapar. Dan kau sedang mengganggu jalur makan siangku."
Ia pun melengos pergi, meninggalkan Lingyu yang hanya menatap punggungnya dengan pandangan samar.
Dan saat Liangyi duduk di pojok paling sepi kantin, ia membuka kotak makanannya dengan kasar baru sadar ternyata ia lupa mengambil sendok.
Ia mendongak, menghela napas panjang, dan pada detik itu...
Sebuah sendok plastik didorong ke arahnya.
Dari arah sebaliknya.
Dan Lingyu sudah duduk tanpa diundang.
"Senyummu tadi seperti seseorang yang mau melempar nampan ke wajahku. Tapi tenang saja. Aku kebal."