Alea Permata Samudra, atau yang akrab di sapa Lea. Gadis cantik dengan kenangan masa lalu yang pahit, terhempas ke dunia yang kejam setelah diusir dari keluarga angkatnya. Bayang-bayang masa lalu kehilangan orang tua dan mendapatkan perlakuan buruk dari keluarga angkatnya.
Dalam keterpurukannya, ia bertemu Keenan Aditya Alendra, seorang mafia kejam, dingin dan anti wanita. Keenan, dengan pesonanya yang memikat namun berbahaya, menawarkan perlindungan.
Namun, Lea terpecah antara bertahan hidup dan rasa takut akan kegelapan yang membayangi Keenan. Bisakah ia mempercayai intuisinya, atau akankah ia terjerat dalam permainan berbahaya yang dirancang oleh sang mafia?
Bagaimana kehidupan Lea selanjutnya setelah bertemu dengan Kenan?
Langsung baca aja kak!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riniasyifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 Posesif ken
Matahari pagi membangunkan Lea di kasurnya yang empuk. Ia mengerutkan dahi, bingung.
"Kok aku di kamar? Tadi malam kan aku ketiduran di depan TV?" Seulas senyum muncul di bibirnya.
"Ah, pasti Kak Ken yang memindahkan aku," pikirnya.
Ya, Ken lah orangnya. Abis ngobrol sama Satria, Ken langsung ke ruang tamu. Dengan hati-hati, Ken mengangkat Lea yang masih tertidur pulas, ia pindahin Lea ke kamarnya.
Setelah memastikan Lea tertidur pulas, Ken keluar dari kamar dengan hati-hati. Ia merasa sedikit gelisah, takut tak kuasa menahan diri jika berlama-lama di dekat Lea.
"Hmmm ... sebaiknya aku bikin sarapan dulu, habis itu mandi dan siap-siap ke sekolah," gumam Lea, sambil menguap kecil.
Lalu Lea melompat kecil dari tempat tidur, perlahan rasa kantuknya hilang tergantikan dengan semangat untuk memulai hari. Ia mencuci muka sebentar, setelahnya bergegas ke dapur. Tangannya cekatan membuat roti panggang.
Aroma roti panggang yang baru saja dibuatnya memenuhi ruangan. Lalu Lea menata sarapan di atas meja makan.
"Beres! Sekarang mandi dulu deh, baru setelahnya bangunin Kak Ken." Gumam Lea semangat.
Dengan langkah cepat, Lea menuju kamar mandi, tak lama Ia keluar dengan wajah yang jauh lebih segar. Senyum tipis mengembang saat ia mengenakan seragam sekolah kesayangannya. Rambutnya disisir rapi, lalu diikat ekor kuda seperti biasa, dan tak lupa ia memberikan sedikit sentuhan lip balm di bibirnya.
Setelah memastikan semua lengkap, Lea membuka pintu kamarnya, siap berangkat sekolah. Lea tersentak kaget mendapati Ken berdiri tegap di depan pintu, dengan pakaian rapi dalam setelan kantor—kecuali jasnya saja yang ia tenteng di lengan.
"Kak Ken." Seru Lea yang sedikit terkejut karena Ken tiba-tiba ada di depan pintu kamarnya.
"Hem, kamu sudah bangun, kirain kamu masih tidur." Ucap Ken. Yang memang berniat membangunkan Lea.
Karena mereka berdua sama-sama sudah siap dan rapi Lea mengajak Ken untuk sarapan.
"Ayo, kita sarapan." Ajak Lea setelah melihat Ken ternyata sudah siap.
Ken mengangguk lalu mengekor di belakang Lea menuju meja makan.
"Maaf aku cuman buat roti panggang, soalnya di kulkas sudah kosong hanya itu yang ada." Jelas Lea.
"Nanti sore, kita belanja." Ucap Ken, yang langsung makan roti buatan Lea.
"Wah kalian dah sarapan aja." Seru Satria yang baru gabung ke meja makan.
"Kak satria kapan datangnya?" aku enggak tahu kalau kakak nginap disini." Jujur Lea dengan sedikit terkejut.
"Semalam aku datang, kamu sudah tertidur di ruang tamu." Jawab Satria apa adanya.
"Jadi benar, semalam aku tidur di ruang tamu, terus siapa yang mindahin Lea ke kamar?" tanya Lea penasaran.
"Siapa lagi, pasti Ken lah mana mungkin aku." Jawab Satria dalam hati.
"Maaf Lea, aku yang mindahin kau ke kamar, biar kau bisa tidur nyaman." Ucap Ken hati-hati, ia takut Lea marah lagi. Sungguh Ken tidak ingin melihat Lea marah padanya.
"Oh, makasih kak." Ucap Lea tulus.
Ken lega mendengar jawaban les lalu mengangguk pelan. melanjutkan sarapannya.
Setelah sarapan ketiganya siap-siap untuk berangkat.
"Sat, kau berangkat ke kantor duluan, aku ngantar Lea dulu." Titah Ken tegas.
"Ok." Jawab Satria yang memang sudah tahu niat Ken.
"Lea bisa naik taksi atau ojekl kak, baiknya kak Ken langsung berangkat sama kak Satria ke kantor." Ujar Lea tak mau merepotkan siapapun.
"Tidak, mulai hari ini dan seterusnya aku akan mengantar jemputmu." Tegas Ken tak terbantahkan.
"Lea bukan anak TK yang mesti di antara jemput, Lea bisa sendiri kak!" Protes Lea yang tak mau merepotkan Ken.
"Aku tidak menerima penolakan Lea. Ayo kita berangkat, aku tidak mau lihat kau memanjat tembok lagi." Ucap Ken sambil melihat reaksi Lea.
Lea langsung melebarnya matanya, mendengar kalimat terakhir dari mulut Ken.
"Kak Ken tahu dari mana? Aku manjat tembok." Tanya Lea dengan wajah memerah, bukan karena marah tapi ia malu Ken mengetahui sikap bar-barnya.
"Kamu tak perlu tahu Lea. Yang jelas kau ada dalam pengawasanku." Lanjut Ken.
"Tahu ah gelap," jawab Lea kesal.
Ken menggeleng pelan, lalu mengikuti langkah Lea yang sudah keluar duluan.
"Kita naik sepeda motor saja, mobil sudah di bawa Satria." Ujar Ken.
"Terserah kak Ken aja." Jawab Lea cuek.
"Kamu pakai ini," Ken menyerahkan jasnya ke Lea.
"Untuk apa jas ini?" Heran Lea.
Ken meraih jasnya, langkahnya pasti menuju Lea. Dengan sigap, ia melilitkan jaket itu ke pinggang Lea.
"Supaya pahamu ketutup. Aku nggak mau ada cowok lain yang ngelihat," kata Ken datar, suaranya sedikit serak.
Lea bergumam pelan, "Posesif banget sih."
"Naik," ajak Ken, yang sudah duduk di atas motor sport-nya.
Lea langsung memakai helm dan naik di boncengan Ken.
Sepanjang perjalanan, hanya suara angin dan deru kendaraan yang memecah kesunyian.
"Pegangan, Lea! Ada tikungan!" teriak Ken, suaranya sedikit meninggi agar Lea bisa mendengarnya.
Lea memegang pundak Ken, agak canggung.
"Yang benar, Lea!" Ken menegur, melihat pegangan Lea yang kurang erat.
"Bawel banget sih!" seru Lea, lalu merapatkan tangannya ke pinggang Ken, menggenggam erat kemeja Ken di kedua sisi.
Ken meraih tangan Lea dengan satu tangannya, lalu melingkarkan tangan lea ke perutnya. Kini Lea memeluk Ken dari belakang, merasakan kekencangan otot perut Ken yang atletis. Ken tersenyum tipis di balik helmnya.
Sedangkan Lea menurut saja atas tindakan Ken, ia tidak marah ataupun menolaknya. Jujur ia merasa nyaman dan terlindungi saat bersama Ken.
Lima belas menit kemudian, Honda sport Ken berhenti mulus di depan gerbang Adiaksa School. Bertepatan dengan rombongan Bima datang dengan motor sport mereka.
Bima mengerutkan dahi, matanya menyipit mengamati Ken dan Lea dari kejauhan. Raut wajahnya sulit diartikan – campuran antara ketidaksukaan dan… sesuatu yang lain? Sepertinya ada sedikit rasa iri yang tersirat di balik tatapannya.
Lea buru-buru turun, tak menghiraukan tatapan penasaran para siswa-siswi. Ken masih duduk tenang di motornya. Perlahan, ia membuka helmnya. Seketika, para siswi berbisik-bisik heboh. Bima memperhatikan semua itu, tangannya mengepal erat di stang motornya.
"Makasih, Kak. Ini jas Kakak," kata Lea, menyerahkan jas Ken.
Ken menerimanya dan memakainya.
"Ya udah, aku masuk ya, Kak. Hati-hati," lanjut Lea.
"Lea," panggil Ken saat Lea hendak pergi.
Lea mendekat, "Iya, Kak? Ada apa?"
"Hm ... belajar yang rajin, ya. Nanti tunggu aku!" Ken mengacak lembut poni Lea sambil tersenyum.
Bima semakin mengernyit, tatapannya tajam menatap Ken dan Lea.
"Baik, Kak," jawab Lea, merapikan poninya yang sedikit berantakan karena ulah Ken.
Bima masih memperhatikan mereka berdua, sebelum akhirnya berbalik dan melajukan motornya.
contoh: "pergilah yang jauh," terang pamanku.
dan yang pakai tanda titik itu seperti ini: "aku akan menguasai dunia." Rea menghantam dewa itu dengan yakin.
contoh: aku makan nasi putih setelah/saat/sebelum salto-salto kayak monyet 🐒