NovelToon NovelToon
Pengantin Pengganti Tanpa Nasab

Pengantin Pengganti Tanpa Nasab

Status: tamat
Genre:Pengantin Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Anak Haram Sang Istri / Wali Nikah / Tamat
Popularitas:644.3k
Nilai: 4.9
Nama Author: mama reni

Kepergian Nayla menjelang pernikahannya, membuat semua orang bersedih, termasuk Laura sang kakak.

Ketika takdir membalikan kehidupan dan menulis cerita baru, Laura harus menerima kenyataan bahwa ia harus menjadi pengantin pengganti sang adik, Nayla. Untuk menikah dengan calon suaminya bernama Adam.

Namun, ketika akad nikah akan berlangsung, sang ayah justru menolak menjadi wali nikahnya Laura. Laura ternyata adalah anak haram antara ibunya dengan laki-laki lain.

Pernikahan yang hampir terjadi itu akhirnya dibatalkan. Fakta yang baru saja diterima lagi-lagi menghantam hati Laura yang masih di rundung kesedihan. Laura lalu meminta pada Adam untuk menunda pernikahan hingga dia bertemu dengan ayah kandungnya.

Bagaimana perjalanan Laura mencari ayah kandungnya? Apakah dia akan bertemu dengan ayah biologisnya itu? Dan bagaimana kisah cintanya dengan Adam? Baca kisah selanjutnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab Tiga Belas

Laura duduk di kursi penumpang, matanya tertuju pada jalanan yang membentang di depan mobil. Adam, yang duduk di sampingnya, terus mengemudikan mobilnya dalam keheningan yang nyaman. Di belakang, di kursi belakang nanti akan duduk Ibunya Adam, Ibu Ratna, yang saat ini masih berada di hotel.

"Laura, kamu nyaman?" tanya Adam, melirik sejenak ke arah gadis itu. Dia sudah tampak lebih tenang, tidak menangis lagi.

"Nyaman, kok. Terima kasih," balas Laura dengan senyum kecil, meskipun hatinya penuh rasa canggung. Ini kali pertama dia pergi dengan Adam dan ibunya. Tepatnya baru pertama kali dia ke luar kota. Selama ini dia hanya dirumah saja.

"Baguslah, kita akan menjemput Ibu. Perjalanan ini akan menjadi lebih seru," kata Adam, mencuri satu tatapan ke arah Laura sebelum memfokuskan kembali dirinya pada jalan.

Tak lama setelah itu, mereka pun tiba di hotel tempat Ibu Ratna menginap. Bangunannya modern dengan desain minimalis, menonjol di tengah keramaian kota. Begitu mereka melangkah masuk, suasana hangat langsung menyambut, membuat Laura merasa sedikit lebih tenang.

"Mama! Kami sudah datang!" teriak Adam ketika mereka melihat sosok wanita berusia sekitar 50 tahun itu duduk di lobi, merapikan tasnya.

Ibu Ratna menoleh, senyumnya lebar seakan sinar mentari. "Adam! Laura!" Dia berdiri, melambaikan tangan dan berjalan ke arah mereka. "Oh, Laura, apa kabar, Nak?" Ibu Ratna menghampiri dan memeluk Laura dengan lembut.

“Baik, Tante,” jawab Laura, terkejut akan kehangatan pelukan yang dia terima.

"Jadi, apa kamu sudah siap untuk perjalanan kita?” Ibu Ratna tersenyum, memegang lengan Laura seakan sudah mengenalnya lebih lama daripada yang sebenarnya.

Laura mengangguk, merasakan kedekatan yang aneh. Dalam beberapa momen, dia merasa seolah-olah dia memiliki seorang ibu yang selalu ada untuknya. "Siap, Tante!"

"Baiklah, kalau begitu kita berangkat!" kata Adam sambil memandu Laura dan ibunya menuju mobil.

Perjalanan pun dimulai, diiringi alunan musik ceria yang mengalun dari radio. Ibunya Adam terus melontarkan berbagai cerita, membuat Laura merasa betah di dalam mobil. Mereka melewati kota demi kota, pemandangan indah mengalir tanpa henti di sisi jalan.

Kira-kira dua jam kemudian, Adam menghentikan mobil di sebuah restoran kecil yang tampak ramah. "Kita istirahat makan dulu, ya?" sarannya.

"Makan siang ini sangat penting untuk perjalanan kita. Makanan enak isi perut, pikiran pun bisa segar," kata Ibu Ratna, menggerak-gerakkan tangannya seolah merayu Laura untuk ikut.

Mereka bertiga masuk ke dalam restoran. Di dalamnya, suasana hangat dan aroma masakan menggoda menggugah selera. Mereka memilih meja di sudut yang tenang. Setelah memesan makanan, Ibu Ratna seakan tidak henti-hentinya menanyai Laura.

"Kata Adam kamu akan bekerja nantinya, di perusahaan mana kamu melamar, Laura?" tanya Ibu Ratna penuh minat.

Laura terdiam sejenak, mengingat cara mendukung yang tak pernah didapatkan dari ibunya. "Aku ... belum tahu pasti, Tante. Mungkin di perusahaan yang ada kota besar," jawabnya pelan.

"Kota besar itu seru, banyak pengalaman barunya. Yang penting kamu harus pilih yang terbaik untukmu," ungkap Ibu Ratna sembari mengangguk-angguk.

“Ya, Tante. Insya Allah,” jawab Laura. Dia membalas tatapan hangat Ibu Ratna dengan senyuman yang tulus.

Dari tempatnya duduk, Adam memperhatikan. Dia merasa lebih bahagia melihat ibunya memberikan perhatian penuh pada Laura. Setelah mengetahui sedikit tentang bagaimana kehidupannya selama ini, membuat pria itu menjadi kasihan dan simpatik.

"Kamu bisa melamar ke perusahaan-perusahaan yang aku rekomendasikan. Teman-teman banyak yang sukses dari sana," kata Adam, berusaha memberi semangat.

"Terima kasih, Adam," sahut Laura, kali ini dengan semangat yang mulai lahir. Simpul-simpul di hatinya mulai longgar.

"Atau kamu melamar di perusahaan Papaku saja. Kamu bisa minta rekomendasikan sama Mama. Atau kalau kamu mau setelah bertemu Ayahmu, kamu bisa bekerja di tempatku saja. Memang perusahaan masih kecil. Baru dibangun, tapi kamu nanti bisa membantuku mengembangkannya," ucap Adam.

Adam mulai membangun perusahaan di kota X juga sejak enam bulan lalu. Itulah alasan kenapa dia mau menikah walau Nayla masih kuliah, agar bisa dibawa pindah ke kota X ini juga. Walau perusahaan miliknya sendiri, tapi dia tetap mengambil cuti secara formal, agar dia tidak terbiasa libur kerja.

Dia mengenal Nayla di salah satu perusahaan saat gadis itu magang. Sebelum membangun perusahaan sendiri, Adam lebih memilih bekerja di perusahaan milik orang lain dari pada milik sang papa. Karena perusahaan papanya bukan milik pribadi, tapi keluarga.

"Nanti aku pikirkan, Dam," jawab Laura dengan senyuman.

Makanan pun tiba membuat obrolan terhenti sesaat, dan suasana menjadi lebih hidup dengan canda tawa Ibu Ratna yang tak henti-hentinya. Laura sesekali melesatkan tawa, merasa terharu dengan perhatian yang ia terima. Betapa berbeda rasanya dibanding saat bersama ibunya sendiri.

"Ma, enak banget makanannya, ya?" seru Adam sambil mencicipi hidangan di depannya.

"Alhamdulillah, memang enak. Laura, apa kamu suka makanan pedas?" tanya Ibu Ratna.

"Suka, Tante. Cuman kadang kurang berani," jawab Laura sambil tersenyum malu.

Ibu Ratna tertawa. "Yuk, kita coba yang pedas-pedas. Makanan itu memberikan semangat!" Lalu Ibu Ratna memasukkan sedikit sambal ke makanan Laura.

Laura hanya bisa tersenyum sambil merasa hangat di hatinya. Dia membayangkan seandainya hal ini bisa berlangsung selamanya, walaupun sebenarnya dia tahu itu belum pasti bisa terwujud.

Setelah makan dan berbincang-bincang, mereka melanjutkan perjalanan menuju Kota X. Laura merasa lebih dekat dengan Ibu Ratna lebih daripada sebelumnya. Setiap detik berlalu, dia merasakan kenyamanan yang sangat langka, perasaan yang berbeda dari yang selalu dia alami bersama ibunya sendiri.

Selama perjalanan, Ibu Ratna juga menceritakan banyak hal, dari tips merawat diri hingga nasihat untuk menjalani hidup yang lebih baik. Laura seperti terpukau oleh semua yang disampaikan.

"Mendengarkan nasihat orang dewasa itu penting, Laura. Tapi, jangan lupa untuk ikut kata hatimu juga,” kata Ibu Ratna merujuk pada nasihatnya.

"Ya, Tante. Saya akan ingat itu," sahut Laura, terinspirasi.

Ketika matahari mulai menjelang sunset, mobil Adam akhirnya memasuki gerbang Kota X. Suasana kota semakin terasa hidup, seolah menyambut kedatangan mereka. "Kita hampir sampai!" teriak Adam penuh semangat.

Setelah hampir sepuluh jam di jalan, mereka akhirnya tiba di rumah Adam. Luas dan nyaman, dikelilingi oleh pepohonan yang membuat suasana menjadi sejuk.

"Selamat datang di rumahku, Laura!" kata Adam, menunduk dan tersenyum. “Semoga kamu betah di sini.”

Laura menatap sekeliling, mengangguk. "Terima kasih, Adam. Tempat ini indah."

Ibu Ratna kemudian memeluk Laura kembali, "Selamat datang di rumah kami, Nak. Ini adalah rumahmu juga selama kamu di sini."

Senyuman Laura semakin mengembang. Momen-momen kecil tersebut menyentuh hatinya secara dalam. "Terima kasih, Tante. Aku tak tau harus berkata apa. Sekali lagi terima kasih karena sudah mengizinkan aku menginap."

Hari itu menjadi salah satu hari yang terindah dalam hidupnya. Laura tak bisa memungkiri rasa haru yang mengalir penuh di dadanya. Dia merasakan kehangatan seperti pelukan yang selalu ia impikan, meskipun itu datang dari sosok yang bukan ibunya sendiri.

Seolah demi merayakan momen indah itu, mereka bertiga kemudian saling tertawa dan bercerita. Setiap kata yang terucap dari mulut Ibu Ratna membuat Laura lebih berani menghadapi hari-hari baru ke depannya. Di tengah suasana hangat itu, Laura merasa untuk pertama kalinya, ia memiliki sebuah keluarga baru.

"Apa Om tak keberatan aku menginap, Tante?" tanya Laura. Dia baru teringat jika anggota keluarga Adam masih ada satu orang lagi, papanya.

"Tentu saja, itu menjadi urusan Tante. Kamu tenang saja," balas Ibu Ratna.

"Terima kasih, Tante." Laura lalu tersenyum sebagai tanggapan. Matanya tak sengaja tertuju pada satu nama yang tertera di piagam.

"Ariel ...?" tanya Laura.

"Ariel itu nama papaku. Kenapa?" Adam balik bertanya.

1
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
kl aq d posisi laura dg semua diskriminasi yg d dapat pastinya akan menimbulkan rasa benci dan masa bodoh krn plg menyakitkan adl ketika org yg kita sayang acuh trhdp kita, nmn laura bgtu baik krn mlht sisi lain bhwasannya ibunya sbnre kasian d kekang o darmini bhkn skp g adil nya pd laura jg krn perintah darmini, semoga ibu dan anak ini bs bahagia kl ariel masuk g rela , pria pecundang nanem benih g mau tgjwb mikiri harta aja
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
kok bs tiba2 datang mlm2 lagi
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
nyatane bnr, bisa y org bersilat lidah blng yg kblknnya
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
adam ank kndg aril bkn y, knpa acara sakral sj g mnymptkn wktu jd wali
guntur 1609
Daniel hebat. dia berbesar hati. jarang ada laku2 sprti tu yg ada hanya di dunia novel ni. Laura. kau gak tau ja kalau perkataan mu menyakiti hati Daniel. mngkn kau berburuk sangka sama famili. padahal akibat perkataanmu danil tetluka
guntur 1609
jangan bilang ni ulah ayah ya danil
guntur 1609
mudah2an semua dilancarkan ta
guntur 1609
bulshet
guntur 1609
Daniel pun plin plan jadi laki2
guntur 1609
lah gak sadar kau nyet
guntur 1609
baru 1 hari kau dibuat sprti tu dm Laura kau sdh kebingungan. lalu bagaimana kau buat Laura selama berbatasan belas tahun
guntur 1609
tu balasan tk kalian agar kalain cepat sadar. rupanya gak kapok juga
guntur 1609
mngkn tu balasan tk mu pecundang
guntur 1609
lbh baik kau sprti tu Laura. dari pada hanya mnt pengakuan. tapi gak diakui. bisa jadi gila kau akhirnya
guntur 1609
brti Adam sm Laura tetap bisa nikah
guntur 1609
lah brti Adam sm Laura kaka beradik. untung Laura gak mau di menikah dlu sm adam
guntur 1609
jangan blng tu nanti perusahaan ariel ayahnya laura
guntur 1609
org kau yg mulai bandot tua
guntur 1609
kalian ja yg bodohasih juga pertahankan laki2 tua tu. apalagi Sumarni juga. sbg ibu yg melahirkan dia juga ikut membenci Laura.
Nova Silvia
aku harap bahGia kelen ampe akhir bab,,,gn bilang kena musibah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!