(🌶️🌶️🌶️🌶️🌶️)
Apa yang terjadi jika orang yang pernah meninggalkan trauma besar di masa lalu kembali hadir di dalam hidupmu?
Itulah yang dialami oleh Luna, gadis cantik berumur 21 tahun.
Di tengah perjuangannya menyelesaikan kuliah, muncul sebuah berita bahwa mantan kekasihnya yang sangat posesif, kini telah di bebaskan dari penjara, setelah delapan tahun menetap di dalam penjara.
Akan kah Luna lolos darinya?
yuk mampir dan saksikan kisah selengkapnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon medusa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab-15
...🖤🖤🖤...
Di dalam kamar, Alex yang diselimuti oleh marah, mulai menghancurkan semua barang yang dapat ia raih, untuk meluapkan semua amarah yang ada di dalam hatinya. Saat sedang mengamuk, serpihan ingatan kelam di masa lalu kembali muncul di benak Alex, membuat Alex semakin menggila.
Prang!
Prang!
"Aaaa...! Bajingan kalian semua!" raung Alex, hingga terdengar oleh mereka semua.
Prang!
Suara barang-barang hancur diiringi raungan Alex, membuat Jesi menjadi takut beneran, lalu melirik ke arah Tuan Paul.
"Ayah mertua-"
"Kamu tenang saja, aku akan menelfon Lucas," potong Tuan Paul segera melakukan panggilan.
Tak butuh waktu lama, Lucas pun tiba disana dengan wajah tegang berlari masuk ke dalam mansion, menghampiri mereka semua.
"Selamat siang semuanya, dimana Alex?" tanya Lucas cemas.
"Kamu pergilah, tenangkan dia," tita Tuan Paul melirik ke arah lantai atas.
Lucas mengangguk paham, segera berlari menaiki tangga menuju lantai atas. Ia semakin panik saat mendengar suara teriakan Alex dan suara pecahan kaca saling bersahutan.
Ceklek.
Setelah pintu kamar terbuka, kedua mata Lucas membulat sempurna, melihat Alex tengah meninju cermin miliknya hingga hancur tak berbentuk, menyebabkan kedua tangannya terluka parah, mengeluarkan darah yang cukup banyak.
"Alex, hentikan!" teriak Lucas berlari masuk sambil mengeluarkan obat bius yang ada di dalam sakunya.
"Jangan mendekat!" pekik Alex berbalik ke arah belakang, namun terlambat.
Lucas sudah lebih dulu melompat ke arah Alex, lalu menyuntikkan suntikan obat bius tersebut tepat dileher Alex, lalu ia berdiri menatap Alex dengan nafas ngos-ngosan.
"Kau. kau bajingan sialan, Lucas..." lirih Alex perlahan kehilangan kesadaran dan...
Swoss.
Lucas segera meraih tubuh Alex yang sudah pingsan, lalu membawanya menuju kasur, kemudian membaringkan tubuh Alex disana.
"Maafkan aku, sobat," bisik Lucas, menatap Alex.
*
*
*
(FLASH BACK ON)
Sore harinya tepat pukul enam, Alex yang waktu itu masih berumur lima tahun tengah asik bermain dengan robot-robot miliknya di dalam kamarnya, tak sengaja mendengar suara Tuan Paul yang baru pulang kerja.
"Papa, pulang?" gumam Alex kecil tersenyum bahagia, sambil berlari keluar dari dalam kamarnya membawa salah satu mainan robot miliknya, menuju kamar kedua orang tuanya.
Setelah berada di dalam kamar, Alex kecil segera masuk dan bersembunyi di bawa kolom kasur, untuk mengangetkan sang ayah seperti biasa.
"Papa pasti akan terkejut, hihihi," bisik Alex kecil tertawa pelan.
Tap, tap tap. Suara langkah sepatu Tuan Paul bercampur high heels wanita, membuat Alex kecil menjadi bingun, dan melirik ke arah pintu kamar dari balik kolom kasur.
Apa Papa pulang bersama Mama? Tapi, Mama baru berangkat ke luar negeri, pagi ini?
Alex kecil terus memfokuskan tatapannya, dan mereka muncul dari balik pintu kamar dan masuk ke dalam kamar. Tanpa tau kalau Alex kecil sedang berada dibawa kolom kasur, dan sepatu high heels berwarna merah terang milik wanita itu, mengurungkan niat Alex kecil untuk keluar dari tempat persembunyiannya.
"Sayang... aku sangat merindukanmu," bisik wanita yang tak lain adalah Nyonya Helena dengan nada sensual, duduk di tepi kasur menghadap Tuan Paul.
Sepatu merah? Alex kecil terus menatap sepatu high heels milik Nyonya Helena dengan tatapan bingun, dan mencoba mengingat kembali, apakah sang ibu pernah memiliki sepatu berwarna merah terang seperti itu?
"Aku juga merindukanmu, sayang," balas Tuan Paul melepaskan jas miliknya, lalu melemparnya ke sembarang arah, kemudian disusul; dasi, kemeja, ikat pinggang dan celana, dan semua itu disaksikan oleh Alex.
"Aakk! Kamu sangat nakal Paul." Nyonya Helena memekik manja, saat Tuan Paul yang sudah setengah polos melempar dirinya ke arahnya, membuat keduanya terbaring diatas kasur.
"Papa sedang apa?" gumam Alex kecil bingun, saat mendengar suara pergerakan diatas kasur dan diiringi guncangan hebat.
"Ah, ah, faster Paul... ah," desah Nyonya Helena menggema di seluruh kamar.
"Ah, sayang... sabar, kita masih memiliki banyak waktu." Tuan Paul terus menggerakkan pinggangnya sesuai ritme hentakan.
Brak!
Pintu kamar terbuka dengan lebar, menampakan sosok Nyonya Elis Salvatore berdiri tegap diambang pintu kamar menatap mereka dengan tatapan marah. Ternyata Nyonya Elis tidak pergi ke luar negeri, dan semua itu hanya alasannya, agar ia bisa menangkap basah Tuan Paul yang sering berselingkuh darinya. Tuan Paul dan Nyonya Helena yang terkejut, segera memisahkan diri dan meraih kain seprei menutupi tubuh mereka yang polos sambil menatap panik ke arah Nyonya Elis.
"Elis, aku bisa menjelaskan semuanya," ucap Tuan Paul.
"Menjelaskan apa, Hah? Menjelaskan kalau aku yang terlalu posesif selama ini, Paul?" tanya Nyonya Elis melangka masuk ke dalam kamar, lalu berdiri di dekat nakas, tempat letaknya lampu nakas, lalu meraihnya.
"Bukan seperti itu, tapi-"
Swoss.
Prang!
"Aaaaaa!" teriak Nyonya Helena histeris, saat lampu nakas itu mendarat di kepalanya.
Tuan Paul yang ikut terkejut, melirik ke arah Nyonya Helena. Betapa ia sangat terkejut, saat melihat cairan merah pekat mulai mengalir deras dari kepala Nyonya Helena.
"Elis, apa kamu sudah gila?!" bentak Tuan Paul bergegas keluar dari balik selimut tanpa memakai apa-apa, berlari menuju wall in closet.
Melihat pemandangan itu, hati Nyonya Elis semakin hancur."Kau tega Paul! Ini kamar kita, dan kamu meniduri wanita lain disini?!" raung Nyonya Elis histeris menatap Tuan Paul.
"Kita akan membicarakan ini, nanti," ucap Tuan Paul segera memakai pakaian, lalu membawa Juba tidur milik Nyonya Elis menghampiri Nyonya Helena.
Tanpa rasa bersalah, Tuan Paul membungkus tubuh polos Nyonya Helena mengunakan juba tidur milik Nyonya Elis, lalu membawanya keluar dan pergi meninggalkan kamar.
"Aaaaa!"
Prang!
Prang!
"Aku membencimu Paul...! Aaaaa!" teriak Nyonya Elis histeris, terduduk lemas diatas lantai.
Nyonya Elis menangis pilu meratapi nasib pernikahannya yang akan berakhir seperti ini. Padahal selama berpacaran hingga akhirnya mereka menikah, ia tak pernah berani menatap pria lain selain Tuan Paul, dan ini balasannya.
"Aaaa! Sakit, hatiku sakit sekali ya tuhan..." rintih Nyonya Elis menangis terisak-isak memegang dadanya yang terasa sesak dan sakit.
Alex kecil yang dari tadi berada di bawa kolom kasur, akhirnya keluar dan berdiri di belakang Nyonya Elis dengan takut dan memeluk robot yang sejak tadi bersamanya.
"Mama," lirih Alex kecil, suaranya gemetar hampir tak terdengar.
Mendengar suara Alex, Nyonya Elis tersadar dan melirik ke arah belakang."Alex... sayang kamu disini?" Nyonya Elis mengusap air matanya dengan kasar, memaksa menampilkan senyuman di bibirnya.
"Apa Papa memukulmu, Mama?" tanya Alex kecil berkaca-kaca, menatap kedua mata sang ibu yang kini memerah akibat menangis.
"Tidak sayang, Mama hanya-" Nyonya Elis tak sanggup melanjutkan ucapannya, ia langsung meraih tubuh kecil Alex masuk ke dalam pelukannya, dan tangisannya pun seketika kembali pecah.
Tegah kamu Paul... kamu melakukan hal menjijikan itu di hadapan putramu sendiri. Hati Nyonya Elis semakin hancur, membayangkan adegan panas itu berlangsung di hadapan Alex, putra tunggalnya yang masih kecil dan tidak mengerti apa-apa.
(Bersambung)