Milana, si gadis berparas cantik dengan bibir plum itu mampu membuat Rayn jatuh cinta pada pandangan pertama pada saat masa kuliah. Namun, tak cukup berani menyatakan perasaannya karena sebuah alasan. Hanya diam-diam perhatian dan peduli. Hingga suatu hari tersebar kabar bahwa Milana resmi menjadi kekasih dari teman dekat Rayn. Erik.
Setelah hampir dua tahun Rayn tidak pernah melihat ataupun mendengar kabar Milana, tiba-tiba gadis itu muncul. Melamar pekerjaan di restoran miliknya.
Masa lalu yang datang mengetuk kembali, membuat Rayn yang selama ini yakin sudah melupakan sang gadis, kini mulai bimbang. Sisi egois dalam dirinya muncul. Ia masih peduli. Namun, situasi menjadi rumit saat Erik mencoba meraih hati Milana lagi.
Di antara rasa lama yang kembali tumbuh dan pertemanan yang mulai diuji. Bagaimana Rayn akan bersikap? Apakah ia akan mengikuti sisi dirinya yang egois? Atau harus kembali menyerah seperti dulu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meridian Barat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 14 (Ngerjain atau Cemburu?)
...Selamat Membaca...
.......
.......
.......
"Milan, kau baru pulang?" tanya Firsha. Dia baru saja selesai membuang sampah ke tempat sampah besar di depan pagar kos ketika Milana memasuki halaman kosan.
Milana hanya bergumam menjawab pertanyaan itu. Firsha berjalan di belakang Milana sambil menenteng tempat sampah kecil berwarna merah jambu. "Aku pikir kau sudah berselancar ke alam mimpi," katanya disertai kekehan.
Milana melirik wanita berkaus orange itu seraya duduk di kursi setelah sampai di teras kamar kosnya. "Ini semua gara-gara bos, Kak Firsha, tuh," ujarnya dengan nada kesal.
"Mas Rayn?" Firsha menyandar pada dinding pembatas yang hanya setinggi pinggangnya. "Itu bos kamu juga!" protesnya setelah mendapat anggukan dari Milana. "Emang kenapa sama, Mas Rayn?" tanyanya lagi. Penasaran.
"Tadi, tuh ...," Milana menceritakan yang terjadi tadi ketika dia hendak pulang, lengkap tanpa ada yang tertinggal. "Nyebelin banget, 'kan?" sungutnya setelah menyelesaikan cerita.
"Masa iya, sih ... Mas Rayn ngerjain kamu?" tanyanya tak percaya. Menurutnya, pemuda itu terlalu serius untuk bisa mengerjai orang.
Milana melirik wanita itu. Sementara tangannya sibuk melepas kaos kaki dan sepatu kets putih yang ia kenakan. "Beneran, Kak ... Awalnya dia bilang aku harus ikut belanja, tapi setelah aku nunggu lama malah katanya nggak jadi. 'Kan ngerjain namanya," katanya dengan nada kesal.
Firsha tampak berpikir. "Apa jangan-jangan, itu cuma alasan Mas Rayn?"
Alis Milana saling bertaut. "Alasan?"
"Iya, alasan biar kamu nggak berduaan sama si Arga- Arga itu. Makanya, Mas Rayn bersikap gitu."
"Maksudnya?" tanya Milana sembari mengeluarkan kunci kamar kos dari dalam saku.
"Haduh, masa nggak ngerti, sih! Maksudnya, Mas Rayn itu suka sama kamu. Jadi, dia gak mau kalau kamu berduaan sama pria lain ... Semacam cemburu gitu, lho," jawab Firsha sekenanya.
Milana menahan tawa. "Mas Rayn? Suka sama aku?"
Firsha mengangguk yakin. Sedetik kemudian Milana tertawa-tawa. "Ya nggak mungkin, lah, Kak. Dia itu selalu galak sama aku, sering marah-marah dan seenaknya sendiri. Mana mungkin suka sama aku. Lagian juga baru kenal," katanya, lalu berdiri membuka kunci pintu kamar kos.
Firsha mendekati pintu kamar kos Milana seraya berseru, "Eh, Milan!" Ketika melihat Milana masuk dan menutup pintu tanpa menggubris ucapannya. "Kok masuk, sih? Dengerin dulu!"
"Ah, enggak! Kak Firsha ngaco, sih! Kebanyakan nonton drama, tuh. Males dengerinnya!" seru Milana dari dalam disertai tawa.
Firsha menggerutu kesal, kemudian kembali ke kamar kosnya sendiri.
Sedangkan Milana hanya terkekeh-kekeh melihat wajah kesal Firsha dari balik jendela.
"Lagian, ngaco banget," kekehnya seraya melempar tas ke atas meja di samping tempat tidur, "pake segala bilang kalau Mas Rayn suka sama aku. Cih, suka apaan kayak gitu? Galak, kaku, seenaknya sendiri. Hidup, lagi." Milana terkikik. Tangannya sibuk melepas kemeja kotak-kotak merah yang ia pakai, menyisakan kaos hitam dan celana jeans di tubuhnya.
Milana memasang wajah berpikir. "Eh, tapi tampan juga, sih. Mas Rayn tuh, mirip aktor Raden Rakha kalau dilihat-lihat," gumamnya seraya tertawa kecil, lalu masuk ke kamar mandi setelah menggantung kemeja pada gantungan yang terdapat di belakang pintu.
...****************...
"Lisa, ayo cepat! Keburu malem, nih," teriak Firsha pada adiknya dari luar kamar kos.
"Iya sebentar, Kak."
Firsha menoleh ke arah kamar kos Milana yang pintunya baru saja terbuka. Menampakkan sang penghuni dengan piyama kuning bermotif bintang yang tengah menggosok-gosok rambutnya menggunakan handuk.
"Mau ke mana, Kak?" tanya Milana sambil menyandarkan bahu pada bibir pintu.
"Mengantar adikku," jawab Firsha seraya menunjuk remaja perempuan berambut lurus yang tengah mengunci pintu. Lisa.
"Ke mana?"
"Ke percetakan. Mau foto copy beberapa berkas, untuk keperluan pindah sekolahnya." Firsha mendekati teras kos Milana sambil sesekali melirik Lisa yang masih sibuk mengunci pintu.
Milana mengangguk beberapa kali tanda mengerti.
"Kak, aku sudah selesai," ujar Lisa seraya mendekati Firsha.
Milana dan Firsha sama-sama memalingkan wajah ke arah Lisa.
"Milan, ini adikku, Lisa. Lisa, ini teman Kakak, namanya Milana," ujar Firsha memperkenalkan keduanya.
Milana dan Lisa saling pandang, kemudian tersenyum satu sama lain.
"Hai, aku Milana," ujar Milana seraya mendekat ke arah Lisa dan mengulurkan tangan.
"Hai, Kak. Aku Lisa." Lisa membalas uluran tangan Milana. "Kakak cantik," celetuk Lisa.
Milana tersenyum, belum sempat membalas ucapan Lisa, Firsha lebih dulu bersuara.
"Iyalah, cantik. Emangnya kamu. Dekil," ledek Firsha seraya menjulurkan lidah.
Lisa merengut seraya berujar, "Dih, Kak Firsha juga sama dekilnya."
Firsha melotot garang, sedangkan Milana hanya tertawa kecil melihat dua kakak-beradik itu saling mengejek.
"Eh, ayo pergi, udah hampir jam delapan, nih," ujar Firsha pada Lisa seraya melirik jam tangannya. "Milan, kami pergi dulu ya."
Milana mengangguk seraya berkata, "Hati-hati, Kak."
"Sip." Firsha dan Lisa melangkah ke arah motor matic yang terparkir di halaman.
"Besok aku cuti kerja, Milan. Harus mendaftarkan Lisa ke sekolah barunya," kata Firsha yang sekarang sudah berada di atas jok motornya bersama Lisa.
"Oke, Kak, tapi udah izin sama Mas Rayn, 'kan?"
"Sudah, Milan, tadi sore. Kamu harus berangkat sendiri besok, apa tidak masalah?"
Milana tersenyum seraya menggeleng. "Tenang saja, Kak," katanya.
Firsha mendesah lega. "Kami pergi dulu, ya," ujarnya sebelum melajukan motor matic berwarna putih-pink tersebut.
...****************...
Rayn hendak menelepon Firsha, sebelum Milana datang dengan berlari kecil memasuki area restoran. Gadis itu datang terlambat hari ini. Rayn menatap datar gadis itu.
Milana nyengir ke arah Rayn ketika melihat pria muda itu menatapnya. "Maaf, Mas, saya terlambat," katanya kemudian.
Rayn memutar bola mata. Malas. "Kali ini saya maafin kamu, tapi lain kali enggak!"
Milana tersenyum lebar seraya mengangguk-angguk.
"Sekarang cepat masuk, ganti baju dan cepat bantu karyawan yang lain. Kamu udah telat banget." Rayn menunjuk jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 09.15.
"Iya, Mas. Sekali lagi ma ... eh, Mas!"
Milana belum menyelesaikan ucapan saat Rayn tiba-tiba menariknya masuk.
"Mas, aduh! Sakit ini tangan saya!" protes Milana.
Namun, Rayn terus menariknya masuk dan baru melepas tangan Milana ketika mereka sudah berada di ruang kerjanya.
Rayn menatap Milana. "Kamu tunggu di sini! Jangan keluar sebelum aku kembali!" Setelah berkata begitu, Rayn langsung keluar meninggalkan Milana.
Milana mengelus pergelangan tangannya yang sedikit memerah. Pria itu menariknya kuat, tadi.
"Gimana, sih? Katanya aku udah telat, sekarang malah disuruh nunggu di sini. Dasar aneh!" katanya ke arah pintu yang baru saja dilewati Rayn seraya mendengkus ala banteng.
.
.
.
Bersambung...
Semoga suka ya ... Silahkan beri masukan dan saran. Saya menerima segala bentuk saran untuk membuat tulisan saya lebih baik dan berkembang lagi😉🌼
Milana. ,gadis SPG seperti diriku/Hey/