NovelToon NovelToon
Lelaki Arang & CEO Cantik

Lelaki Arang & CEO Cantik

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / CEO / Cinta setelah menikah / Nikah Kontrak / Romansa / Ilmu Kanuragan
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: J Star

Di tengah hiruk pikuk kota Jakarta, jauh di balik gemerlap gedung pencakar langit dan pusat perbelanjaan, tersimpan sebuah dunia rahasia. Dunia yang dihuni oleh sindikat tersembunyi dan organisasi rahasia yang beroperasi di bawah permukaan masyarakat.

Di antara semua itu, hiduplah Revan Anggara. Seorang pemuda lulusan Universitas Harvard yang menguasai berbagai bahasa asing, mahir dalam seni bela diri, dan memiliki beragam keterampilan praktis lainnya. Namun ia memilih jalan hidup yang tidak biasa, yaitu menjadi penjual sate ayam di jalanan.

Di sisi lain kota, ada Nayla Prameswari. Seorang CEO cantik yang memimpin perusahaan Techno Nusantara, sebuah perusahaan raksasa di bidang teknologi dengan omset miliaran rupiah. Kecantikan dan pembawaannya yang dingin, dikenal luas dan tak tertandingi di kota Jakarta.

Takdir mempertemukan mereka dalam sebuah malam yang penuh dengan alkohol, dan entah bagaimana mereka terikat dalam pernikahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon J Star, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tempat Tinggal Baru

Seluruh kawasan Komplek Permata Hijau dipenuhi dengan vila-vila mewah yang berdiri megah. Jarak antar vila mencapai sekitar satu kilometer, masing-masing dikelilingi oleh air jernih dan pepohonan hijau nan rindang. Perabotan bergaya Eropa yang tertata apik memancarkan nuansa keanggunan tingkat tinggi.

Ketika satpam vila melihat Revan berjalan kaki memasuki kawasan itu, keraguan sempat muncul di benak mereka. Mereka penasaran, mengapa seorang pria yang tampak kaya raya tidak datang menggunakan kendaraan. Namun, karena penampilan Revan yang mengenakan pakaian bermerek dari ujung kepala hingga kaki, mereka memilih untuk tidak menghentikannya. Dengan begitu, Revan terhindar untuk memberi penjelasan secara panjang lebar.

Setelah masuk ke Komplek Permata Hijau, Revan harus berjalan dua kilometer lagi sebelum tiba di unit 90. Luas seluruh area vila melebihi empat ratus meter persegi, belum termasuk kolam renang raksasa dan garasi luas di bagian luar. Taman bergaya Barok yang terbuat dari batu-batu besar menambah kesan megah dan klasik. Sulit membayangkan betapa fantastisnya harga sebuah vila di komplek ini.

Saat bel pintu ditekan, daun pintu dari kayu mahoni yang diukir dengan sangat indah segera terbuka. Seorang wanita paruh baya muncul dari balik pintu, mengenakan pakaian rumahan lengkap dengan celemek. Meski usianya antara empat puluh hingga lima puluh tahun, wajahnya tampak terawat dengan baik. Tidak terlihat tua, justru terlihat hangat dan menyenangkan. Ketika melihat Revan matanya memancarkan kebahagiaan, lalu menyambutnya dengan ramah, “Ini pasti nak Revan, Nona sudah bilang kamu akan datang hari ini. Silakan masuk.”

Melihat wanita paruh baya itu tidak tertarik pada latar belakangnya, Revan sedikit merasa lega. Ia masuk ke dalam rumah dengan senyum ramah dan berkata, “Nyonya, boleh aku tahu harus memanggil apa?”

“Namaku Rini, nak Revan bisa panggil Bu Rini saja,” jawabnya dengan wajah cerah dan tersenyum. “Lagipula, mana mungkin ibu dipanggil tante oleh nak Revan? Ibu sudah tua begini, jadi lebih pantas dipanggil ibu.”

“Hehe, bu Rini sama sekali tidak tampak tua. Kalau berjalan di luar, pasti banyak pria yang terpikat,” kata Revan tulus.

Tidak ada seorang pun wanita, yang tidak senang dipuji cantik. Meski usianya sudah tidak muda lagi, Bu Rini tetap tersenyum lebar mendengar pujian itu. Dengan gembira, ia mempersilakan Revan untuk duduk. “Silakan istirahat dulu, nak Revan. Ibu sebentar lagi selesai di dapur, nanti kita bisa makan siang bersama. Sayang sekali Nona sedang ada rapat dan tidak punya waktu untuk pulang.”

“Bu Rini, apakah ibu dan nona Nayla… eh Nayla, saja yang tinggal di sini?" tanya Revan sambil memandang sekeliling.

Vila itu memiliki tiga lantai, dengan elektronik modern di mana-mana. Di ruang tamu, tampak sofa kulit putih asli, lantai marmer hitam yang mengilap, perabotan mahoni yang kokoh, serta beberapa lukisan besar dan kecil karya seniman terkenal. Di sudut jendela, beberapa pot anggrek sedang mekar, bergoyang lembut tertiup angin yang tampak sederhana namun elegan. Melihat ke arah lantai dua dan tiga yang dipenuhi kamar-kamar besar, Revan seolah merasakan betapa luasnya tempat tinggal yang akan ditempatinya ini.

Bu Rini menghela napas sedih. "Benar, hanya kami berdua dan rumah ini terasa sangat sepi. Nona begitu sibuk dengan pekerjaan dan jarang berada di rumah, biasanya hanya ibu sendiri di rumah sebesar ini. Tapi mulai sekarang, semuanya akan berbeda. Kehadiran nak Revan membuat rumah ini terasa lebih lengkap, sudah seharusnya ada seorang pria di sini."

Melihat ekspresi puas di wajah Bu Rini, Revan tidak dapat menahan rasa penasarannya.

"Bu Rini, tidakkah merasa aneh bagaimana Nayla tiba-tiba memutuskan untuk menikah denganku?"

”Hehe,” Bu Rini tertawa lalu berkata, "Nak Revan, ibu sudah mengenal Nona sejak kecil. Dia tidak pernah memiliki pacar, meskipun banyak yang mencoba mendekatinya. Bahkan tidak pernah melirik mereka semua, tapi dia malah menikah denganmu. Itu artinya, nak Revan istimewa di matanya. Nona itu gadis yang cerdas, dan aku percaya pada pilihannya. Jadi, tidak ada yang perlu dikhawatirkan."

Revan mengangguk mengerti, meskipun dalam hati bergumam, ’Bu Rini pasti tidak menyangka, bahwa pernikahan ini hanya didasarkan pada sebuah kontrak.’

Setelah menyantap makan siang yang lezat, Revan dengan puas bersendawa. Ia mengusap perut yang kenyang sambil tertawa, "Haha... Masakan Bu Rini luar biasa, rasanya jauh lebih nikmat dibandingkan restoran mana pun."

Bu Rini tertawa senang berkata, "Benarkah? Kalau begitu, nak Revan harus lebih sering makan di rumah. Nona seringkali ada urusan darurat di kantor dan tidak sempat pulang. Makanan sudah dimasak, tapi tidak ada yang memakannya. Sayang sekali kalau harus dibuang."

"Dia itu memang suka menyia-nyiakan makanan, lupakan saja. Bu Rini bisa masak enak untukku saja mulai sekarang," ujar Revan sambil menepuk dadanya.

Bu Rini tahu Revan hanya bercanda, dan dengan senang hati mengangguk setuju.

Usai membersihkan meja dan dapur, Bu Rini melepaskan celemeknya lalu berkata,

"Nak Revan, mari ibu antar ke kamar. Jika ada kebutuhan lain, tolong beri tahu dan nanti akan ibu ambilkan."

"Kamarku?" Revan sempat terdiam, mengingat kembali perjanjian dengan Nayla bahwa mereka tidak akan tidur sekamar.

Bu Rini mulai berjalan, memimpin di depan. "Nak Revan, Nona sudah menyiapkan kamar itu dengan sangat hati-hati. Katanya nak Revan lebih nyaman tidur sendiri, jadi disiapkanlah kamar besar yang khusus. Di dalamnya juga sudah ada beberapa set pakaian yang dia belikan."

"Oh begitu? Baiklah, Nayla memang cukup perhatian," ujar Revan sambil mengusap hidungnya, bahkan ia sendiri merasa apa yang dikatakan terdengar palsu.

“Bukan begitu. Ini pertama kalinya ibu melihat Nona melakukan sedemikian banyaknya untuk seorang pria. Lagi pula, Nona bilang kamu sedang sibuk dengan pekerjaan saat ini. Jadi pernikahannya didahulukan, sementara resepsinya akan menyusul nanti. Dia sungguh memikirkanmu,” kata Bu Rini dengan gembira.

Revan hanya bisa berkeringat dingin. ’Apa-apaan ini. Jadi dia sudah lama menyiapkan strategi di hadapan Bu Rini dengan melimpahkan semua masalah kepadaku. Sesibuk apa sih berjualan sate ayam?’

Saat melangkah masuk ke dalam kamar yang telah disiapkan, Revan sempat tertegun. Kamar ini begitu luas, bahkan lebih besar daripada seluruh kontrakan yang pernah ia sewa. Jendela tinggi dari lantai hingga langit-langit berdiri anggun dengan tirai putih yang melambai lembut di sampingnya. Sebuah tempat tidur ukuran king tampak nyaman di tengah ruangan, dilengkapi TV LED Sony 42 inci, komputer Apple di meja samping tempat tidur, lampu meja bergaya klasik, serta lantai parket yang mengilap bersih. Di salah satu sisi dinding, berdiri dua lemari besar yang tertanam langsung ke dinding, penuh berisi pakaian baru, dasi, serta deretan sepatu kulit.

Revan tertawa dalam hati. ’Sepertinya istriku yang cantik tidak berniat menyiksaku, karena peralatan untuk akting sudah disiapkan dengan lengkap.’

“Bagaimana? Semoga nak Revan suka,” ucap Bu Rini antusias.

“Suka, sangat suka. Ini jauh lebih baik dari yang diharapkan, terima kasih Bu Rini,” Revan mengangguk sopan.

“Terima kasihnya pada Nona saja, ibu hanya menjalankan tugas,” jawab Bu Rini, seakan sedang berusaha mempererat hubungan pasangan muda itu.

Revan menangkap maksud baiknya, namun tentu saja tidak bisa mengungkapkan rahasia itu. “Bu Rini, aku masih punya beberapa barang di tempat tinggal yang lama. Jaku aku perlu kembali ke sana untuk mengambilnya.”

“Tentu, itu sudah seharusnya. Pasti ada beberapa barang pribadi yang sudah terbiasa digunakan,” sahut Bu Rini ramah.

Namun Revan terlihat sedikit canggung saat berkata, “Tapi Bu Rini, apakah di rumah ini tersedia kendaraan? Kalau tidak ada mobil, sepeda pun tidak masalah. Yang penting aku bisa pergi lebih cepat menuju ke sana.”

Bu Rini menatap Revan dengan kaget, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. “Nak Revan, jangan bilang kalau kamu berjalan kaki ke sini?”

“Sayangnya, itu benar Bu Rini,” jawab Revan sembari mengangkat bahunya.

Bu Rini tidak tahu harus tertawa atau menangis, “Nona keterlaluan sekali, bagaimana bisa dia membiarkanmu berjalan kaki ke sini. Nak Revan, tolong jangan terlalu santai tinggal di sini ke depannya dan kamu harus punya kendaraan. Ikuti ibu, kami masih memiliki beberapa mobil yang biasanya hanya terparkir di sini. Silakan pilih yang kamu sukai dan gunakan kapan saja diperlukan.”

Mata Revan langsung berbinar mendengar ucapan itu. Sebelumnya, melihat Nayla mengendarai Bentley Arnage yang mewah saja sudah membuat tangannya gatal. Selama ini ia merasa iri, tapi sekarang bisa mendapatkan mobil seperti itu secara gratis.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!