Rui Haru tidak sengaja jatuh cinta pada 'teman seangkatannya' setelah insiden tabrakan yang penuh kesalahpahaman.
Masalahnya, yang ia tabrak itu bukan cowok biasa. Itu adalah Zara Ai Kalandra yang sedang menyamar sebagai saudara laki-lakinya, Rayyanza Ai Kalandra.
Rui mengira hatinya sedang goyah pada seorang pria... ia terjebak dalam lingkaran perasaan yang tak ia pahami. Antara rasa penasaran, kekaguman, dan kebingungan tentang siapa yang sebenarnya telah menyentuh hatinya.
Dapatkah cinta berkembang saat semuanya berakar pada kebohongan? Atau… justru itulah awal dari lingkaran cinta yang tak bisa diputuskan?
Ikutin kisah serunya ya...
Novel ini gabungan dari Sekuel 'Puzzle Teen Love,' 'Aku akan mencintamu suamiku,' dan 'Ellisa Mentari Salsabila' 🤗
subcribe dulu, supaya tidak ketinggalan kisah baru ini. Terima kasih, semoga Tuhan membalas kebaikan kalian...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lingkaran Luka Lama
Haru menolak permintaan ibunya untuk bertemu Zara. Ia terlalu protektif. Ya, sangat protektif. Bagi Haru, ibunya adalah prioritas utama. Terutama ketika ayahnya tengah disibukkan oleh urusan kenaikan jabatan sebagai rektor dan berbagai penelitian akademik yang menyita waktu dan tenaga.
Dalam keadaan seperti ini, Haru merasa dialah satu-satunya yang harus memastikan ibunya tetap aman dan stabil secara emosional.
Dan selama Ray belum sembuh, Haru dibuat repot mencari keberadaan Zara Sosok gadis yang kini menghuni pikirannya. Tapi gadis itu tak kunjung terlihat di kampus. Tentu saja si DOI tak masuk kuliah karena masih diselimuti rasa takut, trauma dan kecemasan berlebih akan kondisi saudara kembarnya yang belum juga pulih.
Jadi, bersabarlah dulu, Haru. Biarkan kepalamu berputar-putar diliputi rasa cemas dan rindu yang nggak ada ujungnya. Hihii~
Dan, suasana rumah di kediaman Kalandra sore itu terasa lebih hangat dari biasanya. Pintu dibuka oleh para keluarga besar. Kakung Tukimo, Uti Kasandra, Opa Hariatmaja dan Oma Shania, menyambut dengan rasa haru dan syukur yang tak terkira.
Ray akhirnya diperbolehkan pulang dari rumah sakit setelah insiden baku hantam dengan geng motor beberapa waktu lalu. Luka-lukanya masih membekas, tapi senyum keluarganya jadi obat paling mujarab. Terutama satu sosok yang kini tampak sibuk membantu menyiapkan kamar untuknya: Zara.
Berbeda dari biasanya, gadis itu mendadak kalem dan penuh pengertian. Tak ada keabsurdannya yang biasanya merusuh seperti badut keliling. Justru sekarang, dia sibuk mengatur bantal dan selimut sambil menahan diri untuk tidak membuat suara berisik.
Ray mendesah pelan, merasa aneh dengan perubahan itu. “Zara, jangan bersikap seperti dokter yang baru kelar kuliah satu semester. Aku malah ilfeel sendiri.”
Zara menoleh, “Lho, kok gitu? Zara mau jadi adik yang baik buat abang tamvanku yang berhati lemah lembyyuuut.”
“Ya ampun… mulai lagi deh ternyata,” Ray mengerang geli. Bibirnya tersungging senyum yang manis.
Mama dan Papa membantu Ray merebahkan diri di ranjang. Zara mendekat, lalu meraih telapak tangan abangnya. Ia mengecupnya lembut dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
“Maafin aku ya, abang Ray. Abang jadi kayak gini gara-gara aku. Aku bandel, aku keras kepala. Hiks… Aku yang selalu merusuh dan selalu bikin masalah buatmu. Maafin aku, abang.”
"Jadi, jangan ngikutin abang terus ya,"
"Nggak mau, Zara itu sayang sama abang."
“Ih, nangis lagi,” celetuk Mama sambil menggeleng pelan. "Terima maafnya Zara, Rayn." pintanya.
Papa menimpali, “Selama kamu di rumah sakit, Zara lah yang paling panik. Nangis tiap malam, bahkan lebih mikirin kondisi kamu daripada kondisi dirinya sendiri. Padahal dokter bilang, dia juga ngalamin trauma cukup berat waktu lihat kejadian itu dan liat kamu yang... yah, kayak daging gepuk.”
“Heh, Papa bisa aja,” Ray tertawa lemah sambil melirik geli ke arah Zara.
“Maaf ya, abang.” Zara langsung memeluk tubuh Ray yang masih rapuh. "Maafin, Zara."
“Ehhh! Jangan dipeluk!” Ray panik, tangannya buru-buru menahan bahu Zara. “Sakit semua ini badan! Jangan bikin adegan mellow!”
“Zara cuma pingin peluk,” rengeknya mulai naik nada. "Kasih aku peluk biar aku tenanggg, hiks."
“Nggak boleh. Nanti malah pingsan beneran gue! Abang maafin tapi nggak usah pake peluk.”
“Emoooo, Zara pingin peluuuuk!”
Ray cuma bisa memutar bola mata, tapi ada semburat merah malu di wajahnya. Dalam hati dia ngedumel, “Aduh... deg-degan banget sumpah.”
Thorr... Haru ngk boleh kenapa2 😭😭😭
,, Zara lagi bahagia2nya,, Haru malah gini Thor...
5 menit bareng Zara: 🤡🤣
Absurd is contagious, beware 🦠✨
Netizen: Bro bukan cemburu lagi, itu kuping lo udah bisa dipake goreng telor saking panasnya. 🍳🔥🤣🤣
Zara: aku useless
Haru: enggak, kamu priceless
Ray di pojokan: priceless kuping gue kebakar dengerin beginian 🔥👂😂”
#SaveRay
Astaga Asyifa, bangun bestie, itu bukan love potion tapi racun bucin (bualan cinta) 🤮